Ingin kutulis sajak saat 27 nov menyapa
Gerimis senja itu hantarkan seikat sajak rindu
terbungkus diam dalam rerimbun kerinduan tak berucap
kumaknai lentik dipelupuk dan tatapan korneamu,
lekuk senyum dipipimu dan damai bersemai di bibirmu
bisikkan hati tak terucap bagai melodi alam simphoni lalu
seikat sajak untukmu gigilkan ujung malamku jemput pagi menjelang
kulirik kursi disampingku samar kau membayang
begitu deras sajak-sajak rindu meletup menghujani waktu
ingin kutangkap kupu-kupu putih dan kuberikan padamu
ingin kuajak bercanda kepiting-kepiting kecil
sebelum ombak berhenti deburkan riak-riak kecil
menjelma gerimis dan bianglala senja
sapa rindumu membisik mengetuk pintu kusam
mengendara angin menuju tepian kalbu
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Monday, November 28, 2011
Wednesday, November 16, 2011
Kau Rebah dalam Hangat Gelisahku
Pekat kembali hadirkan sepi
sepasang kunang-kunang bermain di antara rintik satu satu
dan kelebat kelelawar bermain di daun daun basah
kembali membuka cerita pada sajak yang ku tulis
teringat kala engkau masih menjamahku dengan tatapanmu
kamu adalah roh dalam kenangan berserak
ingin kembali kusketsakan dalam bingkai dinding bisu
angin tak pernah bosan bisikkan resah
hingga kau rebah dalam hangat gelisahku
mungkin kau tahu, kau selalu ajarkan aku rasanya sendiri
gemetar bibir memaksa eja namamu
hingga musim memasung luka membuncah sajak pilu
di dingin ampenan kutunggu sapamu
sepasang kunang-kunang bermain di antara rintik satu satu
dan kelebat kelelawar bermain di daun daun basah
kembali membuka cerita pada sajak yang ku tulis
teringat kala engkau masih menjamahku dengan tatapanmu
kamu adalah roh dalam kenangan berserak
ingin kembali kusketsakan dalam bingkai dinding bisu
angin tak pernah bosan bisikkan resah
hingga kau rebah dalam hangat gelisahku
mungkin kau tahu, kau selalu ajarkan aku rasanya sendiri
gemetar bibir memaksa eja namamu
hingga musim memasung luka membuncah sajak pilu
di dingin ampenan kutunggu sapamu
Sajak dalam Senja Meremang
Menatap mendung berarak di langit Ampenan
semburat merah pun terselip tiada merona
kutuliskan sajak tak sengaja terbawa dari bayangmu
ke beranda kelabu dan sepi memagut luka menganga
aku tulis sajak luka kupetik dari awan berarak
bagai sekerat hujan merintik tiap detak
rindukan menatap jernih korneamu bagai angin
sejukkan tangkai layu di musim hujan
kuyakin langit dan senja kan mekarkan embun esok
pada jejak yang pernah kita lalui
biarkan rintik menari di dedaun, lalu
menetes sejukkan sajak luka pada senja meremang
semburat merah pun terselip tiada merona
kutuliskan sajak tak sengaja terbawa dari bayangmu
ke beranda kelabu dan sepi memagut luka menganga
aku tulis sajak luka kupetik dari awan berarak
bagai sekerat hujan merintik tiap detak
rindukan menatap jernih korneamu bagai angin
sejukkan tangkai layu di musim hujan
kuyakin langit dan senja kan mekarkan embun esok
pada jejak yang pernah kita lalui
biarkan rintik menari di dedaun, lalu
menetes sejukkan sajak luka pada senja meremang
Aku Masih Jaga Rindu Ini
Menusuk pagi dalam dingin angin ampenan
terjaga dalam galau pekat membuncah
bayangmu menyeruak dibalik jendela dengan isak membisik
asa ini tlah masam larung dalam celah-celah raga
terserak bersama kenangan menjadi kata yang terluka
sepi iringi langkahmu membawa sepotong pertanyaan
adakah lagu sendu kau hadirkan bersama sajakku
aku masih menjaga rindu ini
tapi luka itu semakin perih menjadi akut
mengenang jiwa raib bersama mendung diiringi rintik satu-satu
aku sandarkan hati pada langit ampenan
angin tetap menjagaku buai sepertiga malam
sambut pagi bersama butiran-butiran embun
yang dilahirkan oleh waktu yang semakin merangkak
terjaga dalam galau pekat membuncah
bayangmu menyeruak dibalik jendela dengan isak membisik
asa ini tlah masam larung dalam celah-celah raga
terserak bersama kenangan menjadi kata yang terluka
sepi iringi langkahmu membawa sepotong pertanyaan
adakah lagu sendu kau hadirkan bersama sajakku
aku masih menjaga rindu ini
tapi luka itu semakin perih menjadi akut
mengenang jiwa raib bersama mendung diiringi rintik satu-satu
aku sandarkan hati pada langit ampenan
angin tetap menjagaku buai sepertiga malam
sambut pagi bersama butiran-butiran embun
yang dilahirkan oleh waktu yang semakin merangkak
Wednesday, November 9, 2011
Senja, Hujan dan Tatapanmu
Kobar merah dalam gerimis senja yang dingin
percik hangat memencar cahaya menggubah rasa
Indah kelopak tebarkan warna hingga batas khayal
kabut senja diantara rintik satu satu selimuti
indah lengkung alismu
sisa embun entah dipagi keberapa masih saja
basahi rambut harummu
lembayung tergelar memerah diantara himpitan mendung
semburat pelangi pun menyusup indah diantara korneamu
rintik satu-satu makin menderas mengalir menetes
dan membentuk sajak-sajak tentangmu
aku masih saja tiada dapat mengelak dan berlari
hingga rakit kesunyian menderu menyibak sungai imajiku
bening rintik menderas hadirkan arus belaimu
sebening tatapanmu hanyut bersama hujan dan senja
percik hangat memencar cahaya menggubah rasa
Indah kelopak tebarkan warna hingga batas khayal
kabut senja diantara rintik satu satu selimuti
indah lengkung alismu
sisa embun entah dipagi keberapa masih saja
basahi rambut harummu
lembayung tergelar memerah diantara himpitan mendung
semburat pelangi pun menyusup indah diantara korneamu
rintik satu-satu makin menderas mengalir menetes
dan membentuk sajak-sajak tentangmu
aku masih saja tiada dapat mengelak dan berlari
hingga rakit kesunyian menderu menyibak sungai imajiku
bening rintik menderas hadirkan arus belaimu
sebening tatapanmu hanyut bersama hujan dan senja
Subscribe to:
Posts (Atom)