Monday, June 20, 2011

Masih ada kamu dalam tiap sajakku

Terpekur pada sebuah muara
melihat ombak yang begitu angkuh mendebur beriak pada pesisir
kucoba bercermin pada bias biru kilau kaca di hamparan ombak
lelah, penat dengan ratusan emosi terlihat membiru

kusandarkan diri pada angin diam dan makin membisu
gemerisik mengusik dan mengajakku berteriak
awan tetap berarak, bangau tetap saja mengais tanah basah
kepiting tetap berlari kian kemari ejek siput yang melata mesra

aku kabarkan padamu wahai yang menggelitik tiap detak detik nafasku
aku hanya bisa pandangi tanpa bisa rangkai makna dalam tatapanmu
kuhirup dalam aroma pesisir hingga penuhi rongga dadaku
sesak mendesak padatkan bayangmu dalam tiap hembus angin
menyeruak mengalir disetiap pori
kau lah roh yang bersemayam dalam tiap sajakku

Saturday, June 18, 2011

Mengguncang Mimpi tak sempurna

merenda malam merangkai ujung fajar yang kan berganti pagi
samar memerah di langit menyemburat
purnama tlah berlalu kelam membeku dan membatu
simphoni itu masih mengiang saat gerhana bulan
iringi langkahmu bersama badai dihatimu

serpihan-serpihan kenangan itu berdesak
mengguncang mimpi-mimpi yang tak sempurna

kusandarkan rembulan di pelupuk mata hati
Kau yang bersembunyi entah di mana saat ini
dalam hening sepi gelap kelam mentasbih
di setiap detik labirin hati

langit berduka menghitam tak kuasa membiru
begitu juga pesisir tak lagi bergemuruh tanpa candamu

Friday, June 17, 2011

Tuesday, June 14, 2011

Mendung Balut Purnama

Mendung bergelayut balut purnama
lembab langit membiru iringi percumbuan waktu
seperti khayalku peluk bayangmu
hingga tuntun jemari rebah dalam tut kata
rangkai sajak membingkai bait kerinduan

purnama luruh dalam kepucatan menghitam
sajakku tanpa kucegah ungkap memori
tiap hembus menggelayut
dekap sepi membuai makna

Thursday, June 9, 2011

Merenda Sepi

merenda waktu
kubuka lembar langit
kubaca halaman yang terlipat awan
selaksa rindu terpanggang penantian

aku seperti hilang akal
terselip dalam sepi alam
detik, menit dan jam berlalu
melenggang merenda hari berlari
sambut senja dalam kedukaan

Tuesday, June 7, 2011

suatu pagi di hari pada bulan Juni

Termenung dalam payung mendung di pagi ke tujuh bulan juni
semangkuk gelisah kau sajikan padaku
hingga beratus kebimbangan seakan membara di atas perapian
tidak juga mampu ungkap makna dibalik kehidupan

sebait resah pun terlontar tanpa dipaksa
hingga bara itu nyaris padam tak lagi menghangatkan

berharap gerimis sejukkan lara
di pagi ke tujuh bulan juni gelisah menyergap rasa

Wednesday, June 1, 2011

Mata Indahmu dan Dingin di Awal Juni

gelap belum benar menyergap
benang-benang kehidupan pun perlahan melemah
ketika sekelebat bayang menatapku tajam
kutangkap dari mataku tatapan mesramu

pada mata indahmu tlah kutulis sajak entah keberapa
tanpa bisa kuhentikan bahkan mengakhirinya,
mengalir kata menyanjungmu dalam desah rindu

kepak kelelawar dan cericit serangga malam
tak hentikan kata mengalir memaknai mata kamu
kau jadi dingin hingga erat memelukku di awal Juni

jangan kau sembunyi pada belukar kehidupan
agar reranting itu tak melukai mata indahmu

aku rebahkan rasa pada remang malam
mengenang matamu, memandang hasratmu
adalah mimpi terindah dalam sajakku