Mengalir rindu itu padaMu
rindu melebihi segala kangen yang tak berkesudahan
lembut mengalir disegala penjuru urat tubuhku
detak berdegup memanggil dan berdzikir
bak purnama angkat lautan hingga pasang
menebar cahaya dalam gelap terangi pekat jiwa
Mengalir rindu padaMu
rindu yang takkan ending sampai takdirMu tiba
seperti nafas menghembuskan syair mengeja
nama IndahMu sembilan puluh sembilan terpatri
mengalir rindu padaMu
menggema dimalam ramadhan ini
bersahutan di remang malam di semilir dingin
penuhi ruang hati dan menghampar sajak
maknai waktu yang berlalu menjelang idul fitri
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Thursday, August 25, 2011
Wednesday, August 24, 2011
Daun itu Kian Melayang
Berdiri jauh memandang
di atas karang tegak berdiri tatap gelombang
riak-riak itu kian mereda melemah
bayangmu kian memudar
daun itu kian melayang
tersapu angin pesisir senja
aku rangkai kembali wajah yang terserak
karena sepi membelenggu
rinduku kan mendekap kata, makna sajakku
di atas karang tegak berdiri tatap gelombang
riak-riak itu kian mereda melemah
bayangmu kian memudar
daun itu kian melayang
tersapu angin pesisir senja
aku rangkai kembali wajah yang terserak
karena sepi membelenggu
rinduku kan mendekap kata, makna sajakku
Monday, August 15, 2011
Jejak itu Masih Hangat
Denting gerimis bagai melodi kenangan
sesaat dingin menjarah
purnama mneyingkir bersama gelayut rindu
jejak itu masih hangat teraba
bersama kepak kelelawar goreskan cerita
terbang menghilang dalam buai pekat
terayun lembut nafas menyeluruh
terjaga pandang bayang silam
basah tanah sisakan bau kemarau
menguap bersama inginmu
sesaat dingin menjarah
purnama mneyingkir bersama gelayut rindu
jejak itu masih hangat teraba
bersama kepak kelelawar goreskan cerita
terbang menghilang dalam buai pekat
terayun lembut nafas menyeluruh
terjaga pandang bayang silam
basah tanah sisakan bau kemarau
menguap bersama inginmu
Sunday, August 14, 2011
Pada Gerimis Purnama Semalam
Gerimis iringi purnama malam 13 ramadhan
runtuh bersama duka
gugurkan rindu
semakin jauh sayap kupu-kupu itu berkepak
tak lagi indah hiasi hariku
sapa purnama tak lagi ceria
pucat mengambang sambut kelam
daun pinus itu selalu jatuh dan terbawa gelombang
mengambang terombang ambing
tentu kamu ingat kan?
di pesisir pernah ada sajak bercerita
menoleh kembali pada catatan hati
membaca cerita yang hilang
dalam tiap helai sajak tentangmu
runtuh bersama duka
gugurkan rindu
semakin jauh sayap kupu-kupu itu berkepak
tak lagi indah hiasi hariku
sapa purnama tak lagi ceria
pucat mengambang sambut kelam
daun pinus itu selalu jatuh dan terbawa gelombang
mengambang terombang ambing
tentu kamu ingat kan?
di pesisir pernah ada sajak bercerita
menoleh kembali pada catatan hati
membaca cerita yang hilang
dalam tiap helai sajak tentangmu
Tuesday, August 9, 2011
Rembulan Kerontang
Kuingin Kau pandang rembulan malam ini
sepuluh ramadhan terang hiasi langit
sepotong rindu mengambang pucat memudar
sepi tanpa sapa mesramu
aku masih berenang dalam telaga rembulan
serumpun senyum mengembang dilangit
tapi hambar bersama pucat hati menyeluruh
terserak kenangan dalam catatan sajak
terserak rindu menyeduh semangkuk pilu
melati yang kuselipkan akankah mengering
layu dan tergolek dalam buaimu
kupandang bayang belah korneamu
tersimpan sembilu kepingan rindu
kini tak lagi kubaca kata mesramu sapa candamu
dulu selalu ada dalam tiap pandang matamu
rapuh melebur kerontang rembulan masih mengambang
akankah terbuang sia-sia rindu terhapus angin
tercampak tanpa purnama
melebur bersama kata-kata menyapa bisu
sepuluh ramadhan terang hiasi langit
sepotong rindu mengambang pucat memudar
sepi tanpa sapa mesramu
aku masih berenang dalam telaga rembulan
serumpun senyum mengembang dilangit
tapi hambar bersama pucat hati menyeluruh
terserak kenangan dalam catatan sajak
terserak rindu menyeduh semangkuk pilu
melati yang kuselipkan akankah mengering
layu dan tergolek dalam buaimu
kupandang bayang belah korneamu
tersimpan sembilu kepingan rindu
kini tak lagi kubaca kata mesramu sapa candamu
dulu selalu ada dalam tiap pandang matamu
rapuh melebur kerontang rembulan masih mengambang
akankah terbuang sia-sia rindu terhapus angin
tercampak tanpa purnama
melebur bersama kata-kata menyapa bisu
Friday, August 5, 2011
Ziarah Rindu pada Suatu Senja
Kembali kuziarah di tiap langkah yang tertinggal
mencari jejakmu pada sajak membisu
kau begitu hening, diam tak seperti senja yang lalu
jalan seakan lengang menyimpan lelahmu
sajak ini masih kan tertulis
rohmu mewarnai kata tiap bait, diam balut remang
derit roda dan silau lampu bagai helai-helai rindu
berlalu diterbangkan rasa yang membuncah
langit memang membiru bersama senyum rembulan tergerai
tapi lelahmu, diammu tlah kubur rinduku
kembali aku ziarah dalam kenangan senja yang lalu
sinar meredup dalam sorot korneamu
bak rembulan pucat sembabkan langit hati
puzzle hati kembali kutata agar tak satu lobang menganga
kuharap jejakmu tertinggal hingga tetap ku eja
makna ditiap langkah dalam sajakku
mencari jejakmu pada sajak membisu
kau begitu hening, diam tak seperti senja yang lalu
jalan seakan lengang menyimpan lelahmu
sajak ini masih kan tertulis
rohmu mewarnai kata tiap bait, diam balut remang
derit roda dan silau lampu bagai helai-helai rindu
berlalu diterbangkan rasa yang membuncah
langit memang membiru bersama senyum rembulan tergerai
tapi lelahmu, diammu tlah kubur rinduku
kembali aku ziarah dalam kenangan senja yang lalu
sinar meredup dalam sorot korneamu
bak rembulan pucat sembabkan langit hati
puzzle hati kembali kutata agar tak satu lobang menganga
kuharap jejakmu tertinggal hingga tetap ku eja
makna ditiap langkah dalam sajakku
Subscribe to:
Posts (Atom)