sajak yang kutulis lewat semburat senja
padamu tak lagi tertahan oleh gigil angin
terjepit kesadaran, cinta dan kehidupan,
puisi dan sajak masih lekat di angan ini
setiap kali aku mengingat akhir perjalanan sebuah puisi
seperti batang bambu yang begitu indah kugenggam
setiap kali mengeja larik arabiah dengan kaligrafi
meski ku tak begitu hafal, tetapi bukankah itu puisi yang kan kubukukan
dengan melati biru di kehidupan berikutnya nanti?
zikir adalah setiap pijitan jemari di kening
adakah yang lebih mujarab dari merjan tasbih teruntai dari air mata ini?
biarlah kenangan tersaput jelaga dari perapian kehidupanku.
pekat lukis malam agar tersedia ruang untuk fajar esok,
jangan kau bacakan sajak-sajak untuk mengenangku,
cukup segenggam tanah dari kubur hatimu
untuk bisa ku genggam dalam tidurku.
agar kulihat kau tersenyum.
hanya getar jemari
dan sedikit kata mesra
antarkan persemayaman puisi dan kehidupan
No comments:
Post a Comment