Monday, February 28, 2011

gerimis dan sajak

senja
gerimis
dingin
diam
membisu
hati tetap eja kata
hati tetap rangkai frasa
hati tetap tulis sajak
rasa, berkecamuk
rasa, menyatu
dan rasa dalam sajakku

Sunday, February 27, 2011

sepi

Genderang sudut hati bertalu
menggema tapi mengapa sepi meluruhkan hati
membasuh malam hingga waktu seakan terhenti

kesunyian membiru, mempurba mendekap sepi
setetes air menyelip di balik genting perlahan
menghujam bagai panah berdenting
nyaring pekakkan gendang rasa
sepi pun kudekap agar detik tak terhenti
bersama kalander bisu di akhir bulan februari

Thursday, February 24, 2011

awan dilangit pesisir malam ini

aku sembunyi di bawah awan merayap dalam gelap
tanpa lentera purnama, kunang-kunang tertatih
parau gagak dan cericit kelelawar tawarkan senyap
terserak kenangan diantara dedaun melayang
terhembus angin menyisir kata, frasa siluetkan makna

hempas ombak masih sisakan sajak yang belum usai
pesisir ruangkan hamparan lembut tuk tuangkan cerita
merayap awan gelap rangkai alur hingga titik penantian
aku pun terpekur diam hempaskan kata dalam sajak kita

Saturday, February 19, 2011

purnama di bulan februari

kutatap langit malam ke 20 di februari ini
lengang dan sunyi di tengah lapang kusandarkan
sekedar mengupas sebuah perjalanan
Kau yang merekah di setiap lelap membenamkan kata
kata yang terukir dalam sajak terboreh sinar purnama

kelopak itu telah merekah seiring benangsari dibuai purnama
bersama awan bak jamur cakrawala dininabobokan angin malam
sajak hanyalah wakil hati tuk habiskan malam bersama purnama


Friday, February 18, 2011

diam adalah luka

diam adalah luka
bak anak panah lepas dari gandewa
menancap tajam sesaat setelah tawa
pelangi pun absurd memucat

kupu-kupu itu pun tiada sayap
warna pudar dan tiada melayang

hingga kunang-kunang melata dalam gelap
sepi, sunyi dan diam

kembali aku terdiam
dalam purnama mengembang

Tuesday, February 15, 2011

Pagi kala Gerimis Menyapa

rintik satu satu di pagi mempurba
mendung akhiri perjalanan mentari
saat hati gersang, penuh debu kerinduan
seperti oase, bayangmu hadir bawakan aku
semangkuk kata-kata untuk sajakku

bayangmu buat aku tertunduk, merenung dan menatap
jauh menelusup mengalir dan menyatu dikornea indahmu
hingga tenggelam dan hanyut dalam buaian sajak

saat kututup mataku, terbesit hasrat
menenggelamkan bayangmu jauh ke dalam sajakku
saat ku yakinkan hati
kau mampu hadir ditiap kata, frasa dan klausa
selalu ada yang memaksa aku
untuk membawamu serta dalam tiap sajakku

Saturday, February 12, 2011

Sepucuk Daun Mekar di Ranting Kering

Sepucuk daun tlah mekar di ranting kering

dalam kesendirian daun bergelantung

sembari merapal azimat rindu

melumat sejuta rasa di dada

dan ku tuang dalam sajak bersama kupu-kupu putih


di ranting kering itu

sendiri berteman desau angin dan bulan separoh

ada kerinduan semakin meletup

pada senyuman membayang di mataku


tentang daun mekar di ranting kering

tentang rindu mendekap kata dalam sajakku

Thursday, February 10, 2011

Di Pesisir Ini Kembali Kumerindumu

cakrawala merona fajar menjelma
Mengalun suara sukma terhirup aroma nafas berbalut asa
wangi merekah di taman asri
embun gemercik bertabur elegi menyambut hari

Manja menari di sayap kupu-kupu
terbang singkap ujung malam kala mata mulai terjaga
Pesona pagi membahana tersketsa gairah
alunan semayup mengayuh sepanjang takbir terukir doa

Syair perlahan berbisik pada semesta
maha karya sang pencipta dalam lukisan cakrawala
detik menggelinding dalam detak jam dinding
memberi sinergi cerita pada sajak

dingin hempaskan segala kerinduan
meraba jejak perhiasan jiwa
yang lelap bersama sepenggal mimpi

rasa itu kian teduh dalam rindang bersemi
berirama senada nyanyian syahdu
aku pun terpekur pada sajak
di pesisir ini kembali kumerindumu

Friday, February 4, 2011

Purnama pucat rindukan pelangi

Kau dengarkah desah angin pada reranting kering
senja itu rintik masih saja menghujam menggigilkan kelopak hati
kebekuan purba dalam jambangan merintih lirih
menorehkan goresan dua hati di sayap kupu-kupu

purnama tetap pucat meradang rindukan pelangi bersama kunang-kunang

Lihatlah bulan masih saja sembunyi direngkuh kegelapan
pucat hanyut diterpa angin malam
selaksa sajak bersahutan di tiap lekuk ranting kerinduan
mengerang rindu di sudut korneamu

purnama tetap pucat meradang rindukan pelangi bersama kunang-kunang