Thursday, December 29, 2011

Desember pun kan Berlalu

Detik t'lah berdetak hingga waktu pun merangkak
Alamanak membisu masih saja menggantung dingin
januari kembali sapa desember tuk segera berlalu
rasa pun tetap sama seperti dulu
sepi ini akan tetap menyatu
iringi rindu
iringi luka
luka karena rindu
sepi hanya kan terobati sebatas ilusi dan mimpi
tenggelam luruh silih berganti
tertatih, merintih panggil rindu
menetes lelah bayangkan wajahmu
kukubur dalam makam imajiku
biarlah nisan usang itu menjadi tanda
berharap kau datang dan ziarahi aku
dengan merapal rindumu
majnun tegar peluk makam laela
segudang rasa majnun tumpahkan dalam kata
Laela jaga kehormatan demi rasa yang terpenjara
menyatu dalam badai gurun majnun bercerita
tak bisa kulepas sketsa bayangmu
hingga senja tetap bawa kabar tentang cerita
sajakku bukanlah mantra
dalam sajakku ada rohmu
membalik khayal menjadi nyata
kunyalakan dan kujaga perapian rasa ini
agar hangatmu tetap membara bakar rindu
meski desember segera berganti januari
kau tetaplah roh dalam makna sajakku

Thursday, December 22, 2011

Keranda Rindumu

Gelisah meremang bersama petang yang lalu
menyelinap kelam peluk waktu, rebah gelisah
luruh bagai mendung menghitam berarak taburi langit
Kau perlahan bangunkan lamunan menyerupa kembang tujuh rupa
mewangi menjelma, menyusup dalam gelisahku
jemari pun menari remas rindumu, tuntun aku tatap matamu
menjelma sajak pesonamu
menjelma makna ruhmu
Kau yang bersemayam dalam nisan usang
Kau kubur dirimu dalam senyap kebisuan
rahasia pun kau bawa serta menyulam rindu
Kau tetaplah kerinduan terpendam
satu dalam sajak, satu dalam rindu
kupondong keranda rindumu kubawa
dalam tiap sajakku

Saturday, December 17, 2011

Gerimis dalam Jemari Sajakku

Tersibak wajah lembut di balik buram langit
tirai gerimis merintik satu-satu
kusut membasah mengembun dan menetes
bergelayut manja di ujung rambutmu
Kau sibak gerimis senja itu
jemari pun tutupi dahi tuk lindungi korneamu
dan kulihat aku masih bersemayam di sana
basah gigilkan tubuhmu
setubuhi senja dalam dekapan jemari sajakku

Saturday, December 10, 2011

Purnama Menari

Purnama membuncah merah bawa sekelebat bayangmu
tinggalkan jejak aroma tubuhmu, menyeruak singkap cerita lalu
kulukis kembali remah-remah wajahmu, kurangkai satu-satu
hingga senyum itu, lengkung pipimu abadikan sajakku
kau hadir meliuk menembus dimensi imaji
debur irama hati berkejaran iringi langkahmu
kau gandeng aku dalam wangi tubuhmu di remang purnama
"aku butuh bahumu tuk sekedar bersandar"bisikmu
aku pun luruh dalam getar tubuhmu
mengalir kesejukkan seiring irama nafasmu
aku pun maknai aksara jiwamu dalam senandung purnama
arungi mimpi imaji bersamamu
menari, meniti malam dalam gigil dedaunan
lahirkan pelangi dan nyanyian hati dalam sajak kenangan

Sunday, December 4, 2011

Lara Merindu

Bulan separoh masih mengambang terbalut mendung berarak
dingin, tak sebisik sapamu sadarkanku
entah mengapa lara ini makin merindumu
ingin kubingkai lara ini bagai cerita dan sajak tentangmu
lara ini luruh berjatuhan hingga ingin kulihat dihatimu
masih adakah kata yang kuharap kau ucap, tuk segarkan detik detak
impian-impian yang entah sengaja kau buka kembali
begitu sayu kau ucap kata itu
begitu harap kurengkuh dalam sajakku
seperti kecupan hangat di rinai satu-satu
hangat yang pancarkan roh dalam dingin membisu
wahai Kau yang larakan rinduku
masihkah ada cerita dalam sunyi korneamu
agar aku bisa berkaca melihat kita bersamaa di sana

Thursday, December 1, 2011

Gerimis Pagi Awal Desember

Gerimis pagi yang lalu mengiang rintikkan satu-satu
dingin merambah sapa lirih bisikkan kata rindu
Kau tersketsa di balik jendela diantara lalu lalang di tol Jakarta
menghilang lunglai dan tanpa sapa menerpa
kesunyian makin membuncah
sapamu merenda hujan di pagi yang lalu
sesaat sebelum kukalah pada kata rindu

Monday, November 28, 2011

Seikat Sajak Rindu

Ingin kutulis sajak saat 27 nov menyapa
Gerimis senja itu hantarkan seikat sajak rindu
terbungkus diam dalam rerimbun kerinduan tak berucap
kumaknai lentik dipelupuk dan tatapan korneamu,
lekuk senyum dipipimu dan damai bersemai di bibirmu
bisikkan hati tak terucap bagai melodi alam simphoni lalu
seikat sajak untukmu gigilkan ujung malamku jemput pagi menjelang
kulirik kursi disampingku samar kau membayang
begitu deras sajak-sajak rindu meletup menghujani waktu
ingin kutangkap kupu-kupu putih dan kuberikan padamu
ingin kuajak bercanda kepiting-kepiting kecil
sebelum ombak berhenti deburkan riak-riak kecil
menjelma gerimis dan bianglala senja
sapa rindumu membisik mengetuk pintu kusam
mengendara angin menuju tepian kalbu

Wednesday, November 16, 2011

Kau Rebah dalam Hangat Gelisahku

Pekat kembali hadirkan sepi
sepasang kunang-kunang bermain di antara rintik satu satu
dan kelebat kelelawar bermain di daun daun basah
kembali membuka cerita pada sajak yang ku tulis

teringat kala engkau masih menjamahku dengan tatapanmu
kamu adalah roh dalam kenangan berserak
ingin kembali kusketsakan dalam bingkai dinding bisu

angin tak pernah bosan bisikkan resah
hingga kau rebah dalam hangat gelisahku
mungkin kau tahu, kau selalu ajarkan aku rasanya sendiri

gemetar bibir memaksa eja namamu
hingga musim memasung luka membuncah sajak pilu
di dingin ampenan kutunggu sapamu

