Panggung gelap tiba tiba meremang dalam temaram mendung. Terduduk dalam sepi di antara ngengat, nyamuk dan serangga malam.
Selembar kertas kumal ia genggam, membisu sesekali memandang kosong ke depan.
Terdengar lantunan sajak merdu entah siapa menyusup menyadarkan dalam beku.
"Aku temukan perasaanmu, lalu sepi itu tetiba membayang
Aku temukan perasaanmu pada serpihan rindu yang menggantung entah dimana?"
"Hai... mengapa kau ..."(tak mampu ia lanjutkan)
Kembali suara itu terdengar sayup menjauh
"Pada kealpaan waktu, di setiap dentang yang tak bisa aku terjemahkan pada setiap kilatan senja yang tak mampu aku pendarkan
Aku hanya terdiam disini menemu senyummu tersudut pada semburat jingga sang langit"
"Hai... apa maksudmu.....(terlihat menghiba kedua tangannya membentang)
Tak ada jawab hanya berganti merdu nyanyian
(Reff album kangen So7)
(Berlanjut suara bisik menyergapnya tiba tiba)
"Namun terlalu senyap tak ada lagi panggilanmu tak ada lagi riuh tawamu
tak ada lagi kata kata. Beberapa kata hanya engkau yang tau, hanya
engkau yang mampu ucapkan"
Ia pun hanya rebahkan diri pada bangku reot di sudut panggung. Bergumam ia semakin jelas
"Engkaulah yang alpha kan aku dalam tarianmu, aku tetaplah pemain yang
menunggu skenario sang koreo, tawamulah yang lenyap, seperti tertelan
senja sesaat setelah kau lepas genggaman"
"Bila kau temui
serpihan serpihan di antara daun gerimis dan senja itulah remah remah
yang kau paksa berserak, serpihan itu masih mewujudkan rohmu, mewujudkan
sketsamu."
Tiba tiba suara aneh pun menyahut
"Bukanlah inginku.."
"Bukanlah inginku...."
Lampu perlahan gelap .......
No comments:
Post a Comment