Wednesday, January 30, 2013

Kembali Kutitipkan

Entah ini ke berapa kembali kutulis kagumku
langit begitu biru hingga bisa kurangkai bintang
bagai puzzle bentuk sketsa senyummu
berharap tak luruh dan jatuh memudar dalam rintik
jika mendung tiba-tiba rengkuh sketsamu

simphoni begitu manja
daun-daun luruh pada embun,
daun-daun sendu pada senja memerah
daun-daun tertidur pada pekat yang dingin
tapi tak satupun daun teduhkan hati yang merenda waktu

kembali kutitipkan pada keajaiban semesta,
akankah embun yang tlah menetes dari pucuk daun
kan kembali bergelantung dan bersandar manja pada daun
begitu juga dengan sajakku, kan tetap kagum

Tuesday, January 29, 2013

Berharap pada Entah

Beratus kilometer setapak itu aku lalui
pada kilometer ini aku terluka terantuk batu runcing
menancap dalam hingga menganga

cukuplah tawamu tanpa belai hati
cukuplah keluhmu tanpa maknai hati
cukuplah basah itu tak lagi menetes dinginkan hati
berharap pada entah kan sembuhkan luka

Monday, January 28, 2013

Purnama pada langit merintik

Mengembara tiba-tiba aku pada gerimis
ada yang membuatku terlantar

bersama rintik susuri tiap relung, bermuara pada entah
tertatih mencari, tanpa keindahan kulalui perjalanan ini

menyergap tiba-tiba kunang-kunang
melayang kerlip kerlip redup tiada sinari rindu
yang sekian waktu terlantar, semakin terlantar

tertunduk pada malam,
kata lukai hati, sajak maknai jiwa, lelah
pencarian purnama pada langit merintik

Thursday, January 24, 2013

Mengendap Rasa Tanpa Kerlip

Mimpikah aku di senja yang redup dan pucat ini
suara itu tiba-tiba mengalun menyusup menyulam kata
aku bahkan tak sanggup untuk terus mendengar
kiranya suara itu tlah penjarakan aku dalam duka yang dalam

kususuri setapak dalam angan, kulalui dalam sekejap
semua cerita serpihkan bening-bening itu tanpa sketsa baru
mengendap asa tanpa kerlip bahkan pelangi enggan menyapa,
suara itu melangkah tanpa kerling sekedar menatapku

gemuruh bergejolak mati rasa, desir hati tak mampu maknai sapamu,
hanya desah semakin muram sandarkan mimpi jatuh satu satu

Monday, January 21, 2013

Susuri Setapak tiap Lorong di Hati

Diam tlah penjarakan gelisahku,
gelisah liar mengembara di bawah bulan separoh
mengambang di sela awan berarak

mengapa tiada bisa kudengar cericit ngengat,
gelisah pun mekar di mataku
gerimis merintik di bawah bulan separoh
pucat temaram sudahi senja tingkahi malam

gelisah masih saja gerayangi kenangan lalu
belum lunas rasanya, belum juga temukan dirimu kembali

kembali kususuri setapak tiap lorong di hati, di sudut korneaku
tlah menyusup seluruh kerinduan,
perlahan mengalir reguk seluruh rasa
gagu kelu dan bisu kembali bersarang menutup sajakku

Sunday, January 20, 2013

Suatu Senja di Pesisir

Debur pesisir iringi perenunganku senja ini
tiada camar satu pun sapa diamku
hanya semburat memerah di ufuk barat
menyelempang diantara riuh ombak

tertatih sosok tua memungut kayu kering
"terima kasih, kembali kau beri aku, tanpa ini
tiada mungkin tungku kan menyala"

ombak bergelayut tanpa debur tiba-tiba hening
angin lembut hembuskan suasana purba
"kiranya kau kembali kabulkan doaku, hening ini
walau sesaat tlah buka pintu untuk anakku"

bibir perempuan tua itu bergetar memandang tajam
"kapan aku kan bertemu anakku, bawalah aku ke dasar lautmu"

kaku terasa, beku, dan aku membisu
"aku merasa sudah lama bersama anakku, tiap hari kuhidangkan,
dan aku memeluknya tiap malam tiba, tapi kenapa Kau belum menerima ragaku"

menelusup perlahan menyisip pada awan di ujung pandangan,
sayup sayup mengisak suara lirih menghiba tanpa bisa kueja
sosok tua itu bangkit dan menjauh bersama ranting kering di pinggangnya

Pesisir pantai Jawa 
@Januari 2013

Majas (Gaya Bahasa)

A. Majas Perbandingan
1. Personifikasi adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah memiliki sifat seperti manusia atau benda hidup lainnya. Singkatnya, majas ini dapat dikatakan "menggambarkan benda mati seolah hidup".
Contoh: Ombak berlari-larian di pantai
2. Metafora adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau
hampir sama.