Sajak dalam Senja Meremang

Menatap mendung berarak di langit Ampenan
semburat merah pun terselip tiada merona
kutuliskan sajak tak sengaja terbawa dari bayangmu
ke beranda kelabu dan sepi memagut luka menganga

aku tulis sajak luka kupetik dari awan berarak
bagai sekerat hujan merintik tiap detak
rindukan menatap jernih korneamu bagai angin
sejukkan tangkai layu di musim hujan

kuyakin langit dan senja kan mekarkan embun esok
pada jejak yang pernah kita lalui
biarkan rintik menari di dedaun, lalu
menetes sejukkan sajak luka pada senja meremang

Aku Masih Jaga Rindu Ini

Menusuk pagi dalam dingin angin ampenan
terjaga dalam galau pekat membuncah
bayangmu menyeruak dibalik jendela dengan isak membisik

asa ini tlah masam larung dalam celah-celah raga
terserak bersama kenangan menjadi kata yang terluka

sepi iringi langkahmu membawa sepotong pertanyaan
adakah lagu sendu kau hadirkan bersama sajakku

aku masih menjaga rindu ini
tapi luka itu semakin perih menjadi akut
mengenang jiwa raib bersama mendung diiringi rintik satu-satu

aku sandarkan hati pada langit ampenan
angin tetap menjagaku buai sepertiga malam
sambut pagi bersama butiran-butiran embun
yang dilahirkan oleh waktu yang semakin merangkak

Wednesday, November 9, 2011

Senja, Hujan dan Tatapanmu

Kobar merah dalam gerimis senja yang dingin
percik hangat memencar cahaya menggubah rasa
Indah kelopak tebarkan warna hingga batas khayal

kabut senja diantara rintik satu satu selimuti
indah lengkung alismu
sisa embun entah dipagi keberapa masih saja
basahi rambut harummu

lembayung tergelar memerah diantara himpitan mendung
semburat pelangi pun menyusup indah diantara korneamu

rintik satu-satu makin menderas mengalir menetes
dan membentuk sajak-sajak tentangmu

aku masih saja tiada dapat mengelak dan berlari
hingga rakit kesunyian menderu menyibak sungai imajiku

bening rintik menderas hadirkan arus belaimu
sebening tatapanmu hanyut bersama hujan dan senja

Thursday, September 22, 2011

Suatu Hari di Negeri Gurindam






Hari belum begitu tua saat kuterapung
terombang ambing diatas "Pong-pong"
melaju diantara biduk yang bersandar pada jangkar

begitu kecil aku bersandar pada tali
bisikkan kalimat cerita tentangmu "Andai Kau Ikut?"
akan kita rangkai cerita ditengah lautan kepulauan Riau

Detik-detik berpacu dalam nadiku seirama gelombang
aku mimpi malam ini kuseberangi selat diantara
pulau-pulau kecil sekitar tanjungpinang

bersandar pada tali kupandang kubah kuning tegak tegar
"penyengat" telah kulabuhkan sesaat disajadahMu
teriring syukur ku tlah sampai dinegeri masa lalu

di negeri pujangga kutatap istana melayu
di negeri pujangga kubaca karya itu
di negeri pujangga kulihat persemayaman itu

kutatap laut biru
pesisir memutih menghampar
kusimak suara angin membisik
mengungkap rindu pada sajak-sajak tentangmu

Friday, September 9, 2011

Telaga Bening Sajak Tentangmu

kulihat genangan air dipesisir,
pada setetes embun bergelayut dipucuk daun,
bahkan di bening kornea indahmu,
aku ingin tahu adakah aku ditiap bening itu

hari ini jejak itu kembali kupandang
sapa lembut manjamu menyusup
teduh dan sejuk sketsamu kembali
aku tak ingin sedetik lepas menatapmu
ingin kulihat kembali telaga bening itu

memandangmu adalah sebuah syair terindah
selalu ada makna yang tak pernah usai kutulis

Saturday, September 3, 2011

Ingin Kubuka Misteri Tatapanmu

kucoba bangunkan malam agar tak hening
kucoba usik resah agar membuncah
sendiri adalah penjara hati
tanpa makna bisa kutuangkan kata

kenangan itu begitu tersketsa walau usang
perlahan klip klip tentangmu berloncatan
dengan irama lembut menggetarkan rasa
serasa jarimu mengusap dahi dan tatap korneaku

duhai kau yang mengusung makna sajakku
robekkan cerita itu takkan lepas
relung sukma hantarkan satu kata padamu, aku ingin kau tahu
bilik ini makin membara membuka misteri tatapanmu

Thursday, September 1, 2011

Buai Angin September

kembali kumengenangmu dalam buai angin september
sketsa terserak menyatu dilangit dalam buai bulan sabit
seperti indah dalam cahaya korneamu

kembali kumengenangmu dalam buai angin september
tertatih kau sapa aku dengan lembut bahasamu
menelusup merasuk mengalir menyejukkan
berdesir rindu meninabobokan mimpi kita

kembali kumengenangmu dalam buai angin september
mengeja kata merangkai frasa dan kuhujamkan makna
menjadi sebait sajak untukmu

kembali kumengenangmu dalam buai angin september
kau tertunduk dan tersenyum melambai perlahan
tinggalkan aku dalam sampan membisu


kembali kumengenangmu dalam buai angin september
kau tinggalkan narasi tentang pesisir, tentang angin
pemancing, kepiting kecil dan lembut lembayung senja
dari kornea indahmu…

Thursday, August 25, 2011

Mengalir Rindu PadaMu

Mengalir rindu itu padaMu
rindu melebihi segala kangen yang tak berkesudahan
lembut mengalir disegala penjuru urat tubuhku

detak berdegup memanggil dan berdzikir
bak purnama angkat lautan hingga pasang
menebar cahaya dalam gelap terangi pekat jiwa

Mengalir rindu padaMu
rindu yang takkan ending sampai takdirMu tiba
seperti nafas menghembuskan syair mengeja
nama IndahMu sembilan puluh sembilan terpatri

mengalir rindu padaMu
menggema dimalam ramadhan ini
bersahutan di remang malam di semilir dingin
penuhi ruang hati dan menghampar sajak
maknai waktu yang berlalu menjelang idul fitri

Wednesday, August 24, 2011

Daun itu Kian Melayang

Berdiri jauh memandang
di atas karang tegak berdiri tatap gelombang
riak-riak itu kian mereda melemah

bayangmu kian memudar
daun itu kian melayang
tersapu angin pesisir senja

aku rangkai kembali wajah yang terserak
karena sepi membelenggu
rinduku kan mendekap kata, makna sajakku

Monday, August 15, 2011

Jejak itu Masih Hangat

Denting gerimis bagai melodi kenangan
sesaat dingin menjarah
purnama mneyingkir bersama gelayut rindu

jejak itu masih hangat teraba
bersama kepak kelelawar goreskan cerita
terbang menghilang dalam buai pekat

terayun lembut nafas menyeluruh
terjaga pandang bayang silam
basah tanah sisakan bau kemarau
menguap bersama inginmu

