Sisa senja terpotong malam ini
semburat merah tak berujung
tipis berhembus bersama kabut
mengelana rembulam berselimut mendung
Di kelam ini ingin kuraih
Setitik sinar menemu muara rindu
hanya rembulan yang terurai
Meski kutahu tak sempurna
Tapi esok tetap kan berjalan
bersama rindu di ujung senja
rembulan pun terpasung mendung
kurindui kau wahai purnama
bayang wajah ayu menyembul
tertata bagai keramik-keramik pualam
senyummu pun menyeruak
menyapa lara terpasung dalam kenangan
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Sunday, March 28, 2010
Monday, March 22, 2010
Ada Sukma Merintih Setia Menyapamu
Tanah ini masih basah sisa rintik sore tadi
matahari tlah purna tugas bersama sang camar
derak dahan dan ranting dikejauhan
terus berderak ditiup angin gunung malam ini
gelap masih pucatkan langitku
tipis bergulung seliputi sang sabit membisu
sesekali kilat menyambar
di langit jauh di atas sana
aku yang membeku semakin dingin
membeku bersama rindu
dinding tlah berlumut rindu
mulai retak tergoncang waktu
kuraba kembali sisi hati ini
agar pintu tetap bisa terbuka untukmu
agar pintu menyambutmu saat engkau datang
walau sekedar menjenguk hati ini
bayangmu dalam hatiku
adalah kilat yang membelah langit di atas sana
membias cahaya walau sesaat
walau rembulan hanya sabit malam ini
senyummu seakan kembali menampar kenangan lalu
ada lembaran-lembaran hasrat tersketsa
di sini masih ada sukma merintih setia menyapamu
matahari tlah purna tugas bersama sang camar
derak dahan dan ranting dikejauhan
terus berderak ditiup angin gunung malam ini
gelap masih pucatkan langitku
tipis bergulung seliputi sang sabit membisu
sesekali kilat menyambar
di langit jauh di atas sana
aku yang membeku semakin dingin
membeku bersama rindu
dinding tlah berlumut rindu
mulai retak tergoncang waktu
kuraba kembali sisi hati ini
agar pintu tetap bisa terbuka untukmu
agar pintu menyambutmu saat engkau datang
walau sekedar menjenguk hati ini
bayangmu dalam hatiku
adalah kilat yang membelah langit di atas sana
membias cahaya walau sesaat
walau rembulan hanya sabit malam ini
senyummu seakan kembali menampar kenangan lalu
ada lembaran-lembaran hasrat tersketsa
di sini masih ada sukma merintih setia menyapamu
Monday, March 15, 2010
Pada Awan Merah yang Gugur Senja ini
Pada awan merah yang gugur senja ini
tertulis liku sajak dalam benakku
merah meradang dalam otakku
hanya perih pedih menggores tiap lara kataku
Pada awan merah yang gugur senja ini
serupa senyum dan bulan tersungging
mewarnakan muram
menggores langit tanpa sapakan awan
Pada awan merah yang gugur senja ini
wangi pucuk muda tlah sirna
titisan kalbu menari berteman senandung mimpi
Pada awan merah yang gugur senja ini
kutitipkan mimpi padamu
semoga tak diterpakan angin
rebah dan manjalah di pelukku
wahai kau yang kuimpikan
tertulis liku sajak dalam benakku
merah meradang dalam otakku
hanya perih pedih menggores tiap lara kataku
Pada awan merah yang gugur senja ini
serupa senyum dan bulan tersungging
mewarnakan muram
menggores langit tanpa sapakan awan
Pada awan merah yang gugur senja ini
wangi pucuk muda tlah sirna
titisan kalbu menari berteman senandung mimpi
Pada awan merah yang gugur senja ini
kutitipkan mimpi padamu
semoga tak diterpakan angin
rebah dan manjalah di pelukku
wahai kau yang kuimpikan
Saturday, March 13, 2010
Kucoba Rebahkan Rembulan dalam Bayangmu
Aku kembali tersesat dalam mimpi
Gontai mulai ragu dalam langkahku
Tak satu isyarat mampu kubaca
kulihat rembulan terpahat di sudut senyummu
Tapi aku ragu apa yang kulihat
Benarkah itu rembulan semalam
Atau sebuah sketsa silam
