Pekat rajut malam semakin angkuh rengkuhku dalam bisu,
jika memang waktu masih beri aku kesempatan tuk selalu eja kata,
selalu saja namamu dan satu rasa yang kan kutulis dalam sajakku
Penat semakin mencumbu dalam desah duka,
ku eja kembali namamu pada malam, pada gerimis, dan pada hati
simpan segumpal rindu kupersembahkan pada suatu waktu
kusibak awan sekedar usir pucat di langit,
satu per satu kelopak langit tanggal dan menyembul wajahmu,
terangi langit sesaat, rintik cahyamu satu per satu rebah dalam pangkuanku
belum sempat kutimang cahya itu,
kupu-kupu putih rentangkan sayap bawa pergi,
seiring kunang-kunang redup temani kembali pekat bersama gerimis duka
No comments:
Post a Comment