Friday, April 23, 2010

Yang Kumiliki Kini Hanyalah Sebuah Sajak

Bulan sepenggal menggelantung di titian awan
Kau datang tanpa pesan
tiadakah kata kau bawa agar hiasi sajakku
rindu tlah matikan kata dalam otakku

Bulan sepenggal mengintip di balik tirai awan
Pesanmu dahulu masih tersimpan
Pada langit dan waktu yang sama
saat perpisahan menjemput pertemuan

Bulan sepenggal memandangku curiga
sajak tlah terangkai hingga titian
tapi tak jua bersua bayangmu
Entah purnama keberapa
sukmamu dan sukmaku kan terbang
dalam sayap kupu-kupu

Bulan sepenggal masih saja terjaga
temaram kisahmu tlah hiasi rona awan
Yang kumiliki kini hanyalah sebuah kisah
kata dalam sajak dan sajak dalam hatimu

Tuesday, April 20, 2010

Sajak Dirimu Bersamaku di Sayap Kupu-Kupu

Remang bulan sabit merambat berselimut mendung
perlahan mennggeliat bagai kepompong
hembus angin malam semilir di langit temaram
mengalir berarak laksana sinar di matamu
bagai tetesan kalbu menjelma embun di sudut hati

berguguran rasa di sinar korneamu
menjelma setangkai keheningan saat tatap dunia
dan terbang kepakkan sayap
serupa kupu-kupu bayangmu mengitari sukmaku
hinggap di altar kerinduan dalam temaram bulan sabit

sukmaku dan sukmamu selaksa menyatu
terbang dikedua saya kupu-kupu
terbang diantara ranting-ranting
dan beribu kepompong kerinduan tersenyum
saksikan sukmaku dan sukmamu menyatu

bulan sabit menjerat mendung
sementara kabut berarak sergap purnama
aku yang terpekur diantara sayap kupu-kupu
hanya mampu tulis sajak
sajak kerinduan purnama kala bulan sabit tersenyum
sajak kupu-kupu dalam temaram
dan sajak dirimu bersamaku di sayap kupu-kupu
dalam buaian purnama bulan sabit malam ini

Saturday, April 17, 2010

Padamu Mutiara yang Tersembunyi

Kurasakan belai lembut menghembus syahdu
permukaan laut tenang senja itu
sedikit cahaya mengintip di sudut langit
suasana temaram dan tenang menggelayut di pantai senggigi

seharian berpeluh dalam guratan instrumen
tlah sandarkan aku dalam kepenatan
riak kecil gemerisik luluhkan rasa
terhampar terpal biru dalam terpaan senja

mutiara tersembunyi tlah tersingkap
menggeliat dalam desah angin laut
mutiara itu tlah bersinar
mutiara itu tlah bersiap tuk semakin terang

narmada dan gerung tlah kusinggahi
merangkak perlahan bersiap tuk berlari
tangan-tangan berharap tuk besarkan asa
dalam pintalan benang pendidikan

kini mutiara itu menunggu goresan
hingga menjelma mutiara emas
menyinari narmada
menerangi gerung

padamu mutiara yang tersembunyi
pintalah pada tuanmu tuk peduli
hingga kau mandiri menjadi mutiara emas
di lombok barat mendekap harap

Tuesday, April 13, 2010

Sepanjang Tanjakkan Senggigi Kembali kau Membayang

malam belum lagi sempurna
melaju aku di jalan membias kelam
terbius aku dalam gelap
sergap angin beku di perbukitan senggigi

sebatas mata memandang
hamparan pantai dengan kerlip lampu remang-remang
enggan beranjak dalam buaian jagung bakar dan sate ayam
mata bersenggama dengan rasa di bukit senggigi
yang menjalar membawa lamunan

mematung aku dalam kerinduan
canda penjual sate tiada lagi bisa kumaknai
menyingkap sebuah hakikat
tentang dirimu yang tiba-tiba menutup korneaku

sepanjang jalanan terturut penjaja makanan
rahasia alam mengantar kehidupan
terpintal kisah dalam kain berbenang rasa
mencatatkan sajak sepi dalam keramaian
sepanjang tanjakkan senggigi kembali kau membayang


Tuesday, April 6, 2010

Senyummu

aku terkenang kembali pada senyummu
senyum yang selalu hanyutkan hati ini
senyummu menderu bak gelombang
mengombang-ambingkan biduk rasa ini

aku terkenang kembali pada senyummu
senyum yang tlah terpatri di sudut hati

aku hanya mampu bayangkan kembali senyummu
senyum yang teduh dan damaikan rasa ini
ijinkan aku tetap menempatkan senyummu
di sudut hatiku

Saturday, April 3, 2010

Biduk Kembali berlayar

Biduk tlah kembali berlayar
Kubawa risau dan kuadukan pada awan
gelombang menggulirkan harapan

Tentang asa, rasa dan kerinduan

Biduk tlah kembali berlayar
kulihat secercah cahaya dan terangi jiwa yang meradang
kuhiaskan pada dinding dinding hati
kuarahkan sesekali dengan cemburu dan air mata

Biduk tlah kembali berlayar
bidukku kini sarat akan muatan
terbentuk hasrat tuk mengajakmu bersamaku

aku tak sanggup terombang ambing sendiri

Biduk tlah kembali berlayar
Terguncang keras diterpa gelombang
Tinggalkan cerita dalam sajak kerinduan,
Mengikis gumpalan rasa yang mengakar