Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Tuesday, January 31, 2012
sajak akhir januari tentang hujan
memandang gambar itu,
kembali membuka buku catatan sang hujan
tersimpan indah dalam perpustakaan waktu
tak lapuk dan lekang walau badai menentang
sudahkah kamu temukan jawab jumlah rintik menderas
tiap kali rintik satu-satu menetes
seperti halnya detik yang berdetak dalam
putaran cerita yang tertulis
entah keberapa kutulis tentang senja dan hujan
aku tak perlu tulis namamu dalam tiap sajakku
karena cukup aku yang merasakan dan kamu maknai
tiap kata dariku, kamulah roh dalam tiap sajakku
senja, gerimis dan kamu adalah sajian terindah
tak ada merah, tak ada biru semua putih berkabut
dalam sapuan angin dan rintik menderas
Saturday, January 28, 2012
Kepada Sajak Tentangmu
Kepada sajak yang tampung makna kata-kataku
kusentuh hati dan rasamu agar luangkan waktu
sekedar bercerita tentang dirimu
sekedar habiskan waktu di pesisir seperti dulu
kukatakan padamu makna selalu menembus relung hati
biarkan ia merasuk dan temukan jawaban atas sajakku
dalam sajak kuingin kamu mengerti
waktu tlah penjarakan aku dan kamu
Thursday, January 26, 2012
Jejak itu Masih Memerah
Tanah membasah menyingkap jejakmu
kusibak memori yang pernah kita lalui
dengan setangkai sajak kupetik dari gerimis
bersama senja kuungkap rindu
pesisir dan tanah merah masih merindukan langkahmu
gelombang senantiasa menjaga jejakmu
aku selalu memandang dan abadikan jejakmu
dalam sajak berhiaskan rindu
ingin kulukis jejakmu kurangkai tiap langkah
hingga terang arah kemana kau sandarkan jejakmu
kuingin kau tahu jejakmu mengantarkan sajakku
dalam pekarangan hatimu
Tuesday, January 24, 2012
Masih Kusimpan Hujan dalam Sajakku
Aku masih simpan rintik satu
dalam tiap detik yang menetes
aku masih saja cium aroma hujan dan
tanah basah tiap melangkah dikelokkan yang kita lalui
aku tak mampu simpan trenyuh pada rintik satu satu
saat kau luapkan keluh kesahmu dalam tiap kata yang mengiris,
hingga sepotong cerita hadir dalam sajakku
kembali kau hadirkan cerita lalu ditiap rintik yang membasah,
hingga aku tak mampu sembunyikan kata dalam sajakku
kuingin Kau peluk tiap makna dari larik yang menyapamu
Friday, January 20, 2012
Samar Bulan dan Awan Hitam Berarak
semalam ada yang datang menjengukku
bersama samar bulan susupi lubang angin
berkata lirih "aku lelah menembus awan"
seperti sedih yang kusut merayap rasa pada dahan
reranting pun menopang menggigil di sudut pekarangan
semalam ada yang datang menjengukku
bersama samar bulan susupi lubang angin
berkata lirih "aku tak ingin lihat muara sungai di sudut korneamu"
mengalir pelan rasa duka
makna yang tereja dari lirih kalimatmu
menyusup kembali pergi
dalam pelukan awan hitam berarak
Tuesday, January 17, 2012
Kuingin lagi
ingin lagi kupandangi teduh telaga di korneamu
ingin kutenggelam, berenang dan selalu berada di sana
seperti dulu saat kubersandar hilangkan penat
seperti dulu saat kau biarkan beningmu basuh lukaku
dan seperti renyah tawamu damaikan hariku
ingin kutenggelam, berenang dan selalu berada di sana
seperti dulu saat kubersandar hilangkan penat
seperti dulu saat kau biarkan beningmu basuh lukaku
dan seperti renyah tawamu damaikan hariku
Saturday, January 14, 2012
Saturday, January 7, 2012
Jawaban Itu Ada Pada Sajakku
Menyapa pelan kalander baru pada dinding bisu
derit senja almanak lusuh balas sapa senja menua
kali kesekian rindu itu menyeruak diantara angka
harum menyeruak tiba-tiba samarkan bayangmu
kuraba catatan lama
igau pagi pada rindu
igau senja pada senyum
luruh pada gejolak menggelora
menuntun tuk selalu bersajak
tak bisa kupungkiri
aku kalah pada tajam matamu
aku kalah pada halus sapamu
aku kalah pada manja sikapmu
dan aku kalah pada renyah tawamu
jawaban itu kan selalu ada pada tiap sajakku
karena malam takkan pernah bisa bohong
pagi pasti mengganti dengan setumpuk
sajak rindu tentangmu
derit senja almanak lusuh balas sapa senja menua
kali kesekian rindu itu menyeruak diantara angka
harum menyeruak tiba-tiba samarkan bayangmu
kuraba catatan lama
igau pagi pada rindu
igau senja pada senyum
luruh pada gejolak menggelora
menuntun tuk selalu bersajak
tak bisa kupungkiri
aku kalah pada tajam matamu
aku kalah pada halus sapamu
aku kalah pada manja sikapmu
dan aku kalah pada renyah tawamu
jawaban itu kan selalu ada pada tiap sajakku
karena malam takkan pernah bisa bohong
pagi pasti mengganti dengan setumpuk
sajak rindu tentangmu
Subscribe to:
Posts (Atom)