Sejarah balai pustaka
Balai pustaka didirikan pada 22 september 1917
Balai pustaka atau kantor bacaan rakyat ( voor de volkslectuur) menggantikan komisi bacaan sekolah pribumi dan bacaan rakyat (commisie voor de inslandche school en volkslectuur) yang berdiri tahun 1908.
Dibalik sejarah kelam pendirian balai pustaka yang dilatarbelakangi masalah politik. Balai pustaka mempunyai peranan penting dalam melahirkan sastrawan-sastrawan dan menerbitkan buku-buku sastra dan pelajaran sastra bagi masyarakat Indonesia, terutama berkembangnya sastra modern.
Karya-karya yang terkenal pada masa balai pustaka
1. Azab dan sengsara (1920)
2. Siti Nurbaya (1922)
3. Muda Teruna (1922)
4. Asmara jaya (1928)
5. Sengsara membawa Nikmat (1928)
6. Salah Asuhan (1928)
7. Hulubalang raja (1934)
Karya-karya di atas semuanya menampilkan tokoh belanda sebagai dewa penolong (berperilaku baik)
SEJARAH PUJANGGGA BARU
Pujangga baru pada awalnya adalah nama sebuah majalah bukan nama angkatan. Majalah pujangga baru ini dikelola oleh Arjmin Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisyahbana. Majalah ini terbit setiap dua bulan sekali. Malajah lain yang terbit seiring dengan pujangga baru adalah Panji Pustaka dan pedoman rakyat.
Tetapi pada perkembangannya akhirnya pujangga baru lebih pesat dan terkenal karena di dalamnya memberi ruang lebih luas untuk mengembangkan sastra. Sastrawan di seluruh pelosok banyak diberi tempat untuk mengenalkan karya mereka.
Pedoman rakyat lebih banyak menangkat masalah politik, social dan budaya (umum) sedangkan panji pustaka dianggap memasung kreativitas sastrawan.
Pujangga baru terbit pertama kali pada bulan juli tahun 1933. artikel yang mengangkat nama penerbit ini adalah “menuju seni baru” karya alisjahbana. “Kesusasteraan baru” karya armijn pane ini memperlihatkan keinginan sastrawan mengangkat sastra Indonesia agar terlepas dari sastra tradisional.
SEJARAH ANGKATAN 45 (NAMA ANGKATAN 45)
Fase pertama ditandai dengan munculnya tulisan jassin yang secara jelas hendak mengangkat chairil anwar sebagai tokoh sentral angkatan 45.
Fase kedua ditandai dengan pembelaan jassin terhadap penamaan angkatan 45 berikut sikap yang melandasi angkatan ini.
Fase ketiga ditandai dengan pembelaan jasssin terhadap sikap dan semangat angkatan 45 dengan gagasan humanisme universalnya.
Polemic nama angkatan dimulai ketika jassin menulis artikel “Kesusasteraan di masa Jepang” di dalamnya jassin mulai menyinggung nama chairil anwar. Sosok penyair yang belum genap 20 tahun pada masa itu, berani menulis dan mencipta karya universal. Chairil dikatakan sebagai sosok yang mendobrak dan pembaharu sastra Indonesia.
Kemudian rosihan anwar melansir pertama kali nama angkatan 45. yang sebnarnya adalah usul chairil anwar. Mengapa tidak 42, 43, atau 44? Chairil mengatakan 45 lebih tepat karena hubungannya dengan sejarah “momentopname”.
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Saturday, May 31, 2008
Tuesday, May 27, 2008
Komunitas Sastra "Tetas" SMA N 1 Boja Semakin Mendunia
Komunitas sastra "Tetas" SMA Negeri 1 Boja yang didirikan tahun 2006, yang diketuai oleh Nurhadi,S.Pd (aak didik) sekaligus sebagai pembimbing kini semakin di kenal oleh komunitas sastra di tanah air.Bahkan kini dikenal oleh komunitas eropa. Sejak berdiri komunitas ini telah memiliki dua divisi, yaitu divisi penulisan dan divisi pementasan. divisi penulisan telah membuahkan hasil siswa kelas XII Bahasa berhasil merebut juara pertama dalam lomba menulis cerpen remaja yang diadakan Pusat Bahasa. Fitriani menulis karya "Di RSJ Hari itu" berhasil menduduki peringkat satu dari lima besar se Jawa Tengah. Tahun berikutnya divisi pementasan berhasil merebut 3 piala dari 6 piala yang disediakan teater semut Kendal dalam lomba Akting Umum dan pelajar Se Jawa Tengah, yaitu Arisa sebagai Juara II, Oktavia sebagai juara III, dan Vena sebagai juara Harapan I. Semua pemenang adalah siswi kelas Bahasa dan merupakan anggota teater tetas.
Pada Akhir bulan April hingga Awal mei 2008 SMA 1 Boja khususnya Komunitas Tetas mendapat kunjungan tamu dari Jepang yaitu Shio yang sekarang sedang meneliti perkembangan komunitas sastra Indonesia di Jogjakarta. Wayan Sunatra seorang penyair dari Bali. Herry komunitas sastra dari Semarang (Mahasiswa UNDIP), Ibu Suwarti pemerhati sastra Mempawah Kalimantan, Ade dari Komunitas Sastra Bandung.Selama di Boja kami berdiskusi tentang sastra dan bersepeda sastra atas prakarsa Mas Sigit Susanto (penulis buku Menelusuri Lorong Dunia 1 dan 2). Bahkan pada tanggal 2 Juni mendatang kami juga akan menerima kedatangan Claudia Beck pemerhati sastra dari Swiss yang akan berdialog dan berdiskusi dengan siswa SMA N 1 Boja. Selain itu Komunitas Sastra tetas juga pernah mengisi berturut-turut dalam "Imajio" majalah sastra terbitan Jakarta yang beredar tidak hanya di Indonesia tetapi juga Eropa. Komunitas sastra tetas juga aktif dalam pengiriman lomba menulis prosa pendek. Terbukti tulisan siswa-siswi SMA N 1 Boja dibukukan dalam "Donat Untuk Kusno" yang merupakan naskah pemenang lomba menulis prosa pendek. Rencananya akan di launchingkan pada tanggal 3 Juni 2008 besok. Terima kasih kepada pak Wagiyo selaku penanggung jawab. Mas Sigit yang selalu memotivasi kami, anak-anak yang selalu aktif dan teman-teman pemerhati sastra sehingga komunitas Sastra Tetas semakin berkembang bahkan mendunia saat ini.
Pada Akhir bulan April hingga Awal mei 2008 SMA 1 Boja khususnya Komunitas Tetas mendapat kunjungan tamu dari Jepang yaitu Shio yang sekarang sedang meneliti perkembangan komunitas sastra Indonesia di Jogjakarta. Wayan Sunatra seorang penyair dari Bali. Herry komunitas sastra dari Semarang (Mahasiswa UNDIP), Ibu Suwarti pemerhati sastra Mempawah Kalimantan, Ade dari Komunitas Sastra Bandung.Selama di Boja kami berdiskusi tentang sastra dan bersepeda sastra atas prakarsa Mas Sigit Susanto (penulis buku Menelusuri Lorong Dunia 1 dan 2). Bahkan pada tanggal 2 Juni mendatang kami juga akan menerima kedatangan Claudia Beck pemerhati sastra dari Swiss yang akan berdialog dan berdiskusi dengan siswa SMA N 1 Boja. Selain itu Komunitas Sastra tetas juga pernah mengisi berturut-turut dalam "Imajio" majalah sastra terbitan Jakarta yang beredar tidak hanya di Indonesia tetapi juga Eropa. Komunitas sastra tetas juga aktif dalam pengiriman lomba menulis prosa pendek. Terbukti tulisan siswa-siswi SMA N 1 Boja dibukukan dalam "Donat Untuk Kusno" yang merupakan naskah pemenang lomba menulis prosa pendek. Rencananya akan di launchingkan pada tanggal 3 Juni 2008 besok. Terima kasih kepada pak Wagiyo selaku penanggung jawab. Mas Sigit yang selalu memotivasi kami, anak-anak yang selalu aktif dan teman-teman pemerhati sastra sehingga komunitas Sastra Tetas semakin berkembang bahkan mendunia saat ini.
Lomba menulis Novel
SAYEMBARA MENULIS NOVEL DEWAN KESENIAN JAKARTA 2008
dari situs resmi DKJ:
Untuk merangsang dan meningkatkan kreativitas pengarang Indonesia dalam penulisan novel, Dewan Kesenian Jakarta kembali menyelenggarakan Sayembara Menulis Novel. Lewat sayembara ini, DKJ berharap akan lahir novel-novel terbaik, baik dari pengarang Indonesia yang sudah punya nama maupun pemula, yang memperlihatkan kebaruan dalam bentuk dan isi.
Ketentuan Umum
- Peserta adalah warga negara Indonesia (dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau bukti identitas lainnya).
- Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah.
- Naskah belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya.
