Terpasung rindu dalam penjara gerimis
senja menggigil
malam prematur menjemput
pandangi pucat langit dalam keremangan lampu jalanan
sendiri eja tiap tetes satu-satu
masihkah kau eja rindu untukku
masihkah kau raba tiap hela nafasku?
ketika kurindu,
kau mendekat
mengapa
masih kau tanyakan pada hela nafasmu?
detik dalam detak mengalun eja
sebuah kata walau lirih,
rapal tiap makna di bawah gerimis merindumu
sekarang hujan sedang menggaungkan namamu,
aku makin menggigil dalam rindu
Tariklah selimut hatimu dan dekapkan erat pada titik puncak rasamu,
malam takkan lagi gigil
saat puisi kita menyatu
Kolaborasi puisi (eksperimen)
Nurhadi - Anna mariyana
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Monday, December 30, 2013
Kau Kabari Aku Pagi Itu
Pagi Ini Rindu Padamu
Monday, December 23, 2013
Di atas kereta kusapa kamu dengan sajakku.
Sendiri
pndangi luar jendela
masih saja gelap menyapa
bergoyang dalam derit besi bergesek
mengirama abadikan malam dalam kekalutan
kantuk tak jua pejamkan mata, mengerang terpenjara rasa
aku masih saja bayangkan pertemuan itu,
ah... Andai saja kau ada disini
inginku, kau rebah dipundakku,
kan kuajak kau bersama tulis sajak
yang takkan lekang oleh malam.
Antara jakarta-Semarang 22 des 2013
masih saja gelap menyapa
bergoyang dalam derit besi bergesek
mengirama abadikan malam dalam kekalutan
kantuk tak jua pejamkan mata, mengerang terpenjara rasa
aku masih saja bayangkan pertemuan itu,
ah... Andai saja kau ada disini
inginku, kau rebah dipundakku,
kan kuajak kau bersama tulis sajak
yang takkan lekang oleh malam.
Antara jakarta-Semarang 22 des 2013
Wednesday, December 11, 2013
Dalam Debur Ombak Senggigi
Menjelma gerimis dalam kesunyian sajak-sajakku
berkali pula kulihat catatan tentang setapak lalu
merasuk tiba-tiba selaksa roh dalam tiap kata
menjelma baris dalam bait kesepianku
biarlah angin senggigi memelukku
meninabobokkan rindu tanpa bersambut
catatan menjelma alur selaksa garis kehidupan
kerap membayang pada sepi ruang hampa
betapa dahsyat senyummu
hingga kusut rindu lesap
dalam debur ombak senggigi
berkali pula kulihat catatan tentang setapak lalu
merasuk tiba-tiba selaksa roh dalam tiap kata
menjelma baris dalam bait kesepianku
biarlah angin senggigi memelukku
meninabobokkan rindu tanpa bersambut
catatan menjelma alur selaksa garis kehidupan
kerap membayang pada sepi ruang hampa
betapa dahsyat senyummu
hingga kusut rindu lesap
dalam debur ombak senggigi
Sunday, December 8, 2013
Ada Sebongkah Sajak yang selalu mencari
Menggeliyat perlahan subuh menggendong keremangan
kerlip memandang berkalang kabut
masih saja sepi di persimpangan waktu
pada geliat akhir sang malam
terasing sendiri
memandang diri dalam tamparan angin pagi
mencari sosok dalam bentang luas kehidupan
luruh merayap perlahan
hingga terhenti pada gerak hati
merapal bibir pada sebuah nama
yang tak lagi pedulikan senja
masih pada langit di pagi yang sama
ada sebongkah sajak yang selalu mencari
dimanakah sosok berlesung pipi menghilang
kerlip memandang berkalang kabut
masih saja sepi di persimpangan waktu
pada geliat akhir sang malam
terasing sendiri
memandang diri dalam tamparan angin pagi
mencari sosok dalam bentang luas kehidupan
luruh merayap perlahan
hingga terhenti pada gerak hati
merapal bibir pada sebuah nama
yang tak lagi pedulikan senja
masih pada langit di pagi yang sama
ada sebongkah sajak yang selalu mencari
dimanakah sosok berlesung pipi menghilang
Subscribe to:
Posts (Atom)