Langit muram dalam kepucatan
selimut awan menghitam berarak
hingga kunang-kunang enggan berkelip
bersama rembulan menghilang sesaat
Kusapa namamu, kubingkai bayangmu
Sebelum gamang menerjang
Takkan terhapus, luruh bersama kata
dalam sajak yang tak pernah selesai kutulis
senja tlah satukan dan pisahkan rasa
seumpama prosa tanpa ending
hingga tereja sebaris kalimat
terjalin alur kerinduan desir pasir pada gelombang
perlahan tertatih tinggalkan gelanggang
embun pun tumbuh menyublim
terselubung muram terpenjara hingga pagi menjelang
Tabir itu makin membadai
hingga sapa dan katamu meradang
Mencekik mimpi
Dalam sunyi terdalamn
tinggal kenangan pada tajam korneamu
serta sebait aksara di hamparan jiwa
No comments:
Post a Comment