Contoh: Raja siang = matahari
             Raja hutan = singa
             Putri malam = bulan
3. Eufimisme atau disebut juga ungkapan pelembut adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain yang berkesan kurang sopan atau tabu.
Contoh: Para tunakarya perlu perhatian yang serius dari pemerintah. (Tunakarya = Pengangguran)
             Pramuwisma bukan pekerjaan yang hina. (Pramuwisma = Pembantu rumah tangga)
4. Sinekdoke terdiri dari:
a. Pars pro toto, yaitu majas yang melukiskan sebagian tapi yang dimaksud adalah seluruhnya. (sebagian untuk seluruh). Contoh: Ibu membeli enam ekor ikan.
b. Totem pro parte, yaitu majas yang melukiskan keseluruhan tapi yang dimaksud adalah sebagian. (seluruh untuk sebagian) Contoh: Indonesia memenangkan Thomas Cup.
5. Alegori adalah majas yang memerhatikan suatu perbandingan untuh, perbandingan itu membentuk kesatuan menyeluruh.
Contoh: Hidup ini diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan.
             suami = nahkoda
             istri = juru mudi
             topan, gelombang = cobaan atau halangan
             tanah seberang = cita-cita hidup atau tujuan yang ingin dicapai
6. Hiperbola adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang berkesan lebih hebat untuk menguatkan arti (melebih-lebihkan).
Contoh: Air matanya menganak sungai ketika tahu bahwa kekasihnya berselingkuh.
7. Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagai simbol guna merendahkan diri.
Contoh: Kenapa harus dia yang menjadi kambing hitam? (kambing hitam = orang yang dipersalahkan)
8. Litotes adalah majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Contoh: Pemberian ini hanyalah sebagian kecil dari apa yang sudah kamu terima selama ini dari orang lain.
9. Alusio adalah majas dengan mempergunakan ungkapan peribahasa atau kata-kata yang artinya diketahui secara umum.
Contoh: Orang itu bisanya cuma lempar batu sembunyi tangan. 
             Omongannya itu lebih baik jangan diambil hati. 
10. Asosiasi adalah majas yang memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan sifat.
Contoh: Untuk memenangkan pertandingan itu ia berlaku curang dengan memberikan amplop pada juri.
11. Perifrasis adalah perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Contoh: Para petani turun ke ladang ketika fajar. (fajar = matahari terbit atau pagi hari)
12. Metonimia adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan nama merk atau ciri-ciri benda tersebut.
Contoh: Sejak dulu hingga sekarang ayah pergi bekerja selalu menaiki Honda.
13. Antonomasia adalah majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri atau sifat menonjol yang dimilikinya.
Contoh: si kurus, si gendut, si tukang tidur, si cerewet, dan lain sebagainya.
14. Tropen adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan atau sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual suara di cafe-cafe.
15. Parabel adalah majas yang menggunakan perumpamaan dalam hidup. Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan.
Contoh: Bhagawat Gita, Mahabrata, Bayan Budiman.

B. Majas Sindiran
1. Ironi adalah majas yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang lain.
Contoh: Wangi sekali parfummu, seperti orang yang tidak mandi 3 hari. 
2. Sinisme adalah gaya sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi berkesan kasar. 
Contoh: Inikah hasil pekerjaan seorang karyawan yang katanya anak kesayangan bos kita?
3. Sarkasme adalah majas yang terkasar serta langsung menyakiti perasaan orang yang menjadi sasaran sindiran tersebut.
Contoh: Memang dasar kamu itu otak udang!