Sunday, August 14, 2011

Pada Gerimis Purnama Semalam

Gerimis iringi purnama malam 13 ramadhan
runtuh bersama duka
gugurkan rindu
semakin jauh sayap kupu-kupu itu berkepak
tak lagi indah hiasi hariku

sapa purnama tak lagi ceria
pucat mengambang sambut kelam

daun pinus itu selalu jatuh dan terbawa gelombang
mengambang terombang ambing
tentu kamu ingat kan?
di pesisir pernah ada sajak bercerita

menoleh kembali pada catatan hati
membaca cerita yang hilang
dalam tiap helai sajak tentangmu

Tuesday, August 9, 2011

Rembulan Kerontang

Kuingin Kau pandang rembulan malam ini
sepuluh ramadhan terang hiasi langit
sepotong rindu mengambang pucat memudar
sepi tanpa sapa mesramu

aku masih berenang dalam telaga rembulan
serumpun senyum mengembang dilangit
tapi hambar bersama pucat hati menyeluruh

terserak kenangan dalam catatan sajak
terserak rindu menyeduh semangkuk pilu
melati yang kuselipkan akankah mengering
layu dan tergolek dalam buaimu

kupandang bayang belah korneamu
tersimpan sembilu kepingan rindu
kini tak lagi kubaca kata mesramu sapa candamu
dulu selalu ada dalam tiap pandang matamu

rapuh melebur kerontang rembulan masih mengambang
akankah terbuang sia-sia rindu terhapus angin
tercampak tanpa purnama
melebur bersama kata-kata menyapa bisu

Friday, August 5, 2011

Ziarah Rindu pada Suatu Senja

Kembali kuziarah di tiap langkah yang tertinggal
mencari jejakmu pada sajak membisu
kau begitu hening, diam tak seperti senja yang lalu
jalan seakan lengang menyimpan lelahmu

sajak ini masih kan tertulis
rohmu mewarnai kata tiap bait, diam balut remang
derit roda dan silau lampu bagai helai-helai rindu
berlalu diterbangkan rasa yang membuncah

langit memang membiru bersama senyum rembulan tergerai
tapi lelahmu, diammu tlah kubur rinduku
kembali aku ziarah dalam kenangan senja yang lalu

sinar meredup dalam sorot korneamu
bak rembulan pucat sembabkan langit hati
puzzle hati kembali kutata agar tak satu lobang menganga
kuharap jejakmu tertinggal hingga tetap ku eja
makna ditiap langkah dalam sajakku

Sunday, July 31, 2011

Mendung di akhir sya'ban

Mendung bergelayut iringi petang akhiri sya'ban
seperti syair yang tertoreh yang kusisipkan di tiap slide
kupahatkan pada tiap lembar hati
seperti angin yang sapu rambutmu tiap waktu
tanpa keinginan keringkan hati

entah sejuk ini kan meranggas bersama kerinduan
namun begitulah sajakku kau ciptakan

Wednesday, July 27, 2011

Menyatu Membisu

pagi pun meluruh
singkap pekat tirai semalam
beranjak kubuka jendela menerawang jauh
awan tipis masih saja merangkak dibiru langit
senyum rembulan sya'ban tipis menghias
beranjak kau tiba-tiba membisik lamunkan bayang

kutatap jauh mengayuh angan menuju jiwamu
leburkan resah agar tak menggelisah
tepis keresahan membatu membeku

lantunan kalimatmu pun mengiang
keteduhan perlahan menetes
sejuk aliri angan rangkai imaji
menyatu bersama membisu

Monday, July 25, 2011

sepi makin membisu

rembulan sembunyi merangkak tertatih dibalik pekat awan
rintik rinai satu-satu tetap meluruh
aku terpaku disudut ruang, pandang jendela kaku
membisu sepi dan lekang dalam kebisuan

masihkah angin mendayu hingga waktu berpihak pada rindu
sementara sajak masih tetap merangkak dikeyboard
berloncatan dalam layar monitorku dan menyapamu

Thursday, July 21, 2011

Senja janganlah berlalu

Tanpa perapian kutatap langit
dingin menusuk tak sehangat senja yang lalu

senja itu penjarakan waktu
ku tak mau senja berlalu dan berlari
ingin kutahan matahari dari keningmu
ingin kusingkap misteri dalam tatapanmu

Monday, July 18, 2011

Senja dan Purnama Sya'ban

Denting rasa membuai jiwa, kucoba
rangkai sajikan makna
aku hanya tergugu padangi purnama sya'ban memboreh langit
bayangmu tertunduk

senja yang lalu pucat terbawa mimpi
di penghujung malam di serambi pagi
bening di matamu rapat-rapat kusimpan
meliuk dihembus semilir

embun itu mulai membasah dipucuk-pucuk daun
seperti rindu digelas-gelas berteguk-teguk
hapus dahaga rasa, masih terasa makna
gemericik sajak membasah, mengalun sambut pagi

Friday, July 8, 2011

kuingin kabarkan padamu

kurangkai kata hingga tercipta kalimat
ingin kukabarkan padamu
jalanan berdebu masih saja pudarkan pandangan
setapak demi setapak tinggalkan jejak
lekat berayun-ayun diujung hati

kuingin kabarkan padamu
pantai itu kini tak seindah dulu
keruh, abrasi rusak pesisir
kau membayang disampingku tersenyum
sodorkan segelas minuman

pengail itu,
ya pengail itu masih saja setia
berbasah-basah dalam buai gelombang
aku hanya bisa pandangi sampan tak bertitian
perlahan hembus angin itu
hantarkan parfummu menyeruak
membuka memori tentangmu

Thursday, July 7, 2011

jeruji resah rengkuh rindu

merayap perlahan kau ditiap remah remah angan
terbentuk rasa dekap rindu meluruh
desir mengalir sergap pori-pori ungkap makna

ingin kusentuh dan kumanja bayangmu
agar jeruji resah tak lagi rengkuh rinduku

Friday, July 1, 2011

cerita awal juli

membasah jalanan yang tak pernah sepi
sisa hujan semalam masih terasa jejaknya
terseok pejalan kaki hindari kubangan
diantara sesak lalu-lalang kendaraan

kupandangi jalan tol memanjang kiri ke kanan
semua bak tempat parkir terpanjang
tertatih merayap terselang jeda panjang

sepasang burung kecil hinggap tiba-tiba usik pandanganku
berceracau saling berpagut
kubuka jendela harap angin sejukkan pagiku
burung itu masih saja bercanda tak hiraukan aku

ini kali pagi penuh cerita
cerita tentang jakarta, cerita tentang hujan semalam
cerita tentang sepasang burung geraja
cerita tentang tugas pada negara
dan tentang kerinduan
ya kerinduan itu yang paksa aku menulis sajak ini