- Naskah tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa
- Naskah dan judul ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik
- Tema bebas
Ketentuan Khusus
- Panjang naskah minimal 100 halaman A4, 1,5 spasi, Times New Roman 12
- Peserta menyertakan biodata dan alamat lengkap dalam lembar tersendiri, di luar naskah
- Lima salinan naskah yang diketik dan dijilid dikirim ke:
Panitia Sayembara Menulis Novel DKJ 2008
Dewan Kesenian Jakarta
Jl. Cikini Raya 73
Jakarta 10330
Telp. 021-3193 7639 / 316 2780
- Batas akhir pengiriman naskah: 31 Agustus 2008 (cap pos atau diantar langsung)
Lain-lain
- Para Pemenang akan diumumkan dalam Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel DKJ 2008 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada akhir Desember 2008
- Hak Cipta dan hak penerbitan naskah peserta sepenuhnya berada pada penulis
- Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat-menyurat
- Pajak ditanggung pemenang
- Sayembara ini tertutup bagi anggota Dewan Kesenian Jakarta Periode 2006—2009
Hadiah
Juara I Rp 20.000.000
Juara II Rp 15.000.000
Juara III Rp 12.500.000
dari situs resmi DKJ:
Untuk merangsang dan meningkatkan kreativitas pengarang Indonesia dalam penulisan novel, Dewan Kesenian Jakarta kembali menyelenggarakan Sayembara Menulis Novel. Lewat sayembara ini, DKJ berharap akan lahir novel-novel terbaik, baik dari pengarang Indonesia yang sudah punya nama maupun pemula, yang memperlihatkan kebaruan dalam bentuk dan isi.
Ketentuan Umum
- Peserta adalah warga negara Indonesia (dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau bukti identitas lainnya).
- Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah.
- Naskah belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya.
- Naskah tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa
- Naskah dan judul ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik
- Tema bebas
Ketentuan Khusus
- Panjang naskah minimal 100 halaman A4, 1,5 spasi, Times New Roman 12
- Peserta menyertakan biodata dan alamat lengkap dalam lembar tersendiri, di luar naskah
- Lima salinan naskah yang diketik dan dijilid dikirim ke:
Panitia Sayembara Menulis Novel DKJ 2008
Dewan Kesenian Jakarta
Jl. Cikini Raya 73
Jakarta 10330
Telp. 021-3193 7639 / 316 2780
- Batas akhir pengiriman naskah: 31 Agustus 2008 (cap pos atau diantar langsung)
Lain-lain
- Para Pemenang akan diumumkan dalam Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel DKJ 2008 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada akhir Desember 2008
- Hak Cipta dan hak penerbitan naskah peserta sepenuhnya berada pada penulis
- Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat-menyurat
- Pajak ditanggung pemenang
- Sayembara ini tertutup bagi anggota Dewan Kesenian Jakarta Periode 2006—2009
Hadiah
Juara I Rp 20.000.000
Juara II Rp 15.000.000
Juara III Rp 12.500.000
Bawuk
(Saduran Cerpen Bawuk "Seribu Kunang-kunang di Manhattan" karya Umar Kayam)
Penulis naskah: Nurhadi,S.Pd
Sutradara/pengatur laku: Nurhadi,S.Pd
Musikalisasi : Tim Komunitas Tetas
Lighting : Tim Komunitas Tetas
Scann 1
Sang surya belum sempurna kembali ke peraduannya. Langit bagaikan kanvas raksasa yang dipenuhi warna seperti merah, kuning serta nila yang sedemikian serasi dipandang mata. Nyonya Suryo duduk di kursi sambil mengamati sepucuk surat yang baru di terimanya
Nyonya Suryo: Oh! Rupanya surat dari Bawuk (MEMBUKA AMPLOP SURAT)
Alangkah asing surat dari Bawuk ini! Asing sekali.
“Akan datang Sabtu malam ini. Wowok dan Ninuk saya bawa. Sudilah kiranya Ibu selanjutnya menjaga mereka”
Kalimatnya begitu sederhana dan apa adanya. Padahal setahuku, dulu surat-suratnya selalau penuh dengan cerita tentang orang-orang di sekitarnya. Surat sep[erti itu lebih cocok dengan pribadinya yang ceria dan ramah. (BERPIKIR TENTANG SESUATU)
Kupikir semua anak-anakku mesti hadir pada waktu Bawuk datang . masih ada waktu beberapa hari untuk mendatangkan mereka semua. Tapi... apakah keputusan ini baik? Apakah ini tidak akan menimbulkan ketegangan antara anak-anakku? Bukankah kakak-kakaknya tidak begitu suka dengan aktifitas suaminya yang adalah seorang komunis? Ah... Tidak! Bagaimanapun Bawuk mesti dipertemukan dengan saudara-saudaranya.
***
Scann 2
Setelah Bawuk dan kedua anaknya mengikuti Hassan, suaminya. Mereka tinggal di daerah T dan tinggal di rumah Camat. Bawuk pun aktif dengan kegiatan organisasi dan menjadi pemimpin dari Gerwani, sedangkan Hassan masih menjalankan aktifitasnya. Sampai suatu hari masuklah info tentang pembersihan di daerah S oleh para tentara. Kerena kurir Hassan tidak muncul, maka Hassan dan anak buahnya yang terdiri dari para petani pun melakukan perlawanan.
Kekalahan dari pihak Hassan inilah yang membuat Bawuk harus tinggal berpindah-pindah untuk mencari kontak dengan suaminya. Sampai akhirnya Bawuk mendapat informasi tentang keadaan Hassan di daerah M.
PKI : Saudara Hassan sekarang berada di selatan dengan banyak kawan dari Jakarta. Setelah kehancuran pertahanannya di derah T tempo hari, dia berusaha kembali menyusun kekuatan dengan para petani.
Bawuk : Mangapa Mas Hassan tidak memberitahu saya?
PKI : Dia terlalu sibuk!
Bawuk : Sibuk? Juga terhadap istrinya?
PKI : Ya! Partai dalam keadaan sulit. Saudara tahu hal ini, kan?
Bawuk : Tahu? Selama ini, apa yang kalian kira saya kerjakan?
PKI : Kenapa masih mengeluh tidak ada kontak dengan saudara Hassan?
Bawuk : Dia suamiku. Aku istrinya!
PKI : Sudahlah! Saudara tahu, bikin kontak bisa membahayakan Saudara Hassan. Dengan demikian juga bisa bikin buyar semuanya. Harap saudara ingat! Yang kita hadapi bukan intelejen TNI.
Bawuk : Bukan?
PKI : Bukan! Yang kita hadapi CIA. Yang lainnya Cuma embel-embel saja.
Bawuk : Lantas... Apa yang mesti saya lakukan?
PKI : Menunggu. Tunggu sampai Saudara Hassan bisa menghubungimu. Waktunya pasti akan datang. Selamat siang! (BERJALAN KELUAR)
Bawuk : Hah... Bagaimana nasib kedua anakku kelak? Sudah setahun mereka tidak sekolah dan semakin hari, mereka semakin menarik diri dari pergaualan. Si Ninok akan cepat sekali merasa jengkel dan merajuk saat bermain dengan teman-temannya. Sedangkan, Si Wowok lebih suka bermain sendiri dan melihat setiap ajakan bermain dengan kecurigaan dan sikap was-was. Padahal dulu, saat Mas Hassan masih berada di sini mereke adalah anak-anak yang periang dan ceria. Tidak! Mereka tidak boleh seperti ini. Mereka harus tinggal di lingkungan keluarga yang normal, mereka harus sekolah. Tapi... dimana? (BERPIKIR) Ya! Tempat yang paling baik untuk mereka adalah rumah Mammie. Sekarang akau akan menulis surat kepada Mammie.
***
scann 3
Bawuk : Nuk, Wok, sini Ngger!
Wowok + : Dalem, Bu.
Ninuk
Bawuk : Ngger, besok kalian ibu antar ke rumah Eyang.
Ninuk : Dengan ibu?
Bawuk : Ya, ibu yang antarkan.
Wowok : Ibu cuma antarkan?
Bawuk : Ya, kalian harus tinggal bersama Eyang. Kalian mesti sekolah lagi.
Wowok : Ibu mau kemana?
Bawuk : Ibu kembali kemari. Ibu mesti mencari Bapak.
Ninuk : Bapak dimana sekarang?
Bawuk : Bapak sedang berjuang. Ibu mesti menunggu Bapak.
Wowok : Nanti kalau Ibu sudah ketemu Bapak, Ibu akan datang menjemput Wowok dan Ninuk?
Bawuk : Tentu saja, Wok.
Ninuk : Apa Eyang suka bikin bubur ketan hitam?
Bawuk : O, ya. Dan lainnya juga, ada klepon, kolak pisang, kue mangkok, semua kesukaan Ninuk, kan? Kalian pasti senga tinggal disana. Ayo sekarang bantu Ibu berkemas!
***
scann 4
Nyonya Suryo : Aku tidak tahu keadaan Bawuk yang sesungguhnya sekarang. Juga tentang rencananya selanjutnya. Yang kita ketahui Cuma maksudnya untuk menitipkan Wowok dan Ninuk. Apapun yang akan menjadi rencananya, mari kita bantu bersama-sama.
TOK! TOK! TOK!
Nyonya Suryo : Sepertinya Bawuk sudah datang. Sumi, tolong bukakan pintu, ya?
Sumi : Baik, Mammie. (MEMBUKAKAN PINTU) Wuk, kau sudah datang?
Bawuk : Iya, Yu Sumi. Mbak Yu ada disini?
Sumi : Iya.
Nyonya Suryo : Wuk, Ngger!
Bawuk : (MENCIUM TANGAN DAN KEDUA PIPI IBUNYA) Mammie, apa kabar, Mammie?
