Thursday, January 28, 2010

Serpih-serpih Berserak dalam Keruh Ombak Pesisir


aku tulis sajak ini

saat mendung kembali singgah di langitku

gumpalan awan bagai serpih serpih yang terserak

berarak munculkan kembali kisahku dan kisahmu


aku ingin memberi kabar padamu

bahwa biduk tak lagi melaut

bahwa jaring tak lagi tersebar

keruh laut kecoklatan tlah kotori pesisir

tentu kamu tak tega lautmu tercemar


sengaja aku tulis sajak ini

ingin kembali rangkai serpih serpih yang berserak

ingin kembali kenang segala yang pernah ada

hingga keruhnya ombak kembali bening

hingga biduk tak lagi hanya mendengkur

hingga jaring kembali tersebar

hingga pesisir tersenyum tuk sambut bayangmu


aku tulis sajak ini

tatkala kau membayang

kau berlari kejar kepiting kecil

dihalusnya pasir yang manjakan telapakmu

kau pun berteriak dengan senyum simpulmu


Kurangkai kembali semua itu hari ini

kala pesisir tak lagi bisa kau sapa manja

kala pasir tlah berubah jadi lumpur


biarlah lumpur dan keruh ombak

tak lagi seperti dulu,

hati ini masih sapa serpihan serpihan bayangmu

tiap kali kumelangkah di pesisir ini





Thursday, January 21, 2010

Gerimis dalam Sajakku

Seperti pagi-pagi yang lalu
sajak terbata per kata dan per bait
dingin beringsut memelukku
kau pun berkali membayang
tersketsa dalam tiap tetes embun

matamu dan hatiku tlah tersenggama rasa
aku pun berlari tatap langit
adakah matahari di sana

kusapu langit perlahan
yang ada hanya kemuraman
kepucatan
dingin kembali hadir
hingga berkali kubunuh rindu ini

sajak menetes satu satu menghujam bumi
semakin menusuk
semakin membasah
terpekur aku dalam buaian gerimis
tuk kembali bunuh rindu ini

Monday, January 18, 2010

Dalam Sketsa Kau Membayang


Kuncup mendung di ujung langit

selaksa daun terserak

bergerumbul saling dekap dalam pekat

asa lama tertoreh menumpuk tlah kaburkan embun

dalam tipisnya cahaya.....


mendung hari ini kembali

menguak sketsa yang tlah kugores

rintik satu satu pun pilukan rasa

hingga sketsa terkotak-kotak


kutata kembali alur alur dalam balutan

sketsa itu kembali tersusun rapi

tetap kudekap hangat

seperti kerinduan dan pertemuan

Sunday, January 10, 2010

Bersama Rinai Petang Ini

Aku tulis sajak ini kala rinai membentur dinding bisu
Senja memang baru saja berlalu
Tinggal rinai dan kerlip kornea kornea lima watt
dalam lembayung kabut yang semakin syahdu

Aku tulis sajak ini kala rinai membentur dinding bisu, rinai pun mempercepat kelam dalam buaian azan mengharubirukan rasa, angan, kerinduan dan keimanan

Aku tulis sajak ini kala rinai membentur dinding bisu, Sebersit rasa pun memburu Mengoyak kenangan yang tlah tertanam dalam altar asa, Perlahan retak dan membentuk alur alur yang pernah tertulis

Kau kembali hadir dalam alur-alurku, kau tlah menjadi roh dalam sajak-sajakku, Aku rasakan kehidupan kembali hadir dalam sajakku

Aku tulis sajak ini kala rinai membentur dinding bisu, Perlahan tetes satu satu terhenti dalam lorong berkabut, orang-orang pun berlarian mengejar rakaat pertama

aku hanya pandangi sajak-sajakku yang kembali kehilangan roh, saat pecahan-pecahan alur semakin menghilang bersama rinai petang ini

Thursday, January 7, 2010

Ketika Aku Kehilangan Kata-kata

Terhempas ombak berkali karang tiada bergeming
sementara mendung masih saja bergelayut tebal di pesisir ini
Aku tertunduk kehilangan kata-kata
Mulutku t’lah lelah ungkapkan rasa
Hingga mati rasa, mati kata
Kutak peduli lagi apa kata camar dipelukan angin pesisir

Hari pun seakan lelah menyapaku
bahkan bulan pun tak sadar tlah kuarungi
aku tak pernah temukan lagi kata hilang itu
letih aku rangkai kembali, kini pun lenyap tanpa muara
Mencarinya pun kini ku tak tahu entah ke mana?

ingin lupakan semua kata itu
perlahan kususun rangkaian sajak baru
kumulai tautkan kata frase klausa hingga kalimat baru
Kembali sajakku kini dengan kata-kata baru

aku terisak ketika kutemukan kata-kata baru
teringat mawar yang pernah mekar
Kuresapi dan ku rasakan
Walau mungkin suatu saat nanti mulutku tak berhenti eja
ku sadar seperti menemukan kata-kata yang hilang itu
Ya, aku berharap hati ini mampu bersajak lagi dengan kata-kata baru
seiring angin yang berhembus di pesisir ini
karang pun tetap terhempas ombak
dan aku makin tertunduk di bawah nyiur

Saturday, January 2, 2010

Berharap pada Sajak


Sajak cinta yang kurangkai dalam tiap merindumu
perlahan terombang-ambing dalam makna
tak beraturan bersama teriakanku

Sajak Rasa itu kini jadi sumbang
Seperti kamu yang selalu membayang
dan tak pernah mau menghilang

aku tulis sajak ini kala pesisir
semakin lusuh pucat tanpa cahaya
aku kabarkan padamu bahwa angin pesisir
selalu merindukan angin gunung yang sejuk

aku hanya berharap
dalam sajak-sajakku kelak
kau tetap hadir bersamaku
rangkai kata-kata tuk buat sajak baru