Monday, June 20, 2011

Masih ada kamu dalam tiap sajakku

Terpekur pada sebuah muara
melihat ombak yang begitu angkuh mendebur beriak pada pesisir
kucoba bercermin pada bias biru kilau kaca di hamparan ombak
lelah, penat dengan ratusan emosi terlihat membiru

kusandarkan diri pada angin diam dan makin membisu
gemerisik mengusik dan mengajakku berteriak
awan tetap berarak, bangau tetap saja mengais tanah basah
kepiting tetap berlari kian kemari ejek siput yang melata mesra

aku kabarkan padamu wahai yang menggelitik tiap detak detik nafasku
aku hanya bisa pandangi tanpa bisa rangkai makna dalam tatapanmu
kuhirup dalam aroma pesisir hingga penuhi rongga dadaku
sesak mendesak padatkan bayangmu dalam tiap hembus angin
menyeruak mengalir disetiap pori
kau lah roh yang bersemayam dalam tiap sajakku

Saturday, June 18, 2011

Mengguncang Mimpi tak sempurna

merenda malam merangkai ujung fajar yang kan berganti pagi
samar memerah di langit menyemburat
purnama tlah berlalu kelam membeku dan membatu
simphoni itu masih mengiang saat gerhana bulan
iringi langkahmu bersama badai dihatimu

serpihan-serpihan kenangan itu berdesak
mengguncang mimpi-mimpi yang tak sempurna

kusandarkan rembulan di pelupuk mata hati
Kau yang bersembunyi entah di mana saat ini
dalam hening sepi gelap kelam mentasbih
di setiap detik labirin hati

langit berduka menghitam tak kuasa membiru
begitu juga pesisir tak lagi bergemuruh tanpa candamu

Friday, June 17, 2011

Tuesday, June 14, 2011

Mendung Balut Purnama

Mendung bergelayut balut purnama
lembab langit membiru iringi percumbuan waktu
seperti khayalku peluk bayangmu
hingga tuntun jemari rebah dalam tut kata
rangkai sajak membingkai bait kerinduan

purnama luruh dalam kepucatan menghitam
sajakku tanpa kucegah ungkap memori
tiap hembus menggelayut
dekap sepi membuai makna

Thursday, June 9, 2011

Merenda Sepi

merenda waktu
kubuka lembar langit
kubaca halaman yang terlipat awan
selaksa rindu terpanggang penantian

aku seperti hilang akal
terselip dalam sepi alam
detik, menit dan jam berlalu
melenggang merenda hari berlari
sambut senja dalam kedukaan

Tuesday, June 7, 2011

suatu pagi di hari pada bulan Juni

Termenung dalam payung mendung di pagi ke tujuh bulan juni
semangkuk gelisah kau sajikan padaku
hingga beratus kebimbangan seakan membara di atas perapian
tidak juga mampu ungkap makna dibalik kehidupan

sebait resah pun terlontar tanpa dipaksa
hingga bara itu nyaris padam tak lagi menghangatkan

berharap gerimis sejukkan lara
di pagi ke tujuh bulan juni gelisah menyergap rasa

Wednesday, June 1, 2011

Mata Indahmu dan Dingin di Awal Juni

gelap belum benar menyergap
benang-benang kehidupan pun perlahan melemah
ketika sekelebat bayang menatapku tajam
kutangkap dari mataku tatapan mesramu

pada mata indahmu tlah kutulis sajak entah keberapa
tanpa bisa kuhentikan bahkan mengakhirinya,
mengalir kata menyanjungmu dalam desah rindu

kepak kelelawar dan cericit serangga malam
tak hentikan kata mengalir memaknai mata kamu
kau jadi dingin hingga erat memelukku di awal Juni

jangan kau sembunyi pada belukar kehidupan
agar reranting itu tak melukai mata indahmu

aku rebahkan rasa pada remang malam
mengenang matamu, memandang hasratmu
adalah mimpi terindah dalam sajakku

Tuesday, May 31, 2011

Sajak Akhir Mei

Kau kan tetap mewujud huruf,
suku kata, kata bahkan kalimat dari hatiku
seperti angin yang menyejukkan
ke dalam hutan, lautan bahkan ke padang tandus

kau kan tetap munculkan warna dan makna
karena kau adalah sumber makna
segala rasa ungkap suasana
segala candu ungkap rindu

Friday, May 27, 2011

Kumaknai perjalanan ini

Kumaknai perjalanan ini
sebab tak ada yang lebih gelap dari malam
menatap kelam dari jendela kereta
sunyi dari segala kata

kugubah gemerisik roda menjadi simphoni
derit besi bergesek antara sambungan kereta
kuletakkan kembali catatan dalam tiap dingin
menerpa menembus selimut kereta harina

membuncah rasa ingin lelapkan mata
tapi raga tak bicara leleh dalam duka
menggengam dalam pelukan bayang rindu

semua diam terlelap dalam kursi berjajar
membisu dalam balutan selimut hijau
tiba-tiba kau mengetuk jendela, tersenyum
dan sapaku seiring detak yang berdetik dipenghujung malam

sketsa bayangmu menjadi makna
memahat rindu bergemuruh sepanjang rel
terjemahkan dan maknai sajak bisu
merindukanmu dalam perjalanan malam

Wednesday, May 25, 2011

Sendiri di Peron Senja

Aku tulis sajak ini ingin menghampirimu
lewat stasiun senja tuk naik kereta rindumu
sedang senja memisahkan kita kala perjumpaan menyela
aku kan selalu tuliskan sajak untukmu

aku hanya bisa mengenang di rahim kehidupan
mengabadikan hasrat yang selalu meluap
jejak langkah membekas yang berderap
entah kemana langkah gontai ini kan
mencari sapamu

barangkali aku salah tafsirkan sorot matamu
rindu yang membuncah pernah satukan hati dalam gelas
hilangkan dahaga waktu, kini kau bawa lari entah
untuk siapa gelas itu kau berikan

waktu makin merangkak
tinggalkan aku sendiri di peron senja ini

Friday, May 20, 2011

Menunggu Ziarah Hatimu

meniti catatan hati
pada kalander bisu, pada detik yang berdetak
berakhir dipemakaman hati

menancap nisan rasa bersemayam dalam pilu
menunggu ziarah hatimu
kembang harum telah kau taburkan dalam
duka berkepanjangan

membuncah raga mati tanpa kata
tak mampu pecahkan pilu

kuberteriak dari kubur rasa
kau selalu balas bila dengar rintihku
tak pernah kau sambangi pekuburan ini
apalagi ziarah hatimu tanpa harapku

meniti catatan hati
pada kalander bisu, pada detik yang berdetak
berakhir dipemakaman hati

