Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Tuesday, February 21, 2012
Kueja Kata
Menatap langit, sepi dan senyap,
gerimis tak lagi meruncing
entah apa yang terngiang, bulir-bulir rasa mengalir
kutemukan kembali jejakmu yang memudar
bagai temukan kamus tuk maknai kalimat dari catatan usang
ingin kuajak kau berziarah di pekuburan waktu
di atas pemakaman rasa yang kau anggap mati
Friday, February 17, 2012
Tepat pukul 22.46
Sunday, February 12, 2012
Senja lukiskan kamu
Kembali senja buka catatan tentangmu
cahaya jingga memerah itu tajam melukis gurat wajahmu
dilangit yang abu-abu kau hadir
lirih kudengar bisikmu bersama segurat senyum
cahaya memancar perlahan di sorot korneamu
memencar harapan dari letih perjalanan
beringsut kau menghangat sesaat sebelum gelap
kau lambaikan jemarimu memercik semburat terakhir
lalu sepi, kau sembunyi dalam sajakku
seperti perempuan desa, tinggalkan gelanggang
saat malam usir senja meremang
Friday, February 10, 2012
Entah Apa Ini....?
Tuesday, February 7, 2012
Inginku
Tak bisa kubohongi, semakin mencari siapa aku, dan berpikir apa yang hatiku inginkan, semakin aku tak tahu. tapi, kali ini hanya bertahan dengan kata "Ingin", atas apa yang menang aku inginkan.
Aku kadang berpikir untuk menjadi orang lain, Kita hidup memiliki kesempatan untuk memilih, dengan diam, berteriak, atau bahkan menggertak. Aku sering diam disisimu meskipun kau bahkan tidak ingin melihatku. Ada rasa yang tetap ada dan tak akan berubah serta tak bisa kuhindari, tapi aku yang tahu dan kusimpan sendiri.
Aku bersyukur masih cukup kuat untuk bertahan, aku hanya butuh bahumu untuk sekedar bersandar sesaat. aku tidak akan dapat membayangkan cerita apa yang ada di masa yang akan datang tentang kita. aku masih bisa mendengar dan melihat, bairlah telinga dan mataku yang akan memilih mana yang kudengar dan mana yang kulihat, sedangkan tangan ini tak mampu lagi untuk sekedar menggenggam.
Semua sudah berlalu, memilikimu adalah seperti menangkap angin, akar itu masih saja lapuk, aku tidak ingin kau maupun aku berpegang. jangan kuatir aku masih bisa tersenyum. aku percaya kau masih ada.
aku hanya berharap kamu masih ijinkan aku sekedar menatap mata indahmu hingga perasaan ini masih saja berkelana dalam anganmu yang tidak bisa bahkan untuk aku sembunyikan sekalipun.
Thursday, February 2, 2012
Sore itu di taman
"Kenapa kamu diam?"
"aku tidak tahu harus bicara apa?"
Memandang jauh pada sepasang sosok tua tertatih bergandengan menuju rindangnya pepohonan, bekas hujan sore itu masih membasah. Jingga memerah terselempang di ufuk barat membuka malam, kelepak merpati berpulang berganti kelelawar.
"sampai kapan kita disini?"
"sampai kamu katakan sesuatu"
Lampu taman menyala satu per satu ngengat, serangga malam mulai berhamburan dari daun-daun beterbangan mencari kehangatan, dingin sepoi merambah perlahan menusuk menelusup pori-pori.
"petang hampir usai, akankah menunggu sampai gelap datang?"
"Kalau perlu, kenapa harus terburu, toh kamu belum katakan apa-apa"
Kembali tenggelam dalam kebisuan, tiada bergerak tiada berkata, dua gelas plastik bekas juss masih teronggok. Bungkusan berwarna putih bekas tempat kentang goreng itu pun tak tersentuh lagi
"tuut, tuut, tuut"
"angkat, hpmu bunyi, dari Ibu kamu kali?"
"biar saja, aku tak mau apapun apalagi terima telepon"
"kamu kenapa sih?"
"aku sudah katakan berkali, aku tidak apa-apa"
tiba-tiba sirine meraung membahana membuyarkan lamunan, ambulance melaju kencang membuka jalan yang lumayan padat menyusup sana-sini. taman kembali tenang, gelap mulai menyergap.Gigil daun pada ranting tak mampu kumaknai, seperti diammu senja ini.
"yuk pulang, sudah magrib nih"
"pulang kemana?"
"ya pulang ke rumah, masak ke hutan!"
"kamu pulang saja sendiri nanti aku gampang"
"tapi kamu ke sini kan aku yang ajak, jadi tanggungjawabku jika kamu tidak pulang"
Suara azan membahana bergema dari masjid di sekitar taman. aku bangkit dan dua langkah kuberjalan, berhenti dan kutunggu reaksinya.
"ayo kita pulang.."
"kamu pulang saja, kan rumahku di sini, maafkan aku, aku baru mengatakan padamu"
"apa...?
Aku balikkan badan, tergagap aku terhempas dalam sepi. Kutatap sekeliling, sepi dan benar-benar sepi dua pasang sosok tua t'lah juga tiada dari rindangnya pepohonan. semerbak wangi menyusup dihidung, aku hanya bergumam.
Subscribe to:
Posts (Atom)