Dingin kota kembang masih saja angkuh di ujung malam
pandangi lengang jalanan dari sudut jendela preanger
entah mengapa aku tiba-tiba ingin mengusirmu dari sajakku
entah mengapa aku begitu ingin karena kamu tak pernah mampu maknai sajakku
Sejenak aku ingin berhenti ungkap kata yang selalu imajikan kamu
tentang dirimu yang tak lagi maknai senja-senja lalu
tentang dirimu yang tak lagi sapa hari-hariku
Pucat masih saja pekat berarak di langit kota kembang
aku t'lah baca pesan yang kamu sampaikan lewat detik-detik waktu,
kepompong tidak lagi bergeliat tuk sekedar bergerak,
kupu-kupu putih tidak lagi kepakkan sayap tuk sekedar hinggap,
apalagi aku rebah di sayap indahmu, susuri waktu yang lalu
Untaian senyum itu tak lagi mampu kutahan,
memudar perlahan menyublim dalam semu hari-hariku
tertegun aku di sudut jendela preanger pandangi lengang jalan,
entah mengapa pada akhirnya aku belum berhenti menulis tentang kamu
No comments:
Post a Comment