Tuesday, May 17, 2011

Di Pesisir kucari Jejakmu

Gerimis senja menyesakkan aroma pesisir
pada tepian aku termangu mengudar cerita lalu
tentang gejolak, tentang kepiting, tentang pasir
celoteh anak nelayan di sudut bangku malu-malu
bahkan tentang pemancing yang dengan gigih bertahan di deras
ombak dan hujaman gerimis

menangkap secercah putih melayang bergerak riang
sepasang kupu kupu putih sudutkan pandangan
kepiting berlari menuju lobang, sang bangau tertegun
pandang bongkahan kayu tertanam entah sejak kapan

suara itu, ya suara hujaman gerimis pada gelombang
semakin iramakan lara mengiris senja ini

di pesisir kali pertama kucari jejakmu
bekas tapakmu pun tak tertinggal larut
terseret ke tengah bersama sampan menari

seperti senja ini luruh jauh entah kemana
lamunan tentangmu, tentang kita dan tentang pesisir
dekap sepi sajak menjemput malam

Thursday, May 12, 2011

Rembulan tak Sempurna

Bulan separoh mengambang di biru malam
duka tertatih perlahan bawa rasa menggelepar
mimpi ini meniti malam dalam keheningan lara

masih aku rangkum cerita yang berlalu
masih saja rasa itu memberontak
selalu ingin mengajakmu duduk tuk selesaikan
sajak-sajakku

kini sajakku hampa tanpa roh
biarlah bulan separoh tak sempurna
daripada purnama mengambang pucat
pancarkan luka yang dalam memboreh awan

kerinduan kelabu

cerita itu tlah tertoreh dalam grafir keemasan
pada biru lembar-lembar kehidupan kita
perlahan menguning menuju kering
kelam meluruh selimuti harimu
setengah hati jingga menggemuruh
kepangkuan duka
pada suram senja
pada haru malam
tanpa bisa menahanmu pergi

bernaung pada langit tanpa cahaya
sendiri meluruh mengalir ke muara
berkabung pada kerinduan kelabu
biarlah cerita kemarin tetap menghias
pada sajak bisu tanpamu

Saturday, May 7, 2011

Menatap bening indah Korneamu

Menatap bening indah korneamu
sirna mendung yang berarak di atas hati
semua berlalu saat bening itu menyatu
sampaikan apa yang belum terungkap
karena gagap selalu menyela kata tanpa suara

dalam sajakku aku ingin memandangmu
serasa impian selalu sejukkan dagaha rindu

menatap bening indah korneamu
rembulan pun perlahan tersenyum terang
senyum itu takkan bisa lepas tanpa bening matamu
sepasang keindahan yang selalu ingin kupandang

dalam sajakku aku ingin kamu mengerti
ada kerinduan yang terus memaksaku
untuk menuliskan sajak tentangmu

Thursday, May 5, 2011

Syair dalam Simphoni Luka

pucat rembulan mengambang di atas pohon tua
redup penuh duka semakin kelam
berkeping dalam balutan awan hitam
padahal belum usai sajak kutulis tentangmu

taman itu makin suram
debur ombak pesisir masih mengiang
bersama buai angin pesisir hantarkan malam pada cerita

pucat rembulan mengambang di atas pohon tua
redup suram tanda berduka
lantunkan cerita malam tanpa purnama

rembulan merintih dalam senyum sajak duka
melantun syair simphoni luka
menganga tanpa bisa teriak
suara terkikis kelam di tengah pucat rembulan

Wednesday, May 4, 2011

Mengapa Masih Ku Tulis Sajak-sajak

Aku termenung ketika orang bertanya
"mengapa masih saja kau tulis sajak-sajakmu"
pada sepi yang tak bertuan

aku susuri setapak langkah pada bayang kehidupan
aku masih dapat melamun mencari senyum yang hilang
membakar semua kenangan yang tak sempat
kukemas dalam kotak kerinduan,
karena badai dan hujan telah terlanjur membawamu

aku punguti jejak pada tujuan,
berharap bisa bergandeng tangan lepas kerinduan
kau yang terbawa angin tak tahu lagi makna kerinduan
sedangkan pelangi masih saja kuharap lingkari bulan

Aku termenung ketika orang bertanya
"mengapa masih saja kau tulis sajak-sajakmu"
pada sepi yang tak bertuan
aku mencoba mengerti isyarat mendung pada langit
agar kutemukan pelangi lingkari bulan

Saturday, April 30, 2011

Dirimu yang Menderai di antara Kata-kata

Berlalu detik dan menit seiring detak kehidupan sajakku
sepi seusai badai gerimis di ujung malam

Dirimu yang selalu bersemayam dalam sajak-sajakku
Kurangkai kata untuk sekedar menggeliat dari sebuah kebekuan
kucipta sayap untuk sekedar terbang dari sebuah kerinduan
tetap saja engkau yang menderai di antara kata-kata

tak mampu kuterjemahkan arti dari seratus sajak yang tlah kutulis
tak mampu kuimajikan dirimu dalam pelupuk mataku
hingga luka di setiap kata-kata meleleh perlahan
menderas bersama sapamu yang menghilang

Tuesday, April 26, 2011

Sepi dalam Cerita Sajak Bisu

Begitu sepi dan hening sesaat gerimis tinggalkan malam
sepiku larut bersama gigil dingin rengkuh kelam
kan kucari kemana keriuhan untuk malam ini
haruskah kubangunkan bayangmu tuk temaniku?

jangan kau paksa aku tuk cerita tentang sepi ini
catatan itu telah tertoreh alur tentang rasa
rasa yang penuh asa, kemarahan bahkan kerinduan

detik yang terus berdetak bersama kalander bisu
perlahan mengubur dan tanggalkan nisan sepi

lalu muncullah bayangmu kau raih jemariku dan paksa
tuliskan sajak tentang sepi yang berlalu
tajam kornea dan senyum khasmu pun
menjadi tema dalam sajakku
walau sajak bisu cerita ini masih indah tuk dibaca

Friday, April 22, 2011

Akankah Sajakku Usang bersama Gerimis

Masihkah kamu seperti saat terakhir kita bertemu
aku hanya bisa bayangkan dalam imajiku
seperti gerimis petang ini, seperti dingin senja ini
selalu saja hadirkan berjuta kembang

kata dari hatimu selalu terngiang sentakkan sepiku
lunglai, bergejolak dan berontak akan semua ini
hingga gerimis kembali menyadarkanku
dirimu menjelma riuh menantang rindu

seuntai senyum itu tak mampu aku gambarkan
dengan sejuta kalimat
semakin membuatku terpesona akan keindahan korneamu

terbesit kata sesaat kaburkan imajiku
akankah sajak-sajakku menjadi usang bersama gerimis
dan airmataku menjadi nisan hati
kuburkan sosok rasa bersemayam bersama sepi