C. Majas Penegasan
1. Pleonasme adalah majas yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh: Merah darahnya keluar begitu banyak ketika peluru menghujam jantungnya. 
             Anak-anak dipersilakan masuk ke dalam kelas.
2. Repetisi adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung, kita junjung dia sebagaipembebas kita.
3. Pararelisme adalah majas seperti repetisi tetapi digunakan dalam puisi. Majas ini terdiri dari:
a. Anafora: jika kata atau frase yang diulang terletak di awal kalimat atau larik.
Contoh: Kalaulah diam malam yang kelam 
             Kalaulah tenang sawang yang lapang
             Kalaulah lelap orang di lawang
b. Epifora: jika kata atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat atau larik.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang
             Jika kau kehendaki, aku akan datang
             Bila kau minta, aku akan datang
Selain itu, ada pula yang memperlihatkan penggunaan anafora dan epifora sekaligus, seperti:
Kami jemu pada lagu
Kami benci pada lagu
Kami runtuh karena lagu
4. Tautologi adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata-kata yang sam artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
Contoh: Sudah lama ia tidak pulang dan tak kembali ke kampung halamannya.
5. Simetri adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan satu kata, kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.
Contoh: Anak itu tidak bisa diam, seperti cacing kepanasan.
6. Enumerasio adalah majas yang melukiskan beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan yang dituliskan satu per satu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas.
Contoh: Angin berhembus pelan, tak terdengar suara-suara, hanya jangkrik yang sedari tadi menghiasi kesunyian ini.
7. Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: Jangankan rumah, atau tanahseisi dunia ini pun akan ku berikan kepadamu!
8. Antiklimaks adalah majas dengan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin melemah pengertiannya.
Contoh: Jangan seribuseratus rupiah pun aku tak punya.
9. Retorik adalah majas dengan mempergunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahui apa jawabannya.
Contoh: Mana mungkin ada orang yang tidak mau hidupnya senang?
10. Koreksio adalah majas berupa memperbaiki (koreksi) kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik disengaja maupun tidak sengaja.
Contoh: Hari ini sakit ingatan, eh.. maaf, sakit kepala maksudku.
11. Asidenton adalah majas yang menyebutkan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penguhubung.
Contoh: kemeja, sepatu, kaos kaki, tas, topi, dibelinya di toko itu.
12. Polisidenton adalah majas yang menyebutkan beberapa benda, orang, hal, atau keadaan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh: Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.
13. Ekslamasio adalah majas yang menggunakan kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: Waah, indah sekali pemandangannya!
14.  Praeterio adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh: Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa yang menjadi dalang dalam masalah kali ini.
15. Interupsi adalah majas yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian-bagian kalimat sebelumnya.
Contoh: Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan pangkatku.

D. Majas Pertentangan
1. Antitesis adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Contoh: Tua muda iut berpartisipasi dalam kegiatan tanam seribu pohon yang diselerenggarakan pada pekan lalu.
2. Paradoks adalah majas yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentang, padahal maksud sesungguhnya tidak, hal ini dikarenakan adanya objek yang berlainan.
Contoh: Ia seperti orang yang kesepian di tengah keramaian.
3. Okupasi adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh: Merokok itu merusak kesehatan, tapi banyak orang yang tidak dapat menghentikan kebiasaan itu. Maka banyak pabrik yang tetap memproduksi rokok, karena menghasilkan untung yang banyak.
4. Kontradiksio intermimis adalah majas yang memperlihatkan pertentangan dengan penjelasan semua.
Contoh: Semua anak hadir pada hari ini, kecuali Andi yang sedang sakit.

Wednesday, January 16, 2013

Pada Sisa Hujan di Suatu Senja

Masih basah tanah sisa hujan senja tadi
masih segar kecipak terdengar
tatkala tersibak langkah merekah, membasah

alunan menyayat mengingatkan waktu kan segera pekat
seiring cericit kelelawar, ngengat, nyamuk.
meramu senja dalam semangkuk harapan

tabuh bertalu pada persimpangan waktu
sebaris kalimat mematriku dalam kebisuan
mutiara itu teruntai indah dalam diam

hening mesra terbalut pekat
bungkus kalbu hempaskan berhelai-helai catatan
tentang senja gerimis dan kamu

bagai alunan merdu ninabobokan hampa dalam lara
menyusur tiba-tiba resah cumbui tawa
aku hanyalah karya tanpa makna
hanya sebujur kalimat membaris, membait
bersama sajak luruh singkap pekat
menuju malam tanpa sandaran mesramu
di pundakku



Tuesday, January 15, 2013

Terhidang Rindu

Tersungging senyum gelap mengembang pada langit,
termanis tapi miris, mengiris senja.

Aku tak (pernah) tahan
walau mata ini tetap kering,
hati membuncah rasa dalam gerimis senja,
merintik semakin menderas pada sudut gelap hati

pusaran menyudut ke dalam rasa, masih saja selalu terhidang rindu,
walau senyum itu mengiris hati pada senja menderas

Tuesday, January 1, 2013

Aku Masih

Aku masih dapat  mendengar desah nafasmu
memburu seiring waktu
aku masih dapat mencium bau khas tubuhmu
menggelora membias terbawa angin
Aku masih dapat melihat indah sudut
pada ranum pipimu

Aku masih dapat bahagia melihat rahasia di indah korneamu
aku masih dapat tulis semua tentangmu, tapi
masihkah kau maknai sajak-sajakku lagi.