Nyonya Suryo : Baik, Wuk! Ayolah duduk! Ninuk, Wowok, ayo duduk sama Eyang! (HANYA NINUK YANG MENDEKAT, WOWOK MALAH SEMAKIN LEKAT MENEMPEL DI BELAKANG IBUNYA) Kapan kalian datang? Wok, Nuk, ayo kenalkan! Ini Budhe Sumi, yang itu Budhe Syul, lalu yang ini Budhe Tini. Ayo Nak, kasih salam kepada Budhe! Sebentar ya? Mammie ambil minum dulu ke dalam. Sebentar ya, Wuk?
Bawuk : Ya, Mammie.
Tini : Kau kaget Wuk, kami datang kesini?
Bawuk : Kaget sih tidak. Cuma heran sebentar. Tapi saya senang sekali lho!
Sumi : Wuk, kamu kelihatan tuaan sedikit. Tapi kamu tampak sehat sekali.
Bawuk : Terlalu banyak urusan, Yu Mi. Sebentar lagi saya pasti sudah keriputan semua. Sebalinya, Yu Sumi tampai makin segar dan muda saja.
Sumi : Ealah, Wuk, Wuk! Kau ini bisa saja!
Syul : Kau ini dari mana, Wuk? Kok tadi datang naik becak?
Bawuk : Wah, susah ceritanya, Yu Syul. Gonta-ganti tempat. Tadi kami datang dari M naik bus.
Tini : Naik bus? Begitu saja?
Bawuk : Ya, begitu saja.
Nyonya Suryo : (MASUK SAMBIL MEMBAWA MAKANAN DAN MINUMAN) Sudahlah. Jangan banyak-banyak dulu kalian tanya adikmu. Wuk, kau minum dulu teh hangat ini.
Bawuk : Baik, Mammie.
Nyonya Suryo : Ayo, Nuk, Wuk, Eyang antar ke dalam. Kalian pasti lelah, kan?
(MENGANTAR WOWOK DAN NINUK KE DALAM)
Sumi : Jadi, kau masih akan kembali ke M, Wuk?
Bawuk : Ya, Yu Mi.
Sumi : Kapan?
Bawuk : Besok, pagi-pagi betul. Kira-kira waktu subuh.
Syul : Tinggal beberapa jam lagi, Wuk.
Bawuk : Benar, Yu Syul.
Tini : Apa yang kau kerjakan di M, Wuk?
Bawuk : Menunggu. Ya, menunggu, Yu Ni.
Sumi : Apa dan siapa yang kau tunggu? Hassan? Come back-nya PKI?
Bawuk : Saya tidak tahu secara pasti lagi, Yu Mi. Mungkin sekali yang mendorong saya tetap menunggu adalah Mas Hassan, suamiku.
Tini : Kalu begitu, kenapa tidak menunggu disini saja. Kau bisa menemani ibu sambil menunggui anak-anakmu. Aku bisa membantu mengusahakan perlindungan dan surat-surat yang kau perlukan.
Bawuk : Aku condong untuk tetap memilih menunggu di M, Yu Ni.
Tini : Kalau begitu, kau tidak hanya menunggu di M, kau pasti ada tugas-tugas tertentu dari kawan-kawan Hassan.
Syul : Tunggu! Tungu! Biar ganti saya yang bertanya.
Tini : Baiklah, Yu Syul.
Bawuk : Wah, ini namanya interogasi, Yu Syul.
Nyonya Suryo : (MEMASUKI RUANGAN) Bawuk, anak-anakmu sudah aku tidurkan. Mereka kelihatannya lelah.
Bawuk : Terima kasih, Mammie. Baiklah, Yu Syul. Silahkan.
Syul : Wuk, apa kau anggota PKI?
Bawuk : Bukan!
Syul : Maksud belum?
Bawuk : Aku istri Mas Hassan!
Syul : Kau tidak menjawab pertanyaanku!
Bawuk : Yu Syul... Aku sudah menjawab pertanyaanmu. Aku kira, ini sudah menjelaskan denga seterang-terangnya.
Syul : Baiklah, aku harap aku bisa mengerti.
Sumi : Wuk, kalu kau bukan PKI, bagaimana kau masih bisa menjalankan tugas-tugas yang diberikan mereka.
Bawuk : Yu Mi... Terus terang saja saya sendiri kurang mengetahui secara pasti. Selama ini aku menciba mngerti hubunganku dengan PKI, ternyata tidak gampang.
Sumi : Dimana letak kesulitan itu? Kau ikut suamimu memberontak, kau patuh terhadap instruksi kawan-kawannya. Buatku, itu tidak terlalu berliku-liku untuk mengerti hubunganmu dengan PKI, Wuk.
Bawuk : Mungkin buatmu, Yu Mi... kau selalu bisa berpikir jernih dan logis sejak masih di HBS dulu.
Sumi : Lho, jangan ngeledek dong, Wuk !
Bawuk : Tidak, Yu Mi. Sungguh, aku iri dengan kemampuanmu melihat segala persoalan dengan tenang, sederhana dan begitu sistematis. Saya sendiri selalu kesulitan di dalam mencoba mengerti hubunganku dengan PKI. Satu-satunya hal yang terang bagiku hanya hubunganku dengan Mas Hassan.
Tini : Bagaimana? Di PKI kan?
Bawuk : Betul, Yu Tini. Tapi hanya itulah yang menjelaaskan kaitanku dengan PKI. Yang lainnya saya... saya kurang begitu jelas. Sungguh itu suatu yang komplek, meskipun buat saya sendiri.
Syul : Wuk, kau tahu artinya pengkhianatan buat negara?
Bawuk : Masya Allah, Yu Syul.
Syul : Baiklah, aku kan mengganti pertanyaanku kalau kau mau. Menurutmu... Menurutmu bekerja untuk PKI itu berbahaya atau tidak?
Bawuk : Berbahaya, Yu Syul. Kalau tidak saya tidak perlu menyerahkan anak-anakku kemari.
Syul : Hanya buat kau dan anak-anakmu saja?
Bawuk : Tidak, buat bayak orang. Buat kau juga.
Syul : Apa kau tidak merasa bersalah dengan membantu satu aktifitas yang membahayakan untuk banyak orang?
Bawuk : Aduh, Yu Syul. Sedih saya kalau kau bertanya tentang salah dan tidak salah. Dari sudut pandang keluarga ini, perkawinanku denga Mas Hassan memang sudah salah. Andai aku menikah dengan seorang akademikus yang bukan seorang revolusioner dan komunis seperti Mas Hassan, bukankah semua sudah beres.
Syul : Wuk, itu tidak benar. Kau tahu tak seorang pun dari kita menghalangimu waktu kau memilih Hassan sebagai jodohmu. Aku kira kau belum menjawab pertanyaanku, malah terkesan kau mau menghindari.
Tini : Wuk, kau jangan merasa terlalau kami pojokkan. Kami cuma tidak ingin kehilanganmu, Wuk. Kau adik bungsu kami dan Ibu sudah tua dan kesepian. Kenapa kau tidak terima saja usulku agar kau tinggal disini, menunggu sampai semuanya tenang kembali.
Bawuk : Yu Mi dan Mas Sun. Mas Mamok dan Yu Tini. Yu Syul dan Mas Pik. Mammie dan Pappie. Ingatkah kalian, dulu Eyang pernah bertanya tentang cita-cita kita. Yu Mi menjawab ingin menjadi istri seorang dokter, Yu Syul ingin menjadi istri seorang arsitek dan saya sendiri, kerena kecintaanku pada kebun, saya ingin jadi istri seorang landbow-consulent. Kita tahu impian kita itu adalah impian yang dibangun dari kemauan orang tua. Pappie yang adalah seorang onder dengan karier gemilang. Begitu juga Mammie, seorang Den Ayu dari Solo yang ingin melihat anaknya terus mengibarkan bendera kepriyayenan. Saya tahu tak seorang pun dari kalian menjadi seperti yang kalian inginkan. Tapi paling tidak, kalian telah mencapai apa yang orang tua kita mau. Yu Mi dapat Mas Sun, seorang Brigjen. Juga kau Yu Syul, kau dapat Mas Pik, seorang Dirjen yang tentunya lebih terpandang dari seorang arsitek. Dan Mas Mamok, meskipun meski harus melewati jalan yang berliku akhirnya bisa menjadi orang yang bertitel akademis yang cukup terpandang di masyarakat dan mendapat Yu Tini, sebagai istri. Dan aku? Aku kawin dengan seorang pemimpin gila, yang SMA pun tidak tamat. Malah berhenti sekolah, menjadi marxis, belajar intrik, kasak-kusuk lagi, mimpi lagi dan akhirnya malah memberontak.
Tapi Mas-Mas, Mbak-Mbak, Mammie dan Pappie. Itulah pilihanku, lepas dari dunia kepriyayenan. Dunia tempat Mas Hassan berada yang penuh dengan asap, mesiu, pelarian dan penejaran.
Mas-Mas, Mbak-Mbak, Mammie dan Pappie. Semua orang pasti berubah, bergeser kesana dan kesini karena kita adalah bagian-bagian dari dunia yang lain.
Itulah Mas-Mas, Mbak-Mbak, Mammie dan Pappie. Yang saya mau coba katakan. Kalian dengarkah?
Mas-Mas, Mbak-Mbak, Mammie dan Pappie. Saya telah berbicara banyak sekali dan panjang sekali malam ini. Dan tidak hanya kepada kalian, tetapi juga kepada suami-suami kalian yang tidak ada disini, bahkan juga kepada Pappie yang telah meninggal. Aku harap ini bisa menjawab pertanyaan kalian semalam suntuk ini. Aku harap kalian telah mendengar dengan baik. Dengan baik. Dengan baik.
