Purnama terangi catatan usang
dibalik rimbun jati, sinar itu
tak jua teduhkan kemarau rindu
bersandar pada dingin pandang cahaya memanjang dan menghilang
mencari sesuatu, mencari masa lalu
dan kau pun tiada lagi disana
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Sunday, September 30, 2012
Monday, September 24, 2012
Masihkah Ada Rindu dalam Rasamu
Memandang lalu lalang dari jendela preanger
perlahan dingin merayap di semak-semak malam
sembunyikan luka diantara rimbun kesedihan
engkau yang berdiam di setiap makna keterasinganku
lalu, kutuliskan rindu pada pekat berharap hangatkan
di tiap lembar daun jendela yang kusapa lirih sebut namamu
kembali berkelana dihimpit waktu, pada
persemayaman rindu
Tapi kesunyian selalu datang, inikah
makna rindu dalam rasamu
kucumbui angin kucumbu dingin
penjarakan bayangmu
Bayangan pucat pudar berpendar
seperti awan berarak tanpa hangat sapamu
perlahan dingin merayap di semak-semak malam
sembunyikan luka diantara rimbun kesedihan
engkau yang berdiam di setiap makna keterasinganku
lalu, kutuliskan rindu pada pekat berharap hangatkan
di tiap lembar daun jendela yang kusapa lirih sebut namamu
kembali berkelana dihimpit waktu, pada
persemayaman rindu
Tapi kesunyian selalu datang, inikah
makna rindu dalam rasamu
kucumbui angin kucumbu dingin
penjarakan bayangmu
Bayangan pucat pudar berpendar
seperti awan berarak tanpa hangat sapamu
Tuesday, September 18, 2012
Batik Hati Kian Pudar
Menyayat pada sekeping hati
berjalan mainkan instrumen rindu
satukan sketsa pecah berserak tanpa terlukis wajah
keping-keping itu berlari tinggalkan pigura hati
tertawa dan semakin menjauh
rangkaian bunga pada kain putih itu tlah terputus
ikatan-ikatan canting pada lilin pun memudar
batik hati terkulai rebah membuncah asa
tungku tlah mati tiada menghangatkan, beku
aku merasakan dengan sekeping hati
tetesan hangat malam tak lagi meniti
tiupan lembut pada canting kerinduan tak lagi terdengar
terkulai kain putih membisu hiasi sajakku
berjalan mainkan instrumen rindu
satukan sketsa pecah berserak tanpa terlukis wajah
keping-keping itu berlari tinggalkan pigura hati
tertawa dan semakin menjauh
rangkaian bunga pada kain putih itu tlah terputus
ikatan-ikatan canting pada lilin pun memudar
batik hati terkulai rebah membuncah asa
tungku tlah mati tiada menghangatkan, beku
aku merasakan dengan sekeping hati
tetesan hangat malam tak lagi meniti
tiupan lembut pada canting kerinduan tak lagi terdengar
terkulai kain putih membisu hiasi sajakku
Sunday, September 16, 2012
Catatan Bisu penuh Luka
Tak lelah pandangi potretmu
masih terasa percikan dari korneamu menembus rasa
tapi kembali luka yang tercipta
berlari aku dari catatan kita tapi selalu saja
bait-bait rasa itu bagai puzzle waktu
selalu hadir dan iringi helaan nafasku
hari yang indah dengan detik berdetak ternoda luka
luka yang bernama itu kian lama kian akut
hingga ingin kupinjam bahumu tuk sekedar bersandar
akankah lukisan itu kan luntur oleh waktu
akankah sajak-sajak ini kan memudar tanpa kau maknai
percik itu kembali menyala tiap kucoba sembuhkan luka
