Menatap pelangi pada bayang lampu taman
arungi batas kesunyian
pandangi lengang Monas di antara air memancar
kau hadir ketuk jendela hati
Taman jiwa bernyanyi pada rerimbun rindu
entah kapan kan endingkan cerita pada alur mimpi
diksi-diksi rasa bergandengan ungkap makna
mengharu peluk malam
bersandar pada pundak kehidupan
di bawah langit Jakarta
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Friday, September 27, 2013
Thursday, September 26, 2013
Di Balik Jendela Belleza
Gelap belum benar menyergap
nadi kehidupan melemah iringi pekat
alur tlah sampai pada titah malam
ketika sekelebat bayang menatapku tajam
di balik Jendela Belleza suits residence
pada indah korneamu kucari bayangku
tanpa bisa kuhentikan bahkan mengakhirinya,
mengalir kata menyanjungmu dalam desah rindu
jangan kau sembunyi di lalu lalang deru mesin dan suara klakson
agar debu tak kaburkan tatapan dan senyum indahmu
aku rebahkan rasa pada remang malam
pada lampu-lampu jalanan dan gedung-gedung itu
mengenang matamu, memandang hasratmu
adalah mimpi terindah dalam sajakku
Jakarta September 2013
nadi kehidupan melemah iringi pekat
alur tlah sampai pada titah malam
ketika sekelebat bayang menatapku tajam
di balik Jendela Belleza suits residence
pada indah korneamu kucari bayangku
tanpa bisa kuhentikan bahkan mengakhirinya,
mengalir kata menyanjungmu dalam desah rindu
jangan kau sembunyi di lalu lalang deru mesin dan suara klakson
agar debu tak kaburkan tatapan dan senyum indahmu
aku rebahkan rasa pada remang malam
pada lampu-lampu jalanan dan gedung-gedung itu
mengenang matamu, memandang hasratmu
adalah mimpi terindah dalam sajakku
Jakarta September 2013
Saturday, September 14, 2013
Terperosok Aku pada Kubangan Risau
Air mata langit merintik menderas
menghujam di antara serpihan hasrat jiwa
Kidung senyap terdengar mengalun laksana himpitan rasa
Terkungkung aku di alam mimpi
Terperosok aku pada kubangan risau
Menjerit memanggil keabadian mimpimu
Kelakarku terantuk hasrat pesta jiwamu
Aku hanya bisa tertunduk nikmati kelopak matamu yang kaku
Sesekali aku berbicara dengan nurani
Hingga sentuhan rasa kembali pecahkan lamunan
Kenyataannya aku tetap disini
sendiri tulis sajak tentang kepergianmu
menghujam di antara serpihan hasrat jiwa
Kidung senyap terdengar mengalun laksana himpitan rasa
Terkungkung aku di alam mimpi
Terperosok aku pada kubangan risau
Menjerit memanggil keabadian mimpimu
Kelakarku terantuk hasrat pesta jiwamu
Aku hanya bisa tertunduk nikmati kelopak matamu yang kaku
Sesekali aku berbicara dengan nurani
Hingga sentuhan rasa kembali pecahkan lamunan
Kenyataannya aku tetap disini
sendiri tulis sajak tentang kepergianmu
Subscribe to:
Posts (Atom)