NASKAH MONOLOG LELAKI TERLUKA
(by Didik Al Mahadhir dan Istiqomah almaky)
(Panggung gelap, suara teriakkan berat terdengar perlahan semakin
mengeras seiring lampu perlahan terang, sosok lelaki menggenggam pena
dan secarik kertas membelakangi penonton)
“Akan kutulis ratusan puisi atau bahkan cerita bahwa aku sebenar-benarnya terluka!!!
Berkali kupahami peristiwa demi peristiwa, selalu saja berakhir senyum pada bibirmu sementara aku terpuruk dalam duka.”
Tik, tik, tik, tik (pegang telinga dan menjatuhkan diri tersungkur, menggigil enggan mendengar suara detik itu)
“jangan bunyikan jam itu, buang detiknya hilangkan suaranya, aargghhhh,
detik itu..., ya detik itu tlah siksa aku tlah tusuk tusuk aku bertubi
dalam tiap kilometer kulalui...., matikan jam itu....”
(Mencari
jam di meja dan membantingnya suasana hening lelaki itu perlahan
melangkah menuju kursi panjang, merebahkan diri dan masih sibuk dengan
kertas serta pena di jemarinya)
“Kulangitkan doa berharap
menyibak kabut tipis di remang malam, aku berkendara kunang-kunang
kugendong luka, bersenandung lagu sendu, ingin kusapa ngengat dan
kelelawar, mana ngengat, mana kelelawar ingin aku bercerita tentangnya
yang tlah hempaskan embun sebelum pagi menjemput, di mana mereka??”
Suara ghaib muncul tiba-tiba
“Berapa kali harus kutumpahkan kata Tentang luka yang tak layak kau
bawa berlayar, Cukupkanlah padaku berkabar Jangan lagi kau tebar, Di
sini saja, di sini, Di ruang dadaku raungkan dukamu, Akan kugubah agar
nganga lukamu terobati.”
(lelaki itu bangun perlahan melangkah
mencari suara itu dari mana asalnya, gelisah dan tergagap dia mondar
mandir kiri kana depan belakang terdiam di tengah panggung)
“Tak semudah itu luka kau gubah, Aku buang segala kata Agar segera
berakhir, Biarpun berlembar PUISI kutulis Tetap saja ITU luka”
Suara ghaib
“Sudah kubilang berulang kali, jangan kau dekati Luka, karena luka
bagimu (lelaki) akan lebih lama Membungkam malam, diam-diam dia berda
di kelopak paling dalam. Bahkan Ketika mimpi menepi Ia menyergap,
menyisakan geragap lalu bayang-bayang kekasih Jadi duri paling sempurna
Tajamnya. Tak cukupkah kau hentikan virus lukamu itu Atau harus
kuliriskan larik-larik miris, agar Engkau makin tenggelam?,”
Lelaki itu perlahan bersimpuh
“Tenggelam dalam Luka bersimbah kenangan adalah kenikmatan tersendiri,
Aku masih sanggup ubah luka mnjadi cerita Satire, mellow, atau balada
sekalipun, PUISI hanyalah pemadatan Luka
Bagai kukurung di kutub yang entah kapan kan kembali mencairkan airmata luka”
(suara angin menghembus kencang diam tiba-tiba suasana merasuki panggung)
“Di mana kamu... hei di mana? Mengapa kau diam?”
(berjalan mengambil tikar dan menariknya hingga terbuka, rebahkan diri perlahan )
“aku mengenangmu dengan sebenar-benarnya mengenang, walau aku tahu
mengenangmu adalah memboreh luka dengan bara. Oh Tuhan.........
nyenyakkan tidurku malam ini, lelapkan mimpiku malam ini, walau pun
jarum kan kembali tusuk seribu kali, entah malam ini, entah esok, aku
hanya ingin dekap luka lagukan hati dalam sajak kehidupan”
(musik petikan gitar mengalun iringi tidur sang lelaki itu)
“Ingin kembali kutapaki setapak penuh cerita, Pun aku terluka kini, aku
ingin mengenangmu, mengenang Bias pendar aroma wangimu, mengenang
Sekerat lengkung pipi ranummu, semoga kutemukan kembali fatamorgana hati
hingga hilang luka ini”
(alunan lagu iringi lampu perlahan meredup dan gelap)
@5 MEI 2014
No comments:
Post a Comment