hingga terpekur dalam kegundahan kucatat dalam sajak bisu
goresan itu terlalu dalam mengakar membuat setapak
semakin jelas pernah kita lalui
pelangi senja takkan hadir tanpa gerimis sapamu
ingin berlari tinggalkan catatan lalu, tapi tangan ini
selalu saja goreskan catatan bisu penuh luka tanpa kau mengerti
masih terasa percikan dari korneamu menembus rasa
tapi kembali luka yang tercipta
berlari aku dari catatan kita tapi selalu saja
bait-bait rasa itu bagai puzzle waktu
selalu hadir dan iringi helaan nafasku
hari yang indah dengan detik berdetak ternoda luka
luka yang bernama itu kian lama kian akut
hingga ingin kupinjam bahumu tuk sekedar bersandar
akankah lukisan itu kan luntur oleh waktu
akankah sajak-sajak ini kan memudar tanpa kau maknai
percik itu kembali menyala tiap kucoba sembuhkan luka
hingga terpekur dalam kegundahan kucatat dalam sajak bisu
goresan itu terlalu dalam mengakar membuat setapak
semakin jelas pernah kita lalui
pelangi senja takkan hadir tanpa gerimis sapamu
ingin berlari tinggalkan catatan lalu, tapi tangan ini
selalu saja goreskan catatan bisu penuh luka tanpa kau mengerti
Friday, September 14, 2012
Dari Sudut Jendela Preanger
Dingin kota kembang masih saja angkuh di ujung malam
pandangi lengang jalanan dari sudut jendela preanger
entah mengapa aku tiba-tiba ingin mengusirmu dari sajakku
entah mengapa aku begitu ingin karena kamu tak pernah mampu maknai sajakku
Sejenak aku ingin berhenti ungkap kata yang selalu imajikan kamu
tentang dirimu yang tak lagi maknai senja-senja lalu
tentang dirimu yang tak lagi sapa hari-hariku
Pucat masih saja pekat berarak di langit kota kembang
aku t'lah baca pesan yang kamu sampaikan lewat detik-detik waktu,
kepompong tidak lagi bergeliat tuk sekedar bergerak,
kupu-kupu putih tidak lagi kepakkan sayap tuk sekedar hinggap,
apalagi aku rebah di sayap indahmu, susuri waktu yang lalu
Untaian senyum itu tak lagi mampu kutahan,
memudar perlahan menyublim dalam semu hari-hariku
tertegun aku di sudut jendela preanger pandangi lengang jalan,
entah mengapa pada akhirnya aku belum berhenti menulis tentang kamu
pandangi lengang jalanan dari sudut jendela preanger
entah mengapa aku tiba-tiba ingin mengusirmu dari sajakku
entah mengapa aku begitu ingin karena kamu tak pernah mampu maknai sajakku
Sejenak aku ingin berhenti ungkap kata yang selalu imajikan kamu
tentang dirimu yang tak lagi maknai senja-senja lalu
tentang dirimu yang tak lagi sapa hari-hariku
Pucat masih saja pekat berarak di langit kota kembang
aku t'lah baca pesan yang kamu sampaikan lewat detik-detik waktu,
kepompong tidak lagi bergeliat tuk sekedar bergerak,
kupu-kupu putih tidak lagi kepakkan sayap tuk sekedar hinggap,
apalagi aku rebah di sayap indahmu, susuri waktu yang lalu
Untaian senyum itu tak lagi mampu kutahan,
memudar perlahan menyublim dalam semu hari-hariku
tertegun aku di sudut jendela preanger pandangi lengang jalan,
entah mengapa pada akhirnya aku belum berhenti menulis tentang kamu
Tuesday, September 11, 2012
Ah, hanya Mungkin..
