Pekat menggantung bulir merintik satu-satu,
menderas kata di ujung hati terangkai untukmu
menabur huruf menjadi suku kata dan kata mengabadikan detak
tiap detik tetangmu
Kau pun hadir di lereng hijau berkabut sisi barat daya gunung ungaran
meski hanya tersketsa, hadirmu sejukkan pagi di hamparan wortel memerah.
Kau membayang, membangun jembatan hati rangkai alur
sembari menggenggam satu kata yang tak terucap pada rasa
seperti bening embun yang tiada mampu bertahan di ujung daun
menetes, menyentuh, dan meresap
Masih saja ada kata yang tak mampu kupanjangkan,
aku tak ingin alur digresi runtuhkan jembatan hati
biarlah sajak rangkai kata, ada makna yang kan terungkap
entah kapan kau maknai bersamaku, bersama pagi,
bersama rintik menderas
No comments:
Post a Comment