"Duduk saja dulu, hujan belum reda di luar"
"Iya kyai, tapi mengapa hanya kyai sendiri, di mana warga yang lain"
"Pertanyaan yang sudah kuperkirakan akan mas sampaikan, semua sudah
pergi mas, semua meninggalkan desa dan surau ini, aku bukanlah kyai
seperti kiramu, aku hanya orang yang diamanati membersihkan dan menjaga
surau ini mas, aku jg tidak tahu mengapa mereka tidak mau kembali dan
tinggal di sini, bahkan anak, menantu dan cucuku sendiri ikut pergi mas"
wajahnya menunduk.
"Maafkan saya Bapak, maaf bila panggil kyai tadi. Saya benar2 tdk mengerti .."
"Tidak apa-apa, semua orang yang berkesempatan mampir sholat di sini pun memanggiku kyai, mas" jawabnya.
"Bapak sendiri mengurus surau ini, tiada yang lain, terus bapak kerja di mana selain di surau?"
"Sudahlah mas, hujan sudah reda, tentu keluargamu menunggu"
"Insya Allah esok bila ada waktu saya akan jamaah dengan Bapak lagi"
Lelaki tua itu hanya tersenyum, perlahan ia mengantarku keluar surau.
"Bapak tidak pulang?, apakah Bapak akan tetap di sini?" Sambil kupakai jaket dan helmku
"Iya mas, aku tetap jaga surau ini. Rumahku di sudut desa setelah batas desa itu." Sembari menunjuk arah kesebuah tugu.
"Mari Bapak.. Saya pamit dulu, assalamualaikum.."
"Waalaikum salam" jawabnya
Kulalui desa yang sepi tanpa penghuni, tiba pada tugu batas desa
kulirik ke kanan yang ada hanya kebun dan kulirik ke kiri sebuah rumah
kecil di antara puluhan Nisan membisu basah kedinginan.
"Assalaualaikum ya ahli kubur"
Aku tengok spion motorku tak ada lagi batas desa, tak ada lagi rumah, surau pun tiada terlihat di sana.
Al fathekah.....
No comments:
Post a Comment