bisik angin pada dinding bersama awan
aku terpaku dalam ruang bersama anganku
derit roda perlahan tertatih terhenti kala merah menyala
jerit malam pada bulan dan bintang membisu
purba menjelma seketika dibalik jendela
bias lampu - lampu merayap susuri dingin
sibak kabut bandung dalam balutan mendung
aku tak tahu lagi harus bagaimana,
korden jendela pun mengejekku
kembali kutatap sepi jalanan di hadapanku
kau muncul bersama senyum dan kerling matamu
menatap tajam ke arahku
aku hanya bisa diam tanpa pembelaan
tersudut dalam beku kerinduan
aku tak tahu lagi harus bagaimana
selimut putih pun turut lantang memakiku
kembali kutatap sepi jalanan dihadapanku
rebah lelah tubuh dalam buai pendingin ruang
kususun kembali bayangmu dalam teka-teki hidup
bias sinar dan senyummu menyembul tiba-tiba
aku menghiba pada malam
akankah kau kan datang distasiun mimpiku
seperti mimpi-mimpi dalam sajakku
No comments:
Post a Comment