kucoba rebahkan rembulan dalam bayangmu
Sungguh sebuah kepiluan yang menyayat
rembulan pucat berselimut kabut
bayangmu pun pudar dalam pekat malam
Aku bukanlah pilihan yang tegar
Meski sajak tlah tertoreh dalam desah nafasku
biarlah sajak-sajakku temukan bayangmu
aku tak ingin kau terluka dalam sajakku
biarlah rembulan tetap di sana
Tetap terpahat di sudut senyummu
kan kulukis saja dalam mimpi
Meski aku kembali kehilangan dirimu
Gontai mulai ragu dalam langkahku
Tak satu isyarat mampu kubaca
kulihat rembulan terpahat di sudut senyummu
Tapi aku ragu apa yang kulihat
Benarkah itu rembulan semalam
Atau sebuah sketsa silam
kucoba rebahkan rembulan dalam bayangmu
Sungguh sebuah kepiluan yang menyayat
rembulan pucat berselimut kabut
bayangmu pun pudar dalam pekat malam
Aku bukanlah pilihan yang tegar
Meski sajak tlah tertoreh dalam desah nafasku
biarlah sajak-sajakku temukan bayangmu
aku tak ingin kau terluka dalam sajakku
biarlah rembulan tetap di sana
Tetap terpahat di sudut senyummu
kan kulukis saja dalam mimpi
Meski aku kembali kehilangan dirimu
Thursday, March 11, 2010
Di Kereta ini Kita Bertemu dan Berpisah
untukmu yang pernah singgah sesaat di kereta mimpiku
aku ingin kabarkan padamu
semalam kau tlah duduk bersamaku dalam gerbong ini
bersama membisu dalam temaram malam
derit gerbong tlah bisukan hati kita
tlah satukan haru dan rasa di jiwa
meliuk ular besi singkap malam
terabas pedesaan hingga pantai penghabisan
aku yang terduduk di gerbong kereta
sesaat lihat langkahmu gontai perlahan
menapaki karpet merah tinggalkan aku sendiri
aku tak tahu makna senyummu
tatapan tajam korneamu penuh makna luruhkan rasa
lambaian jarimu karamkan luka
menganga akut dalam balutan hampa
aku hanya termenung pandangi jendela
kau pun melenggang tinggalkan
gerbong
aku
kenangan dan
mimpi
kita bersama
aku ingin kabarkan padamu
seringkali kubersandar dikursi gerbong ini
syahdu terasa tiap kali lewati kotamu
mata ini pun tak lelah pandangi jendela
sekedar tuk menatap dan mencari
masih adakah bayangmu
masih adalah kerlingan matamu
masih adakah lambaian jarimu
dan masih aadakah aku di sudut matamu
aku ingin kabarkan padamu
semalam kau tlah duduk bersamaku dalam gerbong ini
bersama membisu dalam temaram malam
derit gerbong tlah bisukan hati kita
tlah satukan haru dan rasa di jiwa
meliuk ular besi singkap malam
terabas pedesaan hingga pantai penghabisan
aku yang terduduk di gerbong kereta
sesaat lihat langkahmu gontai perlahan
menapaki karpet merah tinggalkan aku sendiri
aku tak tahu makna senyummu
tatapan tajam korneamu penuh makna luruhkan rasa
lambaian jarimu karamkan luka
menganga akut dalam balutan hampa
aku hanya termenung pandangi jendela
kau pun melenggang tinggalkan
gerbong
aku
kenangan dan
mimpi
kita bersama
aku ingin kabarkan padamu
seringkali kubersandar dikursi gerbong ini
syahdu terasa tiap kali lewati kotamu
mata ini pun tak lelah pandangi jendela
sekedar tuk menatap dan mencari
masih adakah bayangmu
masih adalah kerlingan matamu
masih adakah lambaian jarimu
dan masih aadakah aku di sudut matamu
Monday, March 1, 2010
Kerinduan pada Senyummu
Aku tak pernah dan tak akan berlari darimu
Menjauh pun tak pernah terpikir dihatiku
Aku masih di sini…. tetap ada untukmu
sebait sajak selalu kutulis untukmu
tiap detik kuhanya berbisik pada hati
esok mungkin dapat kuluangkan waktu untukmu
aku tulis sajak tentang hati…
mengembara dalam cakrawala
hingga asa dan rasa menyatu dalam rindu
aku ingin luangkan waktu yang tepat untuk senyummu
Kerinduan pada senyummu kembali menjadi
suara hati dalam sebentuk sajak
Subscribe to:
Posts (Atom)