Nyonya Suryo : (MEMANDANG BAWUK, MENDEKATINYA DAN MENEPUK PUNDAKNYA) Wuk, sudah jam empat lebih. Kau pasti lelah setelah berbicara semalam suntuk. Kau jadi segera berangakat?
Bawuk : Ya, Mammie. Aku harus berangkat.
Nyonya Suryo : Itu sudah Mammie duga. Pergilah cari suamimu itu.
Bawuk : Ya, Mammie. Saya kira saya harus berangkat segera sebelum fajar. Saya tidak akan bangunkan Ninuk dan Wowok. Mereka sudah tahu kalau mereka harus tinggal. Titip ya, Mammie?
Nyonya Suryo: Tentu, Wuk!
(BAWUK PUN MEMINTA RESTU IBUNYA DAN SEGERA BERANGKAT)
Nyonya Suryo : Wuk, hati-hati, Nduk! Kau cari Hassan sampai ketemu ya?
Bawuk : Baiklah, Mammie.
***
scann 5
Tanah di halaman masih basah. Hujan baru saja berhenti sore itu. Angin yang menghembus membawa harum tanah yang baru menyerap air. Dari beranda depan, Nyonya Suryo mendengar cucu-cucunya membaca Al-Fatekhah denga bimbingan gurunya. Di pangkuannya masih tergeletak surat kabar sore yang memberitakan tentang pemberontakan PKI.
Guru mengaji : Iyyaka na budu waiyyaaka nasta”iin. Ayo dicoba, Ngger!
Wowok + : Iyyaka na budu waiyyaa...
Ninuk
Nyonya Suryo : Wuk, dimana kau sekarang? Tahukah kamu bahwa PKI telah berhasil dihancurkan? Banyak gembong PKI yang tertembak mati. Tahukah kamu? Nama suamimu termasuk didalamnya, Wuk!
Guru mengaji : Artinya, Ngger. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.Ayo kita ulangi lagi, Ngger!
Wowok + : Iyyaka na budu waiyyaa...
Ninuk
Nyonya Suryo : Kini Hassan telah pergi. Dan kau, Wuk! Kau dimana, Nduk?
Guru mengaji : Ihdinash shirathal mustaqiim. Shirathalladziina an’amta ‘alaihim
+ Ninuk + ghairil maghdhuubi ‘alaihim wa ladhdhaalliin. Amin...
Wowok
Penulis naskah: Nurhadi,S.Pd
Sutradara/pengatur laku: Nurhadi,S.Pd
Musikalisasi : Tim Komunitas Tetas
Lighting : Tim Komunitas Tetas
Scann 1
Sang surya belum sempurna kembali ke peraduannya. Langit bagaikan kanvas raksasa yang dipenuhi warna seperti merah, kuning serta nila yang sedemikian serasi dipandang mata. Nyonya Suryo duduk di kursi sambil mengamati sepucuk surat yang baru di terimanya
Nyonya Suryo: Oh! Rupanya surat dari Bawuk (MEMBUKA AMPLOP SURAT)
Alangkah asing surat dari Bawuk ini! Asing sekali.
“Akan datang Sabtu malam ini. Wowok dan Ninuk saya bawa. Sudilah kiranya Ibu selanjutnya menjaga mereka”
Kalimatnya begitu sederhana dan apa adanya. Padahal setahuku, dulu surat-suratnya selalau penuh dengan cerita tentang orang-orang di sekitarnya. Surat sep[erti itu lebih cocok dengan pribadinya yang ceria dan ramah. (BERPIKIR TENTANG SESUATU)
Kupikir semua anak-anakku mesti hadir pada waktu Bawuk datang . masih ada waktu beberapa hari untuk mendatangkan mereka semua. Tapi... apakah keputusan ini baik? Apakah ini tidak akan menimbulkan ketegangan antara anak-anakku? Bukankah kakak-kakaknya tidak begitu suka dengan aktifitas suaminya yang adalah seorang komunis? Ah... Tidak! Bagaimanapun Bawuk mesti dipertemukan dengan saudara-saudaranya.
***
Scann 2
Setelah Bawuk dan kedua anaknya mengikuti Hassan, suaminya. Mereka tinggal di daerah T dan tinggal di rumah Camat. Bawuk pun aktif dengan kegiatan organisasi dan menjadi pemimpin dari Gerwani, sedangkan Hassan masih menjalankan aktifitasnya. Sampai suatu hari masuklah info tentang pembersihan di daerah S oleh para tentara. Kerena kurir Hassan tidak muncul, maka Hassan dan anak buahnya yang terdiri dari para petani pun melakukan perlawanan.
Kekalahan dari pihak Hassan inilah yang membuat Bawuk harus tinggal berpindah-pindah untuk mencari kontak dengan suaminya. Sampai akhirnya Bawuk mendapat informasi tentang keadaan Hassan di daerah M.
PKI : Saudara Hassan sekarang berada di selatan dengan banyak kawan dari Jakarta. Setelah kehancuran pertahanannya di derah T tempo hari, dia berusaha kembali menyusun kekuatan dengan para petani.
Bawuk : Mangapa Mas Hassan tidak memberitahu saya?
PKI : Dia terlalu sibuk!
Bawuk : Sibuk? Juga terhadap istrinya?
PKI : Ya! Partai dalam keadaan sulit. Saudara tahu hal ini, kan?
Bawuk : Tahu? Selama ini, apa yang kalian kira saya kerjakan?
PKI : Kenapa masih mengeluh tidak ada kontak dengan saudara Hassan?
Bawuk : Dia suamiku. Aku istrinya!
PKI : Sudahlah! Saudara tahu, bikin kontak bisa membahayakan Saudara Hassan. Dengan demikian juga bisa bikin buyar semuanya. Harap saudara ingat! Yang kita hadapi bukan intelejen TNI.
Bawuk : Bukan?
PKI : Bukan! Yang kita hadapi CIA. Yang lainnya Cuma embel-embel saja.
Bawuk : Lantas... Apa yang mesti saya lakukan?
PKI : Menunggu. Tunggu sampai Saudara Hassan bisa menghubungimu. Waktunya pasti akan datang. Selamat siang! (BERJALAN KELUAR)
Bawuk : Hah... Bagaimana nasib kedua anakku kelak? Sudah setahun mereka tidak sekolah dan semakin hari, mereka semakin menarik diri dari pergaualan. Si Ninok akan cepat sekali merasa jengkel dan merajuk saat bermain dengan teman-temannya. Sedangkan, Si Wowok lebih suka bermain sendiri dan melihat setiap ajakan bermain dengan kecurigaan dan sikap was-was. Padahal dulu, saat Mas Hassan masih berada di sini mereke adalah anak-anak yang periang dan ceria. Tidak! Mereka tidak boleh seperti ini. Mereka harus tinggal di lingkungan keluarga yang normal, mereka harus sekolah. Tapi... dimana? (BERPIKIR) Ya! Tempat yang paling baik untuk mereka adalah rumah Mammie. Sekarang akau akan menulis surat kepada Mammie.
***
scann 3
Bawuk : Nuk, Wok, sini Ngger!
Wowok + : Dalem, Bu.
Ninuk
Bawuk : Ngger, besok kalian ibu antar ke rumah Eyang.
Ninuk : Dengan ibu?
Bawuk : Ya, ibu yang antarkan.
Wowok : Ibu cuma antarkan?
Bawuk : Ya, kalian harus tinggal bersama Eyang. Kalian mesti sekolah lagi.
Wowok : Ibu mau kemana?
Bawuk : Ibu kembali kemari. Ibu mesti mencari Bapak.
Ninuk : Bapak dimana sekarang?
Bawuk : Bapak sedang berjuang. Ibu mesti menunggu Bapak.
Wowok : Nanti kalau Ibu sudah ketemu Bapak, Ibu akan datang menjemput Wowok dan Ninuk?
Bawuk : Tentu saja, Wok.
Ninuk : Apa Eyang suka bikin bubur ketan hitam?
Bawuk : O, ya. Dan lainnya juga, ada klepon, kolak pisang, kue mangkok, semua kesukaan Ninuk, kan? Kalian pasti senga tinggal disana. Ayo sekarang bantu Ibu berkemas!
***
scann 4
Nyonya Suryo : Aku tidak tahu keadaan Bawuk yang sesungguhnya sekarang. Juga tentang rencananya selanjutnya. Yang kita ketahui Cuma maksudnya untuk menitipkan Wowok dan Ninuk. Apapun yang akan menjadi rencananya, mari kita bantu bersama-sama.
TOK! TOK! TOK!
Nyonya Suryo : Sepertinya Bawuk sudah datang. Sumi, tolong bukakan pintu, ya?
Sumi : Baik, Mammie. (MEMBUKAKAN PINTU) Wuk, kau sudah datang?
Bawuk : Iya, Yu Sumi. Mbak Yu ada disini?
Sumi : Iya.
Nyonya Suryo : Wuk, Ngger!
Bawuk : (MENCIUM TANGAN DAN KEDUA PIPI IBUNYA) Mammie, apa kabar, Mammie?
Nyonya Suryo : Baik, Wuk! Ayolah duduk! Ninuk, Wowok, ayo duduk sama Eyang! (HANYA NINUK YANG MENDEKAT, WOWOK MALAH SEMAKIN LEKAT MENEMPEL DI BELAKANG IBUNYA) Kapan kalian datang? Wok, Nuk, ayo kenalkan! Ini Budhe Sumi, yang itu Budhe Syul, lalu yang ini Budhe Tini. Ayo Nak, kasih salam kepada Budhe! Sebentar ya? Mammie ambil minum dulu ke dalam. Sebentar ya, Wuk?