Tuesday, April 19, 2011

Ku ingin berteduh di Lengkung Alismu

purnama sempurna menanggalkan awan langit
seakan lepas dari belenggu mendung
kau tanggalkan dan bawa deras sinar
seperti degup pompakan rindu di tiap detak

tersketsa korneamu tak lagi sanggup kugubah
menjadi kalimat syahdu ungkapan rindu
senyum melengkung indah menyengat rasuki hati
seiring malam kau hadir dalam imaji pada langit sempurna

kuingin berteduh dalam buai purnama
di lengkung alismu
hingga hangat kan merayap pada sunyi
pada hatimu pada hatiku
dengan sederet kata dalam sajakku

Thursday, April 14, 2011

Aku berenang pada malam tanpamu

malam rengkuh pekat tanpa sapamu
kuingin seka kulit wajahmu
kening dan pipi ranummu
agar mengalir rasa dari sungai hatiku
ke muara hatimu

aku berenang pada malam tanpamu
sinar itu memancar rengkuh rasa penuh asa

kusibak kembali wajah itu dalam imajiku
kuselami dan kuseka tiap jengkal pori kulitmu
aku tersudut dalam rengkuh matamu
senyum itu penjarakan rasa tanpa berpaling

serupa langit rengkuh mendung bersama bulan separo
pucat meradang di antara kembang langit memancar
aku butuh bahu tuk sekedar bersandar
bercerita tentang sajak kerinduan

Tuesday, April 12, 2011

Dalam Pekat Dingin Malam ini

Mengembara dalam pekat dingin
awan menghitam memboreh dilangit
guratan merah tak mampu tembus pekat langit

aku yang rapuh dalam sudut matamu
rasa menjerit membelenggu senyap
pekat makin mengangkara tingkahi malam

Menggelepar rasa disudut senyummu
mengharap asa menjadi sekeping rindu
hingga berdentum semaikan sepi
Menyatu dengan hati dalam sajakku

Friday, April 1, 2011

Bangunlah dari Lelapmu Sejenak

Aku ingin bangunkanmu dari lelap sejenak

gemerisik gerimis adalah malam yang abadi

Aku ingin bangunkanmu dari lelap sejenak
dingin makin membasah bersama gerimis

Adalah kamu temani malamku
kelam berubah terang dalam matamu,

kan kusemaikan rindu pada getar rasa itu,
kan kusandingkan gerimis pada malam

Aku ingin bangunkanmu dari lelap sejenak

kan kuceritakan padamu tentang sajak-sajakku


Sunday, March 27, 2011

Ingin Kembali ke Detik itu

Mendung sampaikan pesanmu
walau sedetik tlah kudengar suara indahmu
kusimpan itu dalam bingkai anganku
dan aku masih saja terpekur, enggan berpaling dari bingkai itu
ada ucap ingin kusampaikan padamu hari ini
ingin kembali ke detik itu

kembali ku menunggu hingga entah detik ke berapa
untuk sekedar menyapa engkau dalam bingkai itu

sepi senyap tiba-tiba meragu dirintik gerimis
kusimak gerimis kian membadai
aku pun tak menemukanmu dalam bingkai itu

Saturday, March 26, 2011

Sajak Sepi yang Tak Sampai

ingin kukabarkan padamu pagi ini
kulihat rangkaian sajak indah pada selembar daun
gerimis pun masih menajam saat mendung mencumbu
sajak tiba-tiba dingin lelah luruh menyatu

luka karena rintik gerimis dan terbakar terik rindu,
hanyalah sebuah pelangi pada imajinasi
terangkai sajak sepi yang tak sampai
pucat kian membungkam
meski sajakku tak berirama merdu

gerimis masih saja hujamkan runcingnya
kau kembali menderas, diantara serpihan waktu
rindu itu mulai tertatih menyibak gerimis

Thursday, March 24, 2011

Tabir itu Makin Membadai

Langit muram dalam kepucatan
selimut awan menghitam berarak
hingga kunang-kunang enggan berkelip
bersama rembulan menghilang sesaat

Kusapa namamu, kubingkai bayangmu
Sebelum gamang menerjang
Takkan terhapus, luruh bersama kata
dalam sajak yang tak pernah selesai kutulis

senja tlah satukan dan pisahkan rasa
seumpama prosa tanpa ending
hingga tereja sebaris kalimat
terjalin alur kerinduan desir pasir pada gelombang
perlahan tertatih tinggalkan gelanggang

embun pun tumbuh menyublim
terselubung muram terpenjara hingga pagi menjelang

Tabir itu makin membadai
hingga sapa dan katamu meradang
Mencekik mimpi

Dalam sunyi terdalamn
tinggal kenangan pada tajam korneamu
serta sebait aksara di hamparan jiwa

Suara Itu

suara itu, ya suara itu
suara itu masih saja menelusup
dari fikiran ke hati
dari hati ke telinga
dari telingan ke bibir
suara yang bernama kerinduan

kau telah kirimi aku sekerat mendung
kaburkan bayangmu di sela waktu
nafas setubuhi tiap angan
diantara detak jantung

sepi itu kian mengalir dan terus menjalar
lalui tiap labirin hati
nafas ini tersengal dalam luka

kulirik detik yang terus berdetak
tak pedulikan rintihan dan teriakkan
kurangkai kata dalam lembar hari
begitu panjang pucat mentari

kadang sayup kudengar sapamu
kadang kau entah menghilang ke mana

aku hanya bisa sandarkan punggung
pada sayap kupu-kupu putih
yang mengepak tertatih diantara gerimis

Sunday, March 20, 2011

Kutulis dalam Sajakku

Kusibak lembar demi lembar melati di bening korneamu
teriring merdu suara seruling dentingkan hati
syairkan hasratmu dalam sudut hati

sketsa purnama merona berselimut lingkaran pelangi
gelayut rindu kutitipkan di tiap tetes embun yang menyatu
hingga esok kan leleh satu-satu di sudut daun
basuh hatimu dalam kelembutan

aku pun berkata dengan detak jantungku
dan berbisik dengan desah nafasku
kutulis tentangmu dalam sajakku

Tuesday, March 8, 2011

Ingin Kusunting Rembulan

Ingin kusunting rembulan sebelum malam rengkuhmu
walau masih secercah senyum tersemat diantara kepak kelelawar
kunang-kunang bermandikan pekat tetap susuri malam
menyapaku di tengah sunyi lelapkan hati

ingin kusunting rembulan sebelum malam rengkuhmu
mengintip diantara awan berarak lumuri langitku
ranting-ranting itu menggigil
tegar jaga malamku tanpa dedaun

ingin kusunting rembulan sebelum malam rengkuhmu
mengejar ujung malam hingga tuntas tugasmu
aku pun kan tetap rangkai sajak
hingga purnama bawa pelangi pada malamku

