Tuesday, January 6, 2009

4 Januari 2009 Pagi Itu Kami................










Rasa kantuk tak menghalangi semangat mereka, sesaat setelah beristirahat sekitar 2 jam. mereka pun membangunkan aku. ya kami rombongan tim PMR SMA N 1 Boja pagi itu berencana menaklukkan gunung ungaran dalam ekspedisi ketiga tahun ini.

"Kak dah jam 01.30 Wib jadi muncak tidak?"

Aku pun terbangun walau sebenarnya aku tidak terlelap betul selama 2 jam setelah breafing terakhir pukul 23.30 wib. Ya tanggal 3 Januari 2009 pukul 23.30 itulah aku masih berusaha memejamkan mata tapi rasa dingin mengalahkan kantukku hingga aku pun bersandar di tiang kayu dekat perapian hampir 1,5 jam aku berusaha, akhirnya mataku bersenggama dengan kantukku walau hanya 30 menit itu pun tak lelap karena pikiran selalu terjaga.

Tanggal 4 januari 2009 itulah tepat pukul 01.30 aku terbangun dalam kondisi lena antara sadar, kantuk dan pusing jadi satu. Tak kusangka mereka begitu bersemangat hingga mengalahkan kondisiku saat itu. 30 menit kemudian kami telah berkumpul di lapangan volly dengan selimut hawa dingin yang menusuk pori-pori menembus baju dan jaket yang kami kenakan. 31 peserta dari 42 keseluruhan yang berani dan sanggup untuk menaklukkan gunung ungaran pagi itu. setelah berdoa kami pun memulai pendakian. dua sahabatku dari Mapala Kendal serta 7 anggota PMR SMA Cepiring pun bersama kami pagi itu.

Aku pun memimpin mereka untuk menapak selangkah demi selangkah di antara bebatuan terjal setapak menyusuri lorong pepohonan teh yang mengalahkan tinggi badan kami. kami sangat bersyukur karena pagi itu cuaca cerah, sebenarnya sejak sore sebelumnya kwatir apabila cuaca tidak mendukung. Kekwatiran kami terhadap turunya hujan sirna sudah ketika magrib itu langit cerah dengan bulan sabit dan bintang menyemut di langit.

Setelah satu jam akhirnya kami sampai di gubug pertama setelah kami menembus semak-semak yang begitu rimbun, ternyata aku telah menyusuri setapak yang jarang dilalui bahkan baru saja terbuka saat tahun baru kemarin. Awalnya aku ragu karena feelingku selalu moot bahwa aku tersesat. Lega rasa hati ketika akhirnya aku bertemu dengan gubug tempat peristirahatan pertama bagi para pendaki.

Medan terjal dengan bebatuan dan pepohonan menghalangi jalan serta kemiringan yang hampir dikatakan vertikal tidak mengurangi semangat kami untuk tetap merangkak, tidak hanya kaki tangan pun kami gunakan untuk melata satu demi satu bebatuan di hadapan kami. suara napas terdengar memburu diantara mereka keluhan pun sering keluar.

"Masih jauh kah? kapan kita sampai?"

Akhirnya setengah jam berikutnya tepatnya pukul 03.30 kami sampai di batu pertama. Disinilah kami dapat memandang kebawah lampu-lampu perumahan dan kota terlihat terang seperti kumpulan kunang-kunang. Di Batu ini pula kami bertemu dengan angin yang semakin dingin, indahnya pemandangan lampu-lampu seakan menghilangkan letih kami dan tetap bersemangat untuk mencapai puncak.

Berselang tiga puluh menit kami pun mencapai batu ketiga, ketika ada kabar satu anggota tercecer di belakang, kaki kram membuat dia tertinggal. akhirnya dua temanku dari Mapala Kendal pun membantu dia. aku alihkan leader ke pelatih PMR Cepiring untuk lebih dulu mencapai puncak. Aku sekarang berposisi di tengah memantau mereka yang didepanku dan