Bawuk : Ya, Mammie.
Tini : Kau kaget Wuk, kami datang kesini?
Bawuk : Kaget sih tidak. Cuma heran sebentar. Tapi saya senang sekali lho!
Sumi : Wuk, kamu kelihatan tuaan sedikit. Tapi kamu tampak sehat sekali.
Bawuk : Terlalu banyak urusan, Yu Mi. Sebentar lagi saya pasti sudah keriputan semua. Sebalinya, Yu Sumi tampai makin segar dan muda saja.
Sumi : Ealah, Wuk, Wuk! Kau ini bisa saja!
Syul : Kau ini dari mana, Wuk? Kok tadi datang naik becak?
Bawuk : Wah, susah ceritanya, Yu Syul. Gonta-ganti tempat. Tadi kami datang dari M naik bus.
Tini : Naik bus? Begitu saja?
Bawuk : Ya, begitu saja.
Nyonya Suryo : (MASUK SAMBIL MEMBAWA MAKANAN DAN MINUMAN) Sudahlah. Jangan banyak-banyak dulu kalian tanya adikmu. Wuk, kau minum dulu teh hangat ini.
Bawuk : Baik, Mammie.
Nyonya Suryo : Ayo, Nuk, Wuk, Eyang antar ke dalam. Kalian pasti lelah, kan?
(MENGANTAR WOWOK DAN NINUK KE DALAM)
Sumi : Jadi, kau masih akan kembali ke M, Wuk?
Bawuk : Ya, Yu Mi.
Sumi : Kapan?
Bawuk : Besok, pagi-pagi betul. Kira-kira waktu subuh.
Syul : Tinggal beberapa jam lagi, Wuk.
Bawuk : Benar, Yu Syul.
Tini : Apa yang kau kerjakan di M, Wuk?
Bawuk : Menunggu. Ya, menunggu, Yu Ni.
Sumi : Apa dan siapa yang kau tunggu? Hassan? Come back-nya PKI?
Bawuk : Saya tidak tahu secara pasti lagi, Yu Mi. Mungkin sekali yang mendorong saya tetap menunggu adalah Mas Hassan, suamiku.
Tini : Kalu begitu, kenapa tidak menunggu disini saja. Kau bisa menemani ibu sambil menunggui anak-anakmu. Aku bisa membantu mengusahakan perlindungan dan surat-surat yang kau perlukan.
Bawuk : Aku condong untuk tetap memilih menunggu di M, Yu Ni.
Tini : Kalau begitu, kau tidak hanya menunggu di M, kau pasti ada tugas-tugas tertentu dari kawan-kawan Hassan.
Syul : Tunggu! Tungu! Biar ganti saya yang bertanya.
Tini : Baiklah, Yu Syul.
Bawuk : Wah, ini namanya interogasi, Yu Syul.
Nyonya Suryo : (MEMASUKI RUANGAN) Bawuk, anak-anakmu sudah aku tidurkan. Mereka kelihatannya lelah.
Bawuk : Terima kasih, Mammie. Baiklah, Yu Syul. Silahkan.
Syul : Wuk, apa kau anggota PKI?
Bawuk : Bukan!
Syul : Maksud belum?
Bawuk : Aku istri Mas Hassan!
Syul : Kau tidak menjawab pertanyaanku!
Bawuk : Yu Syul... Aku sudah menjawab pertanyaanmu. Aku kira, ini sudah menjelaskan denga seterang-terangnya.
Syul : Baiklah, aku harap aku bisa mengerti.
Sumi : Wuk, kalu kau bukan PKI, bagaimana kau masih bisa menjalankan tugas-tugas yang diberikan mereka.
Bawuk : Yu Mi... Terus terang saja saya sendiri kurang mengetahui secara pasti. Selama ini aku menciba mngerti hubunganku dengan PKI, ternyata tidak gampang.
Sumi : Dimana letak kesulitan itu? Kau ikut suamimu memberontak, kau patuh terhadap instruksi kawan-kawannya. Buatku, itu tidak terlalu berliku-liku untuk mengerti hubunganmu dengan PKI, Wuk.
Bawuk : Mungkin buatmu, Yu Mi... kau selalu bisa berpikir jernih dan logis sejak masih di HBS dulu.
Sumi : Lho, jangan ngeledek dong, Wuk !
Bawuk : Tidak, Yu Mi. Sungguh, aku iri dengan kemampuanmu melihat segala persoalan dengan tenang, sederhana dan begitu sistematis. Saya sendiri selalu kesulitan di dalam mencoba mengerti hubunganku dengan PKI. Satu-satunya hal yang terang bagiku hanya hubunganku dengan Mas Hassan.
Tini : Bagaimana? Di PKI kan?
Bawuk : Betul, Yu Tini. Tapi hanya itulah yang menjelaaskan kaitanku dengan PKI. Yang lainnya saya... saya kurang begitu jelas. Sungguh itu suatu yang komplek, meskipun buat saya sendiri.
Syul : Wuk, kau tahu artinya pengkhianatan buat negara?
Bawuk : Masya Allah, Yu Syul.
Syul : Baiklah, aku kan mengganti pertanyaanku kalau kau mau. Menurutmu... Menurutmu bekerja untuk PKI itu berbahaya atau tidak?
Bawuk : Berbahaya, Yu Syul. Kalau tidak saya tidak perlu menyerahkan anak-anakku kemari.
Syul : Hanya buat kau dan anak-anakmu saja?
Bawuk : Tidak, buat bayak orang. Buat kau juga.
Syul : Apa kau tidak merasa bersalah dengan membantu satu aktifitas yang membahayakan untuk banyak orang?
Bawuk : Aduh, Yu Syul. Sedih saya kalau kau bertanya tentang salah dan tidak salah. Dari sudut pandang keluarga ini, perkawinanku denga Mas Hassan memang sudah salah. Andai aku menikah dengan seorang akademikus yang bukan seorang revolusioner dan komunis seperti Mas Hassan, bukankah semua sudah beres.
Syul : Wuk, itu tidak benar. Kau tahu tak seorang pun dari kita menghalangimu waktu kau memilih Hassan sebagai jodohmu. Aku kira kau belum menjawab pertanyaanku, malah terkesan kau mau menghindari.
Tini : Wuk, kau jangan merasa terlalau kami pojokkan. Kami cuma tidak ingin kehilanganmu, Wuk. Kau adik bungsu kami dan Ibu sudah tua dan kesepian. Kenapa kau tidak terima saja usulku agar kau tinggal disini, menunggu sampai semuanya tenang kembali.
Bawuk : Yu Mi dan Mas Sun. Mas Mamok dan Yu Tini. Yu Syul dan Mas Pik. Mammie dan Pappie. Ingatkah kalian, dulu Eyang pernah bertanya tentang cita-cita kita. Yu Mi menjawab ingin menjadi istri seorang dokter, Yu Syul ingin menjadi istri seorang arsitek dan saya sendiri, kerena kecintaanku pada kebun, saya ingin jadi istri seorang landbow-consulent. Kita tahu impian kita itu adalah impian yang dibangun dari kemauan orang tua. Pappie yang adalah seorang onder dengan karier gemilang. Begitu juga Mammie, seorang Den Ayu dari Solo yang ingin melihat anaknya terus mengibarkan bendera kepriyayenan. Saya tahu tak seorang pun dari kalian menjadi seperti yang kalian inginkan. Tapi paling tidak, kalian telah mencapai apa yang orang tua kita mau. Yu Mi dapat Mas Sun, seorang Brigjen. Juga kau Yu Syul, kau dapat Mas Pik, seorang Dirjen yang tentunya lebih terpandang dari seorang arsitek. Dan Mas Mamok, meskipun meski harus melewati jalan yang berliku akhirnya bisa menjadi orang yang bertitel akademis yang cukup terpandang di masyarakat dan mendapat Yu Tini, sebagai istri. Dan aku? Aku kawin dengan seorang pemimpin gila, yang SMA pun tidak tamat. Malah berhenti sekolah, menjadi marxis, belajar intrik, kasak-kusuk lagi, mimpi lagi dan akhirnya malah memberontak.
Tapi Mas-Mas, Mbak-Mbak, Mammie dan Pappie. Itulah pilihanku, lepas dari dunia kepriyayenan. Dunia tempat Mas Hassan berada yang penuh dengan asap, mesiu, pelarian dan penejaran.
Mas-Mas, Mbak-Mbak, Mammie dan Pappie. Semua orang pasti berubah, bergeser kesana dan kesini karena kita adalah bagian-bagian dari dunia yang lain.
Itulah Mas-Mas, Mbak-Mbak, Mammie dan Pappie. Yang saya mau coba katakan. Kalian dengarkah?
Mas-Mas, Mbak-Mbak, Mammie dan Pappie. Saya telah berbicara banyak sekali dan panjang sekali malam ini. Dan tidak hanya kepada kalian, tetapi juga kepada suami-suami kalian yang tidak ada disini, bahkan juga kepada Pappie yang telah meninggal. Aku harap ini bisa menjawab pertanyaan kalian semalam suntuk ini. Aku harap kalian telah mendengar dengan baik. Dengan baik. Dengan baik.