Mungkin kamu sudah tidak lagi mengingatku
tapi aku masih temukan kamu dalam auraku
kamu menari, tersenyum meniupkan aroma luka
Mungkin kamu sudah tidak lagi mengingatku
tapi aku masih saja mengenangmu terapung di atas biduk lukaku
diantara kerinduan yang tak bertepi
Mungkin kamu sudah tidak lagi mengenalku
tapi aku masih selalu susuri setapak yang pernah kau lewati
dari rangkaian senyum yang pernah kau titipkan di bibir dan dekik pipimu
Mungkin kamu benar-benar t'lah ingin melupakanku
tapi aku masih menanti sapamu
dari sebuah perjalanan yang pernah tersajak
tapi aku masih temukan kamu dalam auraku
kamu menari, tersenyum meniupkan aroma luka
Mungkin kamu sudah tidak lagi mengingatku
tapi aku masih saja mengenangmu terapung di atas biduk lukaku
diantara kerinduan yang tak bertepi
Mungkin kamu sudah tidak lagi mengenalku
tapi aku masih selalu susuri setapak yang pernah kau lewati
dari rangkaian senyum yang pernah kau titipkan di bibir dan dekik pipimu
Mungkin kamu benar-benar t'lah ingin melupakanku
tapi aku masih menanti sapamu
dari sebuah perjalanan yang pernah tersajak
Friday, September 7, 2012
Ingin Aku Eja Kembali di Ujung Senja
Kulepas kata dalam sajak hingga terbait makna
melangit cakrawala berpendar merasuk sukma
sejuk berpayung awan berselimut kabut, memucat
menghempas serpihan-serpihan duka
Beribu makna t'lah kau baca
rasa t'lah mati dalam beku egomu
aku punguti makna dari kata yang kutulis
ingin aku eja kembali di ujung senja
Bergelayut manja angin bersulamkan rindu
nada tiada lagi merdu iringi langkahku
sayap itu semakin rapuh tuk terbangkan kupu-kupu putih
hingga aku tak mungkin rebah dibahumu
Kulepas kata dalam sajak hingga terbait makna
kupu-kupu takkan menelusup dalam kepompong
tuk sembunyikan kata untukmu
biarlah kembali kuambil, kurangkai walau duka selalu iringi sajakku
melangit cakrawala berpendar merasuk sukma
menghempas serpihan-serpihan duka
Beribu makna t'lah kau baca
rasa t'lah mati dalam beku egomu
aku punguti makna dari kata yang kutulis
ingin aku eja kembali di ujung senja
Bergelayut manja angin bersulamkan rindu
nada tiada lagi merdu iringi langkahku
sayap itu semakin rapuh tuk terbangkan kupu-kupu putih
hingga aku tak mungkin rebah dibahumu
Kulepas kata dalam sajak hingga terbait makna
kupu-kupu takkan menelusup dalam kepompong
tuk sembunyikan kata untukmu
biarlah kembali kuambil, kurangkai walau duka selalu iringi sajakku
Wednesday, September 5, 2012
Kau Bersandar dalam Sajakku
Aku benar-benar temukan sesuatu pada rimbun bulu matamu,
sejukkan tiap detik jantungku
Aku benar-benar temukan sesuatu hadir ditiap kata yang kau lontarkan,
bersama senyum dan simpul di pipi ranummu
Aku benar-benar tak mampu bendung kata kangen di tiap jauh darimu,
hingga keranjang rindu telah bertumpuk untukmu
Aku benar-benar ingin luka rindu berakhir,
bersama senyum sirnakan duka di bahuku
Aku benar-benar ingin kau bagai rintik satu-satu
tetaplah bersandar agar aku tulis sajak rindu untukmu
Tuesday, September 4, 2012
Jubah Musim Berlalu
Mimpikan sebatang pohon rindang di padang kemarau zaman
menggelantung bunga bersama prenjak bersarang di teduh daunmu
metamorfosis kehidupan kan berjalan lalui waktu
bersama angin aku sibak perlahan hatimu
merapat pada cabang ranting dan daun tuk sentuh mimpiku
hingga waktu tanggalkan jubah musim berlalu
hanya pada langkah dan jalin jemarimu
kutahu di kedua matamu sekelebat kasih memudar
sesakkan dada di setiap musim dan mimpi-mimpiku
Saturday, September 1, 2012
Rindu dan Luka
Kerinduan adalah luka
Luka berselimut sutera
mimpi rebah di atas sayap kupu-kupu
berpendar di sapu angin prahara hati
kerinduan adalah luka
mimpi rebah di atas sayap kupu-kupu
berpendar di sapu angin prahara hati
kerinduan adalah luka
ego butakan hatimu
kau lupakan logika
emosi kau selubungkan pada catatan indah itu
Kerinduan adalah luka
pada entah kini berharap
pada entah kini menatap
pada rindu berharap luka membiru
Subscribe to:
Posts (Atom)