Langit hempaskan ilusi
bersandar pada pundak waktu
berbicara pada bayang berserak di luar jendala
aku yang hanya kecil terpana pada senja
gigil ruang kian mencengkeram
memungut kantuk
terselip di antara hitam berarak
pada langit Jakarta aku menatap
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Tuesday, September 12, 2017
Seuntai Kata
sepenggal senja telah bawa aku pada ruang syahdu
dingin mengecupi sepi dalam buai kerinduan
seperti hari lalu kau bermain dalam kenisbian anganku
luruh ranting asa jatuh satu satu
iringkan luka
menderas arungi lorong sunyi
mencarimu membawa seuntai kata
dingin mengecupi sepi dalam buai kerinduan
seperti hari lalu kau bermain dalam kenisbian anganku
luruh ranting asa jatuh satu satu
iringkan luka
menderas arungi lorong sunyi
mencarimu membawa seuntai kata
Saturday, April 22, 2017
Meruang dalam Dingin Juanda
Hembus mengalun
petikan, alunkan syair
alirkan makna
Hening ruang tunggu
terbius merdu nyanyianmu
Bukan sosokmu yang membiusku
Makna lagumu yang bawa aku tibatiba
Mengembara bersayap kenangan
Gesekan biola tenggelamkan aku
Meruang dalam dingin Juanda
petikan, alunkan syair
alirkan makna
Hening ruang tunggu
terbius merdu nyanyianmu
Bukan sosokmu yang membiusku
Makna lagumu yang bawa aku tibatiba
Mengembara bersayap kenangan
Gesekan biola tenggelamkan aku
Meruang dalam dingin Juanda
Saturday, April 15, 2017
Monolog Rindu
Panggung gelap tiba tiba meremang dalam temaram mendung. Terduduk dalam sepi di antara ngengat, nyamuk dan serangga malam.
Selembar kertas kumal ia genggam, membisu sesekali memandang kosong ke depan.
Terdengar lantunan sajak merdu entah siapa menyusup menyadarkan dalam beku.
"Aku temukan perasaanmu, lalu sepi itu tetiba membayang
Aku temukan perasaanmu pada serpihan rindu yang menggantung entah dimana?"
"Hai... mengapa kau ..."(tak mampu ia lanjutkan)
Kembali suara itu terdengar sayup menjauh
"Pada kealpaan waktu, di setiap dentang yang tak bisa aku terjemahkan pada setiap kilatan senja yang tak mampu aku pendarkan
Aku hanya terdiam disini menemu senyummu tersudut pada semburat jingga sang langit"
"Hai... apa maksudmu.....(terlihat menghiba kedua tangannya membentang)
Tak ada jawab hanya berganti merdu nyanyian
(Reff album kangen So7)
(Berlanjut suara bisik menyergapnya tiba tiba)
"Namun terlalu senyap tak ada lagi panggilanmu tak ada lagi riuh tawamu tak ada lagi kata kata. Beberapa kata hanya engkau yang tau, hanya engkau yang mampu ucapkan"
Ia pun hanya rebahkan diri pada bangku reot di sudut panggung. Bergumam ia semakin jelas
"Engkaulah yang alpha kan aku dalam tarianmu, aku tetaplah pemain yang menunggu skenario sang koreo, tawamulah yang lenyap, seperti tertelan senja sesaat setelah kau lepas genggaman"
"Bila kau temui serpihan serpihan di antara daun gerimis dan senja itulah remah remah yang kau paksa berserak, serpihan itu masih mewujudkan rohmu, mewujudkan sketsamu."
Tiba tiba suara aneh pun menyahut
"Bukanlah inginku.."
"Bukanlah inginku...."
Lampu perlahan gelap .......
Selembar kertas kumal ia genggam, membisu sesekali memandang kosong ke depan.
Terdengar lantunan sajak merdu entah siapa menyusup menyadarkan dalam beku.
"Aku temukan perasaanmu, lalu sepi itu tetiba membayang
Aku temukan perasaanmu pada serpihan rindu yang menggantung entah dimana?"
"Hai... mengapa kau ..."(tak mampu ia lanjutkan)
Kembali suara itu terdengar sayup menjauh
"Pada kealpaan waktu, di setiap dentang yang tak bisa aku terjemahkan pada setiap kilatan senja yang tak mampu aku pendarkan
Aku hanya terdiam disini menemu senyummu tersudut pada semburat jingga sang langit"
"Hai... apa maksudmu.....(terlihat menghiba kedua tangannya membentang)
Tak ada jawab hanya berganti merdu nyanyian
(Reff album kangen So7)
(Berlanjut suara bisik menyergapnya tiba tiba)
"Namun terlalu senyap tak ada lagi panggilanmu tak ada lagi riuh tawamu tak ada lagi kata kata. Beberapa kata hanya engkau yang tau, hanya engkau yang mampu ucapkan"
Ia pun hanya rebahkan diri pada bangku reot di sudut panggung. Bergumam ia semakin jelas
"Engkaulah yang alpha kan aku dalam tarianmu, aku tetaplah pemain yang menunggu skenario sang koreo, tawamulah yang lenyap, seperti tertelan senja sesaat setelah kau lepas genggaman"
"Bila kau temui serpihan serpihan di antara daun gerimis dan senja itulah remah remah yang kau paksa berserak, serpihan itu masih mewujudkan rohmu, mewujudkan sketsamu."
Tiba tiba suara aneh pun menyahut
"Bukanlah inginku.."
"Bukanlah inginku...."
Lampu perlahan gelap .......
Monday, January 16, 2017
Tautan Rindu
begitu dekat......
isyarat matamu jatuhkan aku pada
kata tak terucap
dekap sajak indah bibirmu
berhimpitan frasa gubah makna
sebab langit kuasa tampung tatapanmu,
tautkan rindu
senja pun enggan beringsut
sajakku melangit meruang pada hatimu
isyarat matamu jatuhkan aku pada
kata tak terucap
dekap sajak indah bibirmu
berhimpitan frasa gubah makna
sebab langit kuasa tampung tatapanmu,
tautkan rindu
senja pun enggan beringsut
sajakku melangit meruang pada hatimu
Gigil Sepi
Kucumbu dingin tajam menyesak
kurayu hingga hembusan terakhir menari di luar pintu
ingin kubiarkan hasratnya
gigilkan sisa-sisa penatku
di sini di ruang ini aku
menyulam sepi
kurayu hingga hembusan terakhir menari di luar pintu
ingin kubiarkan hasratnya
gigilkan sisa-sisa penatku
di sini di ruang ini aku
menyulam sepi
Subscribe to:
Posts (Atom)