Nyonya Suryo : (MEMANDANG BAWUK, MENDEKATINYA DAN MENEPUK PUNDAKNYA) Wuk, sudah jam empat lebih. Kau pasti lelah setelah berbicara semalam suntuk. Kau jadi segera berangakat?
Bawuk : Ya, Mammie. Aku harus berangkat.
Nyonya Suryo : Itu sudah Mammie duga. Pergilah cari suamimu itu.
Bawuk : Ya, Mammie. Saya kira saya harus berangkat segera sebelum fajar. Saya tidak akan bangunkan Ninuk dan Wowok. Mereka sudah tahu kalau mereka harus tinggal. Titip ya, Mammie?
Nyonya Suryo: Tentu, Wuk!
(BAWUK PUN MEMINTA RESTU IBUNYA DAN SEGERA BERANGKAT)
Nyonya Suryo : Wuk, hati-hati, Nduk! Kau cari Hassan sampai ketemu ya?
Bawuk : Baiklah, Mammie.
***
scann 5
Tanah di halaman masih basah. Hujan baru saja berhenti sore itu. Angin yang menghembus membawa harum tanah yang baru menyerap air. Dari beranda depan, Nyonya Suryo mendengar cucu-cucunya membaca Al-Fatekhah denga bimbingan gurunya. Di pangkuannya masih tergeletak surat kabar sore yang memberitakan tentang pemberontakan PKI.
Guru mengaji : Iyyaka na budu waiyyaaka nasta”iin. Ayo dicoba, Ngger!
Wowok + : Iyyaka na budu waiyyaa...
Ninuk
Nyonya Suryo : Wuk, dimana kau sekarang? Tahukah kamu bahwa PKI telah berhasil dihancurkan? Banyak gembong PKI yang tertembak mati. Tahukah kamu? Nama suamimu termasuk didalamnya, Wuk!
Guru mengaji : Artinya, Ngger. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.Ayo kita ulangi lagi, Ngger!
Wowok + : Iyyaka na budu waiyyaa...
Ninuk
Nyonya Suryo : Kini Hassan telah pergi. Dan kau, Wuk! Kau dimana, Nduk?
Guru mengaji : Ihdinash shirathal mustaqiim. Shirathalladziina an’amta ‘alaihim
+ Ninuk + ghairil maghdhuubi ‘alaihim wa ladhdhaalliin. Amin...
Wowok
Ponirah (Asa Yang Hilang)
Karya Nurhadi,S.Pd
Kemiskinan, kebodohan, konflik sosial telah jadikan ponirah tersudut dalam pesakitan yang dihadapkan pada putusan sidang, sementara keluarga dengan carut marut masalah telah jadikan keluarga ponirah berantakan. Keluarga petani itu tidak dapat menikmati masa tua dikala sang ayah terkena serangan jantung akut justru kala ponirah menanti vonis pengadilan. Bagaimana dan mengapa ponirah harus mengalami ini semua.
Scanne 1
(ruangan redup sosok perempuan sedang mengaji duduk di kursi dengan merdu mengeja ayat per ayat kitab suci dipangkuannya. Hingga terdengar bentakan keras petugas dan menggelandangnya keluar)
Ibu : ada apa ini…, ponirah…, ponirah… oooo alah pak, bapak….. kenapa anakmu di bawa polisi pak? Pak…. Pak……pak!!!
Bapak : ada apa bu? Ada apa? Kenapa berantakan semua… kenapa ini Bu?
Ibu : lihat pak.., ponirah di bawa polisi.., itu pak ponirah di naikkan mobil polisi pak…, kenapa ini pak?
Bapak : oalah gustiiiii, gusti apalagi to ini…?
(ibu gemetar memandang amplop coklat dan ia pun membukanya )
Ibu : “Surat Penahanan” Ponirah di tuduh membunuh Direktur PT Angkasa Jaya tempatnya bekerja… oalah nduk kenapa kamu membunuh. (perlahan ibu itu tergeletak lemas dan di topang bapak yang segera menangkapnya)
Bapak : apa ponirah membunuh? Tidak mungkin, tidak mungkin, (tertunduk sambil menggoyang-goyangkan ibu)
(ruangan perlahan redup dan gelap)
Scanne 2
Ibu : Pak…., kenapa nasib kita jadi seperti pak?, panen gagal gara-gara tikus, modal telah habis.., bagaimana nanti mengembalikan hutang pada tuan suryo pak? Sementara ponirah masih di tahan polisi pak
Bapak : sudahlah bu.., tidak usah kau banyak berpikir.., biar aku saja yang berpikir. Aku akan tebus semua kesalahan ini. Gagal panen, hutang banyak semua kan gara-gara aku. Jadi ibu tidak usah banyak berpikir.
Ibu : Tapi pak, aku kan istrimu, sejak awal aku sudah katakan , apapun yang terjadi susah senang kita jalani berdua pak.
Bapak : masalah hutang dan sawah biar aku yang pikirkan , kamu urus saja kedua anakmu itu. Kapan kau tengok ponirah? Kalau kau tengok ponirah di tahanan, jangan pernah bercerita keadaan kita. Kasihan dia.
Ibu : iya pak. Aku tak tega lihat ponirah di tahanan. Jatah tengok kan jumat besok pak. Tapi kenapa ponirah di tahan begitu lama. Dan kenapa tidak jelas? Katanya membunuh, katanya tidak bersalah, tapi kok di kurung pak? Hokum kok mencla-mencle?
Bapak : lha mbok ya sudah mungkin ini cobaan hidup keluarga kita bu. Aku juga heran. Ponirah kan Cuma ikut-ikutan demo, dia kan minta hak-haknya sebagai karyawan tetapi kenapa malah ditangkap dan dituduh membunuh.
Ibu : iya pak, iyem!..sini yem
Poniyem : (masuk dengan dandanan modis) ada apa sih bu…. Hari gini teriak-teriak., da pa duhai ibundaku??
Ibu : oalah nduk-nduk mbok kamu eling to nduk.., kamu tu sapa?, keluarga kita bagaimana? Kamu hidup dimana? Mbok eling to nduk-nduk?
Poniyem : itulah yang aku herankan. Kenapa orang-orang desa seperti kita ini masih saja sombong dengan kemiskinannya. Mbok ya jangan bangga dengan ke konvensionalan. Bagaimana bisa berubah nasib ini, berangan-angan aja tidak, apalagi berubah.
Bapak : iyem kamu bicara sama ibumu yem…, eling to nduk... kamu memang yang bisa mengencam pendidikan. Disbanding mbak yumu yang hanya buruh pabrik. Tapi bukan berarti kamu minteri keluargamu nduk.
Poniyem : aku tidak minteri pak. Aku menunjukkan realita. Bahwa inilah hidup. Ya nasib mbak yu kalau hanya buruh. Salah sendiri tidak sekolah.
Ibu : iyem.. jaga omonganmu. Mbak yumu jadi buruh khan demi kamu, agar kamu bisa sekolah. Tapi kenapa kamu malah seperti ini.
Poniyem : lho salah sendiri. Kok sekarang aku yang disalahin. Kalau bapak dulu bapak menabung. Pasti akan punya simpanan. Lha sekarang sudah pensiun. Kenapa juga dulu bapak hutang banyak… sekarang seperti ini. Aku apa juga harus menderita.. justru aku seperti ini itu untuk tidak meratapi nasib. Tapi merubah nasib.
Ibu : iyem berani sekali kamu
Bapak : dasar anak durhaka. Iyem …..kamu mau tahu……kenapa bapak hutang….iyem…
Ibu : sudahlah jangan layani anakmu…. Ingat kondisimu pak…..ingat pak
Bapak : tidak bu…, ini harus saya katakan…..harus saya jelaskan……
(iyem tetep ketus sambil membersihkan kuku)
(tiba-tiba bapak limbung dan terkulai di lantai)
ibu : pak…! Iyem,, lihat bapakmu yem…..iyem….!
Poniyem : makanya bapak harus tahu , bahwa bapak memang sudah tua. ….
Ibu : iyem… olah gusti….gusti…. ponirah andai kau di sini bapakmu tidak akan seperti rah….
Bapak : bu…..sepertinya gusti sudah memanggilku bu…, iyem… kamu perlu tahu.., bahwa bapak hutang dulu itu kan juga untuk mengganti hilangnya motor yang kamu pinjam dulu.
Ibu : pak!!, sudahlah pak…,
Iyem : (terperanjat dan potongan kuku jatuh) (menengok perlahan kearah bapak dan ibu) jadi….jadi… jadi bukan pak suryo yang membayar… tapi bapak…. Aaaaaaa, suryo keparat.., aku telah ditipunya…. (berlari memeluk ayah dan ibunya) maafkan aku pak.., aku…. Aku.. juga telah menyerahkan kehormatanku pada suryo.. agar lunas kesalahanku.. tapi…. hu hu. Maafkan aku bu….
Bapak : jadi…jadi…. Kamu ….. oh bu .. bu ….. (bapak anfal sesaat dan tidak bergerak lagi)
(ibu dan iyem berteriak memanggil bapak dan perlahan lampu redup dengan music yang menyayat diiringi jeritan iyem)
scanne 3
(ruang redup di sebuah ruang tahanan ponirah hanya tertunduk lesu sementara teman sekamar bermain-main kartu)
Ponirah : (berjalan mengelilingi ruang tahanan) bapak….., ibu…… iyem… mengapa perasaanku tidak enak…..ada kejadian apa di sana….. aku kangen… kangen semuanya.
