Tuesday, May 27, 2008

Ponirah (Asa Yang Hilang)

Karya Nurhadi,S.Pd

Kemiskinan, kebodohan, konflik sosial telah jadikan ponirah tersudut dalam pesakitan yang dihadapkan pada putusan sidang, sementara keluarga dengan carut marut masalah telah jadikan keluarga ponirah berantakan. Keluarga petani itu tidak dapat menikmati masa tua dikala sang ayah terkena serangan jantung akut justru kala ponirah menanti vonis pengadilan. Bagaimana dan mengapa ponirah harus mengalami ini semua.

Scanne 1
(ruangan redup sosok perempuan sedang mengaji duduk di kursi dengan merdu mengeja ayat per ayat kitab suci dipangkuannya. Hingga terdengar bentakan keras petugas dan menggelandangnya keluar)
Ibu : ada apa ini…, ponirah…, ponirah… oooo alah pak, bapak….. kenapa anakmu di bawa polisi pak? Pak…. Pak……pak!!!
Bapak : ada apa bu? Ada apa? Kenapa berantakan semua… kenapa ini Bu?
Ibu : lihat pak.., ponirah di bawa polisi.., itu pak ponirah di naikkan mobil polisi pak…, kenapa ini pak?
Bapak : oalah gustiiiii, gusti apalagi to ini…?
(ibu gemetar memandang amplop coklat dan ia pun membukanya )
Ibu : “Surat Penahanan” Ponirah di tuduh membunuh Direktur PT Angkasa Jaya tempatnya bekerja… oalah nduk kenapa kamu membunuh. (perlahan ibu itu tergeletak lemas dan di topang bapak yang segera menangkapnya)
Bapak : apa ponirah membunuh? Tidak mungkin, tidak mungkin, (tertunduk sambil menggoyang-goyangkan ibu)
(ruangan perlahan redup dan gelap)

Scanne 2
Ibu : Pak…., kenapa nasib kita jadi seperti pak?, panen gagal gara-gara tikus, modal telah habis.., bagaimana nanti mengembalikan hutang pada tuan suryo pak? Sementara ponirah masih di tahan polisi pak
Bapak : sudahlah bu.., tidak usah kau banyak berpikir.., biar aku saja yang berpikir. Aku akan tebus semua kesalahan ini. Gagal panen, hutang banyak semua kan gara-gara aku. Jadi ibu tidak usah banyak berpikir.
Ibu : Tapi pak, aku kan istrimu, sejak awal aku sudah katakan , apapun yang terjadi susah senang kita jalani berdua pak.
Bapak : masalah hutang dan sawah biar aku yang pikirkan , kamu urus saja kedua anakmu itu. Kapan kau tengok ponirah? Kalau kau tengok ponirah di tahanan, jangan pernah bercerita keadaan kita. Kasihan dia.
Ibu : iya pak. Aku tak tega lihat ponirah di tahanan. Jatah tengok kan jumat besok pak. Tapi kenapa ponirah di tahan begitu lama. Dan kenapa tidak jelas? Katanya membunuh, katanya tidak bersalah, tapi kok di kurung pak? Hokum kok mencla-mencle?
Bapak : lha mbok ya sudah mungkin ini cobaan hidup keluarga kita bu. Aku juga heran. Ponirah kan Cuma ikut-ikutan demo, dia kan minta hak-haknya sebagai karyawan tetapi kenapa malah ditangkap dan dituduh membunuh.
Ibu : iya pak, iyem!..sini yem
Poniyem : (masuk dengan dandanan modis) ada apa sih bu…. Hari gini teriak-teriak., da pa duhai ibundaku??
Ibu : oalah nduk-nduk mbok kamu eling to nduk.., kamu tu sapa?, keluarga kita bagaimana? Kamu hidup dimana? Mbok eling to nduk-nduk?
Poniyem : itulah yang aku herankan. Kenapa orang-orang desa seperti kita ini masih saja sombong dengan kemiskinannya. Mbok ya jangan bangga dengan ke konvensionalan. Bagaimana bisa berubah nasib ini, berangan-angan aja tidak, apalagi berubah.
Bapak : iyem kamu bicara sama ibumu yem…, eling to nduk... kamu memang yang bisa mengencam pendidikan. Disbanding mbak yumu yang hanya buruh pabrik. Tapi bukan berarti kamu minteri keluargamu nduk.
Poniyem : aku tidak minteri pak. Aku menunjukkan realita. Bahwa inilah hidup. Ya nasib mbak yu kalau hanya buruh. Salah sendiri tidak sekolah.
Ibu : iyem.. jaga omonganmu. Mbak yumu jadi buruh khan demi kamu, agar kamu bisa sekolah. Tapi kenapa kamu malah seperti ini.
Poniyem : lho salah sendiri. Kok sekarang aku yang disalahin. Kalau bapak dulu bapak menabung. Pasti akan punya simpanan. Lha sekarang sudah pensiun. Kenapa juga dulu bapak hutang banyak… sekarang seperti ini. Aku apa juga harus menderita.. justru aku seperti ini itu untuk tidak meratapi nasib. Tapi merubah nasib.
Ibu : iyem berani sekali kamu
Bapak : dasar anak durhaka. Iyem …..kamu mau tahu……kenapa bapak hutang….iyem…
Ibu : sudahlah jangan layani anakmu…. Ingat kondisimu pak…..ingat pak
Bapak : tidak bu…, ini harus saya katakan…..harus saya jelaskan……
(iyem tetep ketus sambil membersihkan kuku)
(tiba-tiba bapak limbung dan terkulai di lantai)
ibu : pak…! Iyem,, lihat bapakmu yem…..iyem….!
Poniyem : makanya bapak harus tahu , bahwa bapak memang sudah tua. ….
Ibu : iyem… olah gusti….gusti…. ponirah andai kau di sini bapakmu tidak akan seperti rah….
Bapak : bu…..sepertinya gusti sudah memanggilku bu…, iyem… kamu perlu tahu.., bahwa bapak hutang dulu itu kan juga untuk mengganti hilangnya motor yang kamu pinjam dulu.
Ibu : pak!!, sudahlah pak…,
Iyem : (terperanjat dan potongan kuku jatuh) (menengok perlahan kearah bapak dan ibu) jadi….jadi… jadi bukan pak suryo yang membayar… tapi bapak…. Aaaaaaa, suryo keparat.., aku telah ditipunya…. (berlari memeluk ayah dan ibunya) maafkan aku pak.., aku…. Aku.. juga telah menyerahkan kehormatanku pada suryo.. agar lunas kesalahanku.. tapi…. hu hu. Maafkan aku bu….
Bapak : jadi…jadi…. Kamu ….. oh bu .. bu ….. (bapak anfal sesaat dan tidak bergerak lagi)
(ibu dan iyem berteriak memanggil bapak dan perlahan lampu redup dengan music yang menyayat diiringi jeritan iyem)