Sunday, March 6, 2011

Ku ingin Senja tak lagi Sepi

kuingin selalu menjadi huruf dalam lembar kertasmu
agar kata selalu terbaca dan bermakna dalam sajak
bening embun kan selalu menetes dan melintas
ditiap lembar daun dan sejukkan tanah dihatimu

kuingin selalu menjadi huruf dalam lembar kertasmu
agar dirimu selalu hadir dan ada dalam sajak
hiasi tiap kesendirianku
imajinasi ditiap lamunanku

kuingin selalu menjadi huruf dalam lembar kertasmu
agar senja tak lagi sepi

Friday, March 4, 2011

Bayangmu dalam Sayap Kupu-kupu

sayap kupu-kupu itu semakin letih
mengepak satu-satu tertatih dihempas angin
hinggap di dahan kerinduan
reranting rapuh perlahan tertunduk
dalam rebahan kupu-kupu

sejengkal hati menitis perlahan dalam buai rindu
mengalir tanpa batas dari pucuk-pucuk mendung
kabut biru mengambang dalam buai mentari
pucat merona rengkuh bayangmu

menyibak tirai kerinduan
dalam sayap kupu-kupu

Wednesday, March 2, 2011

Mendung Berkabung

gerimis pada fajar di awal bulan maret
kembali toreh cerita dari kepurbaan
senyum dan tatapanmu menghujam
bagai tikaman bertubi pada sepi jiwa

prahara menggelegar tiba-tiba hanya karena kata
belukar itu tlah bersemi dalam balutan mendung
hingga tak kulihat lagi pelangi diwajahmu
bagai kupu-kupu melayang penuh kepucatan

asap perlahan tinggalkan perapian
hingga dingin paksa gigil gemeretak bersama tulang
aku hanya bisa bergumam
sajakku pun hambar tatap
mentari pucat perlahan usir malam
bersama mendung berkabung

Monday, February 28, 2011

gerimis dan sajak

senja
gerimis
dingin
diam
membisu
hati tetap eja kata
hati tetap rangkai frasa
hati tetap tulis sajak
rasa, berkecamuk
rasa, menyatu
dan rasa dalam sajakku

Sunday, February 27, 2011

sepi

Genderang sudut hati bertalu
menggema tapi mengapa sepi meluruhkan hati
membasuh malam hingga waktu seakan terhenti

kesunyian membiru, mempurba mendekap sepi
setetes air menyelip di balik genting perlahan
menghujam bagai panah berdenting
nyaring pekakkan gendang rasa
sepi pun kudekap agar detik tak terhenti
bersama kalander bisu di akhir bulan februari

Thursday, February 24, 2011

awan dilangit pesisir malam ini

aku sembunyi di bawah awan merayap dalam gelap
tanpa lentera purnama, kunang-kunang tertatih
parau gagak dan cericit kelelawar tawarkan senyap
terserak kenangan diantara dedaun melayang
terhembus angin menyisir kata, frasa siluetkan makna

hempas ombak masih sisakan sajak yang belum usai
pesisir ruangkan hamparan lembut tuk tuangkan cerita
merayap awan gelap rangkai alur hingga titik penantian
aku pun terpekur diam hempaskan kata dalam sajak kita

Saturday, February 19, 2011

purnama di bulan februari

kutatap langit malam ke 20 di februari ini
lengang dan sunyi di tengah lapang kusandarkan
sekedar mengupas sebuah perjalanan
Kau yang merekah di setiap lelap membenamkan kata
kata yang terukir dalam sajak terboreh sinar purnama

kelopak itu telah merekah seiring benangsari dibuai purnama
bersama awan bak jamur cakrawala dininabobokan angin malam
sajak hanyalah wakil hati tuk habiskan malam bersama purnama


Friday, February 18, 2011

diam adalah luka

diam adalah luka
bak anak panah lepas dari gandewa
menancap tajam sesaat setelah tawa
pelangi pun absurd memucat

kupu-kupu itu pun tiada sayap
warna pudar dan tiada melayang

hingga kunang-kunang melata dalam gelap
sepi, sunyi dan diam

kembali aku terdiam
dalam purnama mengembang

Tuesday, February 15, 2011

Pagi kala Gerimis Menyapa

rintik satu satu di pagi mempurba
mendung akhiri perjalanan mentari
saat hati gersang, penuh debu kerinduan
seperti oase, bayangmu hadir bawakan aku
semangkuk kata-kata untuk sajakku

bayangmu buat aku tertunduk, merenung dan menatap
jauh menelusup mengalir dan menyatu dikornea indahmu
hingga tenggelam dan hanyut dalam buaian sajak

saat kututup mataku, terbesit hasrat
menenggelamkan bayangmu jauh ke dalam sajakku
saat ku yakinkan hati
kau mampu hadir ditiap kata, frasa dan klausa
selalu ada yang memaksa aku
untuk membawamu serta dalam tiap sajakku

Saturday, February 12, 2011

Sepucuk Daun Mekar di Ranting Kering

Sepucuk daun tlah mekar di ranting kering

dalam kesendirian daun bergelantung

sembari merapal azimat rindu

melumat sejuta rasa di dada

dan ku tuang dalam sajak bersama kupu-kupu putih


di ranting kering itu

sendiri berteman desau angin dan bulan separoh

ada kerinduan semakin meletup

pada senyuman membayang di mataku


tentang daun mekar di ranting kering

tentang rindu mendekap kata dalam sajakku

Thursday, February 10, 2011

Di Pesisir Ini Kembali Kumerindumu

cakrawala merona fajar menjelma
Mengalun suara sukma terhirup aroma nafas berbalut asa
wangi merekah di taman asri
embun gemercik bertabur elegi menyambut hari

Manja menari di sayap kupu-kupu
terbang singkap ujung malam kala mata mulai terjaga
Pesona pagi membahana tersketsa gairah
alunan semayup mengayuh sepanjang takbir terukir doa

Syair perlahan berbisik pada semesta
maha karya sang pencipta dalam lukisan cakrawala
detik menggelinding dalam detak jam dinding
memberi sinergi cerita pada sajak

dingin hempaskan segala kerinduan
meraba jejak perhiasan jiwa
yang lelap bersama sepenggal mimpi

rasa itu kian teduh dalam rindang bersemi
berirama senada nyanyian syahdu
aku pun terpekur pada sajak
di pesisir ini kembali kumerindumu