Jujuk : sudahlah ..! berisik kamu. Sini lho main kartu.., jangan muter-muter terus. Pusing aku perhatikan kamu.
Ponirah : tapi.., kali ini aku benar-benar tidak nyaman.
Jujuk : maka dari itu, ayo main kartu lagi. Ntar kan nyaman.
(tiba-tiba masuklah poniyem dengan sesunggukkan)
poniyem : (nangis), mbak yu…., bapak mbak……bapak.
Ponirah : kenapa dengan bapak? Katakana yem.., dan kenapa kamu nangis…, bapak kenapa yem…(sambil menggerak-gerakkan tubuh poniyem)
Poniyem : bapak.., bapak sudah pergi mbak.., bapak mati.., bapak mati gara-gara aku mbak……
Ponirah : apa.., bapak mati……oo alah gusti…… kenapa ini harus aku alami….. besok aku harus duduk di kursi pesakitan.., kenapa kamu bilang gara-gara kamu….
Poniyem : iya tadi bapak marah sama aku…..aku melawan dan….. dan… bapak jantungnya kambuh lalu bapak mati mbak….. …aku yang salah mbak…. Aku tidak tahu kalau bapak banyak hutang juga gara-gara aku……..oooohhh mbak…aku minta maaf,,
Ponirah : sudahlah iyem… smua sudah terjadi…. bapak……bapaaaak (mereka saling berangkulan
(Lampu meredup dan gelap)
scanne 4
(dua pengawal membawa ponirah ke ruang sidang)
hakim : betul kamu ponirah.., lahir di gunung kalong, 12 desember 1978. pekerjaan buruh.
Ponirah : betul pak hakim
Hakim : berdasarkan sidang-sidang sebelumnya. Berdasarkan berkes pemeriksaan perkara, dan berdasar keterangan jaksa penuntut serta pledoi pembelaan tersangka. Dengan ini pengadilan menjatuhkan vonis kepada terdakwa ponirah dalam kasus terbunuhnya tuan Suryo diningrat direktur PT angkasa jaya dengan vonis 12 tahun penjara potong masa tahanan.
Ponirah : saya tidak terima,….. saya protes pak hakim… saya protes.saya tidak bersalah.
Jaksa : ponirah. Pengadilan sudah memutuskan vonis. Kamu jangan melawan pengadilan. Itu penghinaan ponirah.
Ponirah : justru aku menginginkan keadilan. Tuan suryo memang bos saya. Tapi saya tidak membunuh. Saya hanya demo. Saya masuk keruangan karena ingin ketemu langsung. Tapi aku lihat tuan suryo sudah terkapar di tanah. Jadi bukan aku pembunuhnya.
Jaksa : tapi bukti sudah jelas ada sisik jari di pisau yang kamu pegang. Jadi cukup jelas. Kamu memang bersalah.
Ponirah : tidak..aku tidak bersalah..
Pembela : sudahlah ponirah.. kita masih bisa banding.
Ponirah : tapi.., aku tidak bersalah. Ini tidak adil.. tidak adil….. hu uuuh, kenapa harus seperti ini akhirnya.pegadilan memang sudah tidak bisa membela rakyat lagi. Semua ini fitnah. Fitnah….semua fitnah.. aku tidak bersalah….. aku tidak bersalah………………
(lampu perlahan redu
Scanne 5
(lampu perlahan menyala, terlihat gadis bersimpuh di atas batu kali.)
Poniyem: bapak…, ibu…, heee.. huuuu, mbak yu…… maafkan aku ……..akulah yang membunuh tuan suryo……… akulah yang membunuh karena suryo telah menipu bapak, juga telah mengambil kehormatanku ha ha haha hahahahahaha. Akulah yang membunuh.
Kemiskinan, kebodohan, konflik sosial telah jadikan ponirah tersudut dalam pesakitan yang dihadapkan pada putusan sidang, sementara keluarga dengan carut marut masalah telah jadikan keluarga ponirah berantakan. Keluarga petani itu tidak dapat menikmati masa tua dikala sang ayah terkena serangan jantung akut justru kala ponirah menanti vonis pengadilan. Bagaimana dan mengapa ponirah harus mengalami ini semua.
Scanne 1
(ruangan redup sosok perempuan sedang mengaji duduk di kursi dengan merdu mengeja ayat per ayat kitab suci dipangkuannya. Hingga terdengar bentakan keras petugas dan menggelandangnya keluar)
Ibu : ada apa ini…, ponirah…, ponirah… oooo alah pak, bapak….. kenapa anakmu di bawa polisi pak? Pak…. Pak……pak!!!
Bapak : ada apa bu? Ada apa? Kenapa berantakan semua… kenapa ini Bu?
Ibu : lihat pak.., ponirah di bawa polisi.., itu pak ponirah di naikkan mobil polisi pak…, kenapa ini pak?
Bapak : oalah gustiiiii, gusti apalagi to ini…?
(ibu gemetar memandang amplop coklat dan ia pun membukanya )
Ibu : “Surat Penahanan” Ponirah di tuduh membunuh Direktur PT Angkasa Jaya tempatnya bekerja… oalah nduk kenapa kamu membunuh. (perlahan ibu itu tergeletak lemas dan di topang bapak yang segera menangkapnya)
Bapak : apa ponirah membunuh? Tidak mungkin, tidak mungkin, (tertunduk sambil menggoyang-goyangkan ibu)
(ruangan perlahan redup dan gelap)
Scanne 2
Ibu : Pak…., kenapa nasib kita jadi seperti pak?, panen gagal gara-gara tikus, modal telah habis.., bagaimana nanti mengembalikan hutang pada tuan suryo pak? Sementara ponirah masih di tahan polisi pak
Bapak : sudahlah bu.., tidak usah kau banyak berpikir.., biar aku saja yang berpikir. Aku akan tebus semua kesalahan ini. Gagal panen, hutang banyak semua kan gara-gara aku. Jadi ibu tidak usah banyak berpikir.
Ibu : Tapi pak, aku kan istrimu, sejak awal aku sudah katakan , apapun yang terjadi susah senang kita jalani berdua pak.
Bapak : masalah hutang dan sawah biar aku yang pikirkan , kamu urus saja kedua anakmu itu. Kapan kau tengok ponirah? Kalau kau tengok ponirah di tahanan, jangan pernah bercerita keadaan kita. Kasihan dia.
Ibu : iya pak. Aku tak tega lihat ponirah di tahanan. Jatah tengok kan jumat besok pak. Tapi kenapa ponirah di tahan begitu lama. Dan kenapa tidak jelas? Katanya membunuh, katanya tidak bersalah, tapi kok di kurung pak? Hokum kok mencla-mencle?
Bapak : lha mbok ya sudah mungkin ini cobaan hidup keluarga kita bu. Aku juga heran. Ponirah kan Cuma ikut-ikutan demo, dia kan minta hak-haknya sebagai karyawan tetapi kenapa malah ditangkap dan dituduh membunuh.
Ibu : iya pak, iyem!..sini yem
Poniyem : (masuk dengan dandanan modis) ada apa sih bu…. Hari gini teriak-teriak., da pa duhai ibundaku??
Ibu : oalah nduk-nduk mbok kamu eling to nduk.., kamu tu sapa?, keluarga kita bagaimana? Kamu hidup dimana? Mbok eling to nduk-nduk?
Poniyem : itulah yang aku herankan. Kenapa orang-orang desa seperti kita ini masih saja sombong dengan kemiskinannya. Mbok ya jangan bangga dengan ke konvensionalan. Bagaimana bisa berubah nasib ini, berangan-angan aja tidak, apalagi berubah.
Bapak : iyem kamu bicara sama ibumu yem…, eling to nduk... kamu memang yang bisa mengencam pendidikan. Disbanding mbak yumu yang hanya buruh pabrik. Tapi bukan berarti kamu minteri keluargamu nduk.
Poniyem : aku tidak minteri pak. Aku menunjukkan realita. Bahwa inilah hidup. Ya nasib mbak yu kalau hanya buruh. Salah sendiri tidak sekolah.
Ibu : iyem.. jaga omonganmu. Mbak yumu jadi buruh khan demi kamu, agar kamu bisa sekolah. Tapi kenapa kamu malah seperti ini.
Poniyem : lho salah sendiri. Kok sekarang aku yang disalahin. Kalau bapak dulu bapak menabung. Pasti akan punya simpanan. Lha sekarang sudah pensiun. Kenapa juga dulu bapak hutang banyak… sekarang seperti ini. Aku apa juga harus menderita.. justru aku seperti ini itu untuk tidak meratapi nasib. Tapi merubah nasib.
Ibu : iyem berani sekali kamu
Bapak : dasar anak durhaka. Iyem …..kamu mau tahu……kenapa bapak hutang….iyem…
Ibu : sudahlah jangan layani anakmu…. Ingat kondisimu pak…..ingat pak
Bapak : tidak bu…, ini harus saya katakan…..harus saya jelaskan……
(iyem tetep ketus sambil membersihkan kuku)
(tiba-tiba bapak limbung dan terkulai di lantai)
ibu : pak…! Iyem,, lihat bapakmu yem…..iyem….!
Poniyem : makanya bapak harus tahu , bahwa bapak memang sudah tua. ….
Ibu : iyem… olah gusti….gusti…. ponirah andai kau di sini bapakmu tidak akan seperti rah….
Bapak : bu…..sepertinya gusti sudah memanggilku bu…, iyem… kamu perlu tahu.., bahwa bapak hutang dulu itu kan juga untuk mengganti hilangnya motor yang kamu pinjam dulu.