scanne 3
(ruang redup di sebuah ruang tahanan ponirah hanya tertunduk lesu sementara teman sekamar bermain-main kartu)
Ponirah : (berjalan mengelilingi ruang tahanan) bapak….., ibu…… iyem… mengapa perasaanku tidak enak…..ada kejadian apa di sana….. aku kangen… kangen semuanya.
Jujuk : sudahlah ..! berisik kamu. Sini lho main kartu.., jangan muter-muter terus. Pusing aku perhatikan kamu.
Ponirah : tapi.., kali ini aku benar-benar tidak nyaman.
Jujuk : maka dari itu, ayo main kartu lagi. Ntar kan nyaman.
(tiba-tiba masuklah poniyem dengan sesunggukkan)
poniyem : (nangis), mbak yu…., bapak mbak……bapak.
Ponirah : kenapa dengan bapak? Katakana yem.., dan kenapa kamu nangis…, bapak kenapa yem…(sambil menggerak-gerakkan tubuh poniyem)
Poniyem : bapak.., bapak sudah pergi mbak.., bapak mati.., bapak mati gara-gara aku mbak……
Ponirah : apa.., bapak mati……oo alah gusti…… kenapa ini harus aku alami….. besok aku harus duduk di kursi pesakitan.., kenapa kamu bilang gara-gara kamu….
Poniyem : iya tadi bapak marah sama aku…..aku melawan dan….. dan… bapak jantungnya kambuh lalu bapak mati mbak….. …aku yang salah mbak…. Aku tidak tahu kalau bapak banyak hutang juga gara-gara aku……..oooohhh mbak…aku minta maaf,,
Ponirah : sudahlah iyem… smua sudah terjadi…. bapak……bapaaaak (mereka saling berangkulan
(Lampu meredup dan gelap)

scanne 4
(dua pengawal membawa ponirah ke ruang sidang)
hakim : betul kamu ponirah.., lahir di gunung kalong, 12 desember 1978. pekerjaan buruh.
Ponirah : betul pak hakim
Hakim : berdasarkan sidang-sidang sebelumnya. Berdasarkan berkes pemeriksaan perkara, dan berdasar keterangan jaksa penuntut serta pledoi pembelaan tersangka. Dengan ini pengadilan menjatuhkan vonis kepada terdakwa ponirah dalam kasus terbunuhnya tuan Suryo diningrat direktur PT angkasa jaya dengan vonis 12 tahun penjara potong masa tahanan.
Ponirah : saya tidak terima,….. saya protes pak hakim… saya protes.saya tidak bersalah.
Jaksa : ponirah. Pengadilan sudah memutuskan vonis. Kamu jangan melawan pengadilan. Itu penghinaan ponirah.
Ponirah : justru aku menginginkan keadilan. Tuan suryo memang bos saya. Tapi saya tidak membunuh. Saya hanya demo. Saya masuk keruangan karena ingin ketemu langsung. Tapi aku lihat tuan suryo sudah terkapar di tanah. Jadi bukan aku pembunuhnya.
Jaksa : tapi bukti sudah jelas ada sisik jari di pisau yang kamu pegang. Jadi cukup jelas. Kamu memang bersalah.
Ponirah : tidak..aku tidak bersalah..
Pembela : sudahlah ponirah.. kita masih bisa banding.
Ponirah : tapi.., aku tidak bersalah. Ini tidak adil.. tidak adil….. hu uuuh, kenapa harus seperti ini akhirnya.pegadilan memang sudah tidak bisa membela rakyat lagi. Semua ini fitnah. Fitnah….semua fitnah.. aku tidak bersalah….. aku tidak bersalah………………
(lampu perlahan redu

Scanne 5
(lampu perlahan menyala, terlihat gadis bersimpuh di atas batu kali.)
Poniyem: bapak…, ibu…, heee.. huuuu, mbak yu…… maafkan aku ……..akulah yang membunuh tuan suryo……… akulah yang membunuh karena suryo telah menipu bapak, juga telah mengambil kehormatanku ha ha haha hahahahahaha. Akulah yang membunuh.

No comments: