Tak lelah pandangi potretmu
masih terasa percikan dari korneamu menembus rasa
tapi kembali luka yang tercipta
berlari aku dari catatan kita tapi selalu saja
bait-bait rasa itu bagai puzzle waktu
selalu hadir dan iringi helaan nafasku
hari yang indah dengan detik berdetak ternoda luka
luka yang bernama itu kian lama kian akut
hingga ingin kupinjam bahumu tuk sekedar bersandar
akankah lukisan itu kan luntur oleh waktu
akankah sajak-sajak ini kan memudar tanpa kau maknai
percik itu kembali menyala tiap kucoba sembuhkan luka
hingga terpekur dalam kegundahan kucatat dalam sajak bisu
goresan itu terlalu dalam mengakar membuat setapak
semakin jelas pernah kita lalui
pelangi senja takkan hadir tanpa gerimis sapamu
ingin berlari tinggalkan catatan lalu, tapi tangan ini
selalu saja goreskan catatan bisu penuh luka tanpa kau mengerti
No comments:
Post a Comment