Ibu : pak!!, sudahlah pak…,
Iyem : (terperanjat dan potongan kuku jatuh) (menengok perlahan kearah bapak dan ibu) jadi….jadi… jadi bukan pak suryo yang membayar… tapi bapak…. Aaaaaaa, suryo keparat.., aku telah ditipunya…. (berlari memeluk ayah dan ibunya) maafkan aku pak.., aku…. Aku.. juga telah menyerahkan kehormatanku pada suryo.. agar lunas kesalahanku.. tapi…. hu hu. Maafkan aku bu….
Bapak : jadi…jadi…. Kamu ….. oh bu .. bu ….. (bapak anfal sesaat dan tidak bergerak lagi)
(ibu dan iyem berteriak memanggil bapak dan perlahan lampu redup dengan music yang menyayat diiringi jeritan iyem)
scanne 3
(ruang redup di sebuah ruang tahanan ponirah hanya tertunduk lesu sementara teman sekamar bermain-main kartu)
Ponirah : (berjalan mengelilingi ruang tahanan) bapak….., ibu…… iyem… mengapa perasaanku tidak enak…..ada kejadian apa di sana….. aku kangen… kangen semuanya.
Jujuk : sudahlah ..! berisik kamu. Sini lho main kartu.., jangan muter-muter terus. Pusing aku perhatikan kamu.
Ponirah : tapi.., kali ini aku benar-benar tidak nyaman.
Jujuk : maka dari itu, ayo main kartu lagi. Ntar kan nyaman.
(tiba-tiba masuklah poniyem dengan sesunggukkan)
poniyem : (nangis), mbak yu…., bapak mbak……bapak.
Ponirah : kenapa dengan bapak? Katakana yem.., dan kenapa kamu nangis…, bapak kenapa yem…(sambil menggerak-gerakkan tubuh poniyem)
Poniyem : bapak.., bapak sudah pergi mbak.., bapak mati.., bapak mati gara-gara aku mbak……
Ponirah : apa.., bapak mati……oo alah gusti…… kenapa ini harus aku alami….. besok aku harus duduk di kursi pesakitan.., kenapa kamu bilang gara-gara kamu….
Poniyem : iya tadi bapak marah sama aku…..aku melawan dan….. dan… bapak jantungnya kambuh lalu bapak mati mbak….. …aku yang salah mbak…. Aku tidak tahu kalau bapak banyak hutang juga gara-gara aku……..oooohhh mbak…aku minta maaf,,
Ponirah : sudahlah iyem… smua sudah terjadi…. bapak……bapaaaak (mereka saling berangkulan
(Lampu meredup dan gelap)
scanne 4
(dua pengawal membawa ponirah ke ruang sidang)
hakim : betul kamu ponirah.., lahir di gunung kalong, 12 desember 1978. pekerjaan buruh.
Ponirah : betul pak hakim
Hakim : berdasarkan sidang-sidang sebelumnya. Berdasarkan berkes pemeriksaan perkara, dan berdasar keterangan jaksa penuntut serta pledoi pembelaan tersangka. Dengan ini pengadilan menjatuhkan vonis kepada terdakwa ponirah dalam kasus terbunuhnya tuan Suryo diningrat direktur PT angkasa jaya dengan vonis 12 tahun penjara potong masa tahanan.
Ponirah : saya tidak terima,….. saya protes pak hakim… saya protes.saya tidak bersalah.
Jaksa : ponirah. Pengadilan sudah memutuskan vonis. Kamu jangan melawan pengadilan. Itu penghinaan ponirah.
Ponirah : justru aku menginginkan keadilan. Tuan suryo memang bos saya. Tapi saya tidak membunuh. Saya hanya demo. Saya masuk keruangan karena ingin ketemu langsung. Tapi aku lihat tuan suryo sudah terkapar di tanah. Jadi bukan aku pembunuhnya.
Jaksa : tapi bukti sudah jelas ada sisik jari di pisau yang kamu pegang. Jadi cukup jelas. Kamu memang bersalah.
Ponirah : tidak..aku tidak bersalah..
Pembela : sudahlah ponirah.. kita masih bisa banding.
Ponirah : tapi.., aku tidak bersalah. Ini tidak adil.. tidak adil….. hu uuuh, kenapa harus seperti ini akhirnya.pegadilan memang sudah tidak bisa membela rakyat lagi. Semua ini fitnah. Fitnah….semua fitnah.. aku tidak bersalah….. aku tidak bersalah………………
(lampu perlahan redu
Scanne 5
(lampu perlahan menyala, terlihat gadis bersimpuh di atas batu kali.)
Poniyem: bapak…, ibu…, heee.. huuuu, mbak yu…… maafkan aku ……..akulah yang membunuh tuan suryo……… akulah yang membunuh karena suryo telah menipu bapak, juga telah mengambil kehormatanku ha ha haha hahahahahaha. Akulah yang membunuh.
Sunday, May 25, 2008
Bahan Pembelajaran puisi
Puisi Perjuangan : Pertempuran di Medan Laga
Puisi Percintaan : “Untukmu Kekasihku”
Puisi Balada : “Kisah Penjual Telur”
“Pahlawan, Kau berjuang dengan penuh semangat membara, bergerilya untuk…..”
Kekasihku,sedang apakah kau di sana saat ini? Aku rindu,saying.,aku rindu….
“Telur-telur, telur………” begitulah setiap hari aku menjajakan …..
Bom-bom meledak dengan dahsyatnya.senapan pun meletus melepaskan..
Kekasihku, aku cinta kamu saying. Aku rindu kamu… aku ingin…
Melihat telurku habis terjual, tiap pagi..sore…aku bawa…
Senapan di kanan, keris di kiri… berselempang semangat yang tak pernah mati. Aku mau terus …
Memelukmu kekasihku.aku ingin mendampingimu.sambutlah aku sayang dan ini kubawakan..
Bakul tempat telurku..tiap hari kugendong. Telur-telur…kuberjalan dan
Menyerang…serbuuu,serang, aku tak peduli lawan seratus kali banyaknya….aku akan terus berjuang demi…
Kamu sayangku…, aku rela apa saja.demi cintaku..rinduku..sayangku…apapun kan kulakukan walaupun harus…”
Melihat ayamku bertelur.aku ingin ayamku bertelur banyak, dan terus bertelur demi
Bangsa dan Negara tercinta, kurela mati, kurela menderita, kurela….yang penting…
Aku di sisimu sayang jangan kau gelisah. Jangan kau risau. Aku kan tetap mendampingingi..
Ayam-ayamku, kuperhatikan pantat ayamku saat akan bertelur. Kutengok dan…
Kutembak dengan ganas lawan-lawanku hingga jatuh bergelimpangan, mengerang, kesakitan dan
Kupeluk dengan mesra, aku ingin terus memelukmu wahai..
Ayam-ayamku.., demi
Masa depan kita sayang, aku ingin hidup bersamamu dan
Tetap bertelur
Berjuang untuk mencapai
Kebahagiaan bersama anak-anak
Ayamku, untuk
Mencapai kemerdekaan
Ku ingin tetap bersamamu
Wahai ayam dan telur-telurkuuuuuuuuuu
Created by aak_didik
Puisi Percintaan : “Untukmu Kekasihku”
Puisi Balada : “Kisah Penjual Telur”
“Pahlawan, Kau berjuang dengan penuh semangat membara, bergerilya untuk…..”
Kekasihku,sedang apakah kau di sana saat ini? Aku rindu,saying.,aku rindu….
“Telur-telur, telur………” begitulah setiap hari aku menjajakan …..
Bom-bom meledak dengan dahsyatnya.senapan pun meletus melepaskan..
Kekasihku, aku cinta kamu saying. Aku rindu kamu… aku ingin…
Melihat telurku habis terjual, tiap pagi..sore…aku bawa…
Senapan di kanan, keris di kiri… berselempang semangat yang tak pernah mati. Aku mau terus …
Memelukmu kekasihku.aku ingin mendampingimu.sambutlah aku sayang dan ini kubawakan..
Bakul tempat telurku..tiap hari kugendong. Telur-telur…kuberjalan dan
Menyerang…serbuuu,serang, aku tak peduli lawan seratus kali banyaknya….aku akan terus berjuang demi…
Kamu sayangku…, aku rela apa saja.demi cintaku..rinduku..sayangku…apapun kan kulakukan walaupun harus…”
Melihat ayamku bertelur.aku ingin ayamku bertelur banyak, dan terus bertelur demi
Bangsa dan Negara tercinta, kurela mati, kurela menderita, kurela….yang penting…
Aku di sisimu sayang jangan kau gelisah. Jangan kau risau. Aku kan tetap mendampingingi..
Ayam-ayamku, kuperhatikan pantat ayamku saat akan bertelur. Kutengok dan…
Kutembak dengan ganas lawan-lawanku hingga jatuh bergelimpangan, mengerang, kesakitan dan
Kupeluk dengan mesra, aku ingin terus memelukmu wahai..
Ayam-ayamku.., demi
Masa depan kita sayang, aku ingin hidup bersamamu dan
Tetap bertelur
Berjuang untuk mencapai
Kebahagiaan bersama anak-anak
Ayamku, untuk
Mencapai kemerdekaan
Ku ingin tetap bersamamu
Wahai ayam dan telur-telurkuuuuuuuuuu
Created by aak_didik
Subscribe to:
Posts (Atom)