Friday, February 4, 2011

Purnama pucat rindukan pelangi

Kau dengarkah desah angin pada reranting kering
senja itu rintik masih saja menghujam menggigilkan kelopak hati
kebekuan purba dalam jambangan merintih lirih
menorehkan goresan dua hati di sayap kupu-kupu

purnama tetap pucat meradang rindukan pelangi bersama kunang-kunang

Lihatlah bulan masih saja sembunyi direngkuh kegelapan
pucat hanyut diterpa angin malam
selaksa sajak bersahutan di tiap lekuk ranting kerinduan
mengerang rindu di sudut korneamu

purnama tetap pucat meradang rindukan pelangi bersama kunang-kunang

Monday, January 31, 2011

Denting Rinai dalam Cawan Hati Berkabut

Denting rinai dalam cawan hati berkabut
Celoteh rindu menginggau dalam letihku
kujemput rindu dan kutorehkan dalam sajakku
terkapar di relung hati yang purba,
merangkai sajak, menggumam lisan berderak
hingga kelu lidahku

kau maknai saja sajakku yang bertutur gagu
aku hanya ingin biarkan degup jantung kita yang bersahutan,
mencipta sajak baru

Pada mendung langit ini maknai sajakku
kepurbaan beku menyumbat di imajinasi
tersketsa alis matamu
sebait sajak luka yang mencoba sapamu
menjadi simphoni bara dan lara

Tapi tak ada sahut terdengar,
tiada tangan kau genggam semua kelam
kubayangkan angin membadai menyambar sukmaku
di sepanjang musim kurindui desah dalam sajakku

Sudah tak perlu lagi kau maknai sajak-sajakku
rumah bambu dan selimut sepi, teriris suara kicau diantara rasa
Kenangan kini menjadi sepotong syair
terdampar di tiap detak dan detik serta tanggal membisu
bersama pasir di pesisir menyisiri gemuruh badai nafasmu.

malam menjelma jeritan air mata
dan tak ada yang dapat memaknai sajakku
rindu itu menunggu, menjerit, menembus pucat cakrawala
hingga langit terkepak di sayap burung gagak
gerimis debarkan degup dengan mantra-mantra lelayu
terperanjat lalu menjerit saat malam berpeluk.

Sediakah rindu usang ini sejuk oleh bening rasamu
meski kata, frasa dan kalimat dalam sajakku.

Sunday, January 23, 2011

Berderak pada Sajak

Runtuh dedaun ranting dihujam puing-puing gerimis
hingga lubang luka menganga membiru dan membatu
lengking burung gagak mengusik tiap liang usik senyap
dalam gelap rasa menginggau

lirih suara parau tak terabjad terucap tertekan dalam
sudut otakku
berpilin bagai labirin membentuk relief relif ilusi tentangmu
rembulan tetap terselubung mendung
imajiku tersulut pada retak malam

terpaku saksikan serpih rasa terserak angin mendesah menggamit resah
kaku pun berderak terhenti pada alur yang takluk pada sajak.

Friday, January 21, 2011

Drama Kehidupan



perjalanan adalah sebuah drama kehidupan

ingin kulukis rupa gundah gulanamu

ingin kurangkai sketsa amarahmu

aku tak pernah bisa imajinasikan semua

bersemayam di sudut hati memori tentangmu

kutitipkan saja pada sebuah sajak

Untuk kau baca

jangan pernah lagi ada duka

Tuesday, January 18, 2011

Kau dan Makna dalam Sajakku


Kucetak jejakmu di tiap lorong labirin jiwa dan hatiku
bisa kua lihat sajakku tetap kutulis dengan bahasa kalbu
Akan kutulis tentang jejakmu
selaksa sukmamu meradang dan dukamu meredup

Pandanganmu pada masa depan adalah asa
lihatlah pada tiap indah kalimat sajakku
akan terlukis lembayung dalam langkahmu
pelangi indah warnanya, selaras irama rasamu
jejakmu kan beri makna dalam sajakku

pada setiap lembut tutur sajakku berharap rembulan berpihak
hingga terang semua kenangan di bening matanu
jejakmu kan beri seribu makna dalam sajakku

Saturday, January 15, 2011

Bersama Dingin Senja Ini

Selambai dingin senja ini

terlukis rajutan memori

tersketsa wajahmu

yang tertanam menjadi satu warna

dalam ruang memoriku

bersama dingin senja ini

luruh asa berpayung mendung

Friday, January 14, 2011

duka malam duka hati

Mendung masih menggelayut hingga pekat ini,
Menusuk malam hingga ke ulu hati.
Perih yang menyeruak,
bagai nisan di pekuburan hati, koyak asa yang berdenting,
Hingga luluh lantakkan mawar di atas pusara jiwa

Tuesday, January 11, 2011

Selaksa Mantra dan Sajak

Rembulan pucat ditikam rintik satu-satu
seperti lunglai daun putri malu di sela-sela ilalang
aku sedih tak bisa menjamah semburat pelangi

buai malam adalah selimut kelelahan
mencari dan mengais kesejukan di peluk kelam
sungai rindumu tawarkan asa
seperti ombak yang menderu
sergap keperkasaan karang

inilah azimat batin
selaksa mantra dan sajak dipermadani hatimu
di pesisir ini kuabadikan
bayang tubuhmu dekap rinduku

Monday, January 10, 2011

Ziarah Puisi

sajak yang kutulis lewat semburat senja
padamu tak lagi tertahan oleh gigil angin
terjepit kesadaran, cinta dan kehidupan,
puisi dan sajak masih lekat di angan ini
setiap kali aku mengingat akhir perjalanan sebuah puisi

seperti batang bambu yang begitu indah kugenggam
setiap kali mengeja larik arabiah dengan kaligrafi
meski ku tak begitu hafal, tetapi bukankah itu puisi yang kan kubukukan
dengan melati biru di kehidupan berikutnya nanti?

zikir adalah setiap pijitan jemari di kening
adakah yang lebih mujarab dari merjan tasbih teruntai dari air mata ini?
biarlah kenangan tersaput jelaga dari perapian kehidupanku.
pekat lukis malam agar tersedia ruang untuk fajar esok,

jangan kau bacakan sajak-sajak untuk mengenangku,
cukup segenggam tanah dari kubur hatimu
untuk bisa ku genggam dalam tidurku.
agar kulihat kau tersenyum.

hanya getar jemari
dan sedikit kata mesra
antarkan persemayaman puisi dan kehidupan

Saturday, January 8, 2011

Dalam Diam Aku Merindumu

duduk di meja penuh tumpukkan buku
membisu dalam kebekuan rasa

yam cha, laila majnun, godlob,
anak bajang menggiring angin,
pada lingkar puting susumu,
pengakuan pariyem, tarian bumi,
ronggeng dukuh paruk......
menatapku diam

maafkan aku bila tak lagi buka
bukan aku benci
bukan aku tak peduli

tataran kehidupan berlalu
bagai karya sastra terdahulu
kehidupan kan selalu berimbang
antara masa lalu dan sekarang

dalam beku aku masih terpaku
tatap buku-buku membisu
dalam diam aku merindumu