Terpekur pada sebuah muara
melihat ombak yang begitu angkuh mendebur beriak pada pesisir
kucoba bercermin pada bias biru kilau kaca di hamparan ombak
lelah, penat dengan ratusan emosi terlihat membiru
kusandarkan diri pada angin diam dan makin membisu
gemerisik mengusik dan mengajakku berteriak
awan tetap berarak, bangau tetap saja mengais tanah basah
kepiting tetap berlari kian kemari ejek siput yang melata mesra
aku kabarkan padamu wahai yang menggelitik tiap detak detik nafasku
aku hanya bisa pandangi tanpa bisa rangkai makna dalam tatapanmu
kuhirup dalam aroma pesisir hingga penuhi rongga dadaku
sesak mendesak padatkan bayangmu dalam tiap hembus angin
menyeruak mengalir disetiap pori
kau lah roh yang bersemayam dalam tiap sajakku
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Monday, June 20, 2011
Saturday, June 18, 2011
Mengguncang Mimpi tak sempurna
merenda malam merangkai ujung fajar yang kan berganti pagi
samar memerah di langit menyemburat
purnama tlah berlalu kelam membeku dan membatu
simphoni itu masih mengiang saat gerhana bulan
iringi langkahmu bersama badai dihatimu
serpihan-serpihan kenangan itu berdesak
mengguncang mimpi-mimpi yang tak sempurna
kusandarkan rembulan di pelupuk mata hati
Kau yang bersembunyi entah di mana saat ini
dalam hening sepi gelap kelam mentasbih
di setiap detik labirin hati
langit berduka menghitam tak kuasa membiru
begitu juga pesisir tak lagi bergemuruh tanpa candamu
samar memerah di langit menyemburat
purnama tlah berlalu kelam membeku dan membatu
simphoni itu masih mengiang saat gerhana bulan
iringi langkahmu bersama badai dihatimu
serpihan-serpihan kenangan itu berdesak
mengguncang mimpi-mimpi yang tak sempurna
kusandarkan rembulan di pelupuk mata hati
Kau yang bersembunyi entah di mana saat ini
dalam hening sepi gelap kelam mentasbih
di setiap detik labirin hati
langit berduka menghitam tak kuasa membiru
begitu juga pesisir tak lagi bergemuruh tanpa candamu
Friday, June 17, 2011
Tuesday, June 14, 2011
Mendung Balut Purnama
Mendung bergelayut balut purnama
lembab langit membiru iringi percumbuan waktu
seperti khayalku peluk bayangmu
hingga tuntun jemari rebah dalam tut kata
rangkai sajak membingkai bait kerinduan
purnama luruh dalam kepucatan menghitam
sajakku tanpa kucegah ungkap memori
tiap hembus menggelayut
dekap sepi membuai makna
lembab langit membiru iringi percumbuan waktu
seperti khayalku peluk bayangmu
hingga tuntun jemari rebah dalam tut kata
rangkai sajak membingkai bait kerinduan
purnama luruh dalam kepucatan menghitam
sajakku tanpa kucegah ungkap memori
tiap hembus menggelayut
dekap sepi membuai makna
Thursday, June 9, 2011
Merenda Sepi
merenda waktu
kubuka lembar langit
kubaca halaman yang terlipat awan
selaksa rindu terpanggang penantian
aku seperti hilang akal
terselip dalam sepi alam
detik, menit dan jam berlalu
melenggang merenda hari berlari
sambut senja dalam kedukaan
kubuka lembar langit
kubaca halaman yang terlipat awan
selaksa rindu terpanggang penantian
aku seperti hilang akal
terselip dalam sepi alam
detik, menit dan jam berlalu
melenggang merenda hari berlari
sambut senja dalam kedukaan
Tuesday, June 7, 2011
suatu pagi di hari pada bulan Juni
Termenung dalam payung mendung di pagi ke tujuh bulan juni
semangkuk gelisah kau sajikan padaku
hingga beratus kebimbangan seakan membara di atas perapian
tidak juga mampu ungkap makna dibalik kehidupan
sebait resah pun terlontar tanpa dipaksa
hingga bara itu nyaris padam tak lagi menghangatkan
berharap gerimis sejukkan lara
di pagi ke tujuh bulan juni gelisah menyergap rasa
semangkuk gelisah kau sajikan padaku
hingga beratus kebimbangan seakan membara di atas perapian
tidak juga mampu ungkap makna dibalik kehidupan
sebait resah pun terlontar tanpa dipaksa
hingga bara itu nyaris padam tak lagi menghangatkan
berharap gerimis sejukkan lara
di pagi ke tujuh bulan juni gelisah menyergap rasa
Wednesday, June 1, 2011
Mata Indahmu dan Dingin di Awal Juni
gelap belum benar menyergap
benang-benang kehidupan pun perlahan melemah
ketika sekelebat bayang menatapku tajam
kutangkap dari mataku tatapan mesramu
pada mata indahmu tlah kutulis sajak entah keberapa
tanpa bisa kuhentikan bahkan mengakhirinya,
mengalir kata menyanjungmu dalam desah rindu
kepak kelelawar dan cericit serangga malam
tak hentikan kata mengalir memaknai mata kamu
kau jadi dingin hingga erat memelukku di awal Juni
jangan kau sembunyi pada belukar kehidupan
agar reranting itu tak melukai mata indahmu
aku rebahkan rasa pada remang malam
mengenang matamu, memandang hasratmu
adalah mimpi terindah dalam sajakku
benang-benang kehidupan pun perlahan melemah
ketika sekelebat bayang menatapku tajam
kutangkap dari mataku tatapan mesramu
pada mata indahmu tlah kutulis sajak entah keberapa
tanpa bisa kuhentikan bahkan mengakhirinya,
mengalir kata menyanjungmu dalam desah rindu
kepak kelelawar dan cericit serangga malam
tak hentikan kata mengalir memaknai mata kamu
kau jadi dingin hingga erat memelukku di awal Juni
jangan kau sembunyi pada belukar kehidupan
agar reranting itu tak melukai mata indahmu
aku rebahkan rasa pada remang malam
mengenang matamu, memandang hasratmu
adalah mimpi terindah dalam sajakku
Subscribe to:
Posts (Atom)