Sunday, February 21, 2010

Aku Butuh Engkau Sejukkan Bara Ini

Melangkah gontai kaki ini tapaki putih lantai
memijat mesra rasa dalam tiap langkah
susuri labirin panjang terlukis senyummu

Lelah kusandarkan dalam altar kerinduan
seribu rasa bergemuruh bergolak
ku terpenjara fatamorgana senyummu

dinding putih kamar kembali rangkai sketsa kenangan
jiwa bergolak redakan bara hasrat yang membara
aku butuh engkau sejukkan bara rasa ini
selimut kumal makin nyalakan genderang sepiku


Thursday, February 18, 2010

Hujan Senja Ini

Hujan masih rintikkan tetes satu satu
kabut membadai bergemuruh terpa wajahku
beringsut tubuh ini merapat di tembok bisu
dingin senja itu tlah kurung aku dalam sketsa kenangan

Hujan memang penuh pelangi kala sinar rasa
terangi kecepak air di awan
tersketsa keindahan dirimu dan diriku
menggenggam hujan disetiap lekuk langit
hingga sentuh sudut cakrawala dipucuk pohon pinus

Hujan tlah hadirkan kembali
wangi khas yang kau tebarkan
hingga menusuk jauh kerongga hidungku
seperti saat kau berjalan dalam tudung jaketku
hindari hujan agar tak menampar parasmu

Hujan kembali kau temani aku senja ini
kenangan di sudut jalan yang pernah kita lalui
tersketsa dalam bingkai kerinduan
dalam hujan senja ini kembali aku lukis bayangmu

Tuesday, February 16, 2010

Pekat Mendung Malam Ini

Pekat mendung malam ini tersibak tiba-tiba
pisau cahaya belah awan dan getarkan sukma
gemelegar menggemuruh susupi gendang telinga
korneaku hanya pandangi pisau cahaya menjadi akar langit

aku yang terpekur entah kenapa membisu
nafasku memburu
jiwaku memburu
entah apa yang aku inginkan

kucoba rangkai sajak
rangkai syair nyanyian hati
yang hanya bisa aku nyanyikan
tanpa iringan orkestra rasa

pekat mendung malam ini
kembali aku bergulat dengan pisau langit
terpekur saksikan akar langit sentuh bumi
entah apa yang aku inginkan

sementara entah dimana
sketsa yang dulu pernah kutulis dan kulukis
seakan menghilang
musnah ditelan alam

cahaya dilangitkah kau saat ini
siapakah mendung dan awan yang selalu menebal
aku hanya bisa terpekur kembali
tuk temukan sketsa yang hilang

Sunday, February 7, 2010

Terpekur dalam Gundah di Pesisir

Gerimis satu satu usik kesendirianku, sketsa peristiwa perlahan
Menelusup dan membayang diantara biduk bisu

Rembulan bergumul dengan selimut mendung
saat aku terpekur dalam gundah di pesisir

Ranting bakau bergesekan tertiup angin pesisir
korneaku berpendar dalam gelap mencari bayangmu
pada dahan lembut kugantung asa pada gerimis
Menatap jiwa tertelan waktu dan jarak

Denting air berkecepak seiring detik jam ditanganku tak berhenti.....
Gemanya menggetarkan hingga terajut kerinduan
Termangu menatap bayangmu dalam korneaku

Lagu rindu berdesau dalam kerinduan tak berujung
iramanya lembut menari dalam jiwa
kutatap langit yang masih menetes satu satu tuk mencari jejakmu
perlahan menghilang dalam kabut selaput korneaku





Thursday, February 4, 2010

Kabar Pesisir di Awal Februari

ujung ilalang pagi ini masih teteskan embun
riak-riak kecil lirih beringsut merapat ke pantai
semilir angin pesisir bangunkan biduk dan tali yang lelap sebab hujan semalam

aku kabarkan padamu yang jauh di sana
hari ini pesisir damai dalam ekosistem rasa
asap mengepul dari perapian nelayan
jerit, tawa, tangis anak-anak pun riuh bangunkan pagi

aku kabarkan padamu yang jauh di sana
pagi ini masih lalu lalang sepeda dan becak
berebut jalan tuk cepat sambut tawa dalam kehidupan
sementara istri-istri nelayan sibuk menata ikan

aku kabarkan padamu
udara pagi silih berganti aroma rasa
bau masakan,
bau ikan yang dikeringkan
dan bau khas ombak pesisir

tiba-tiba kau menyembul diantara ombak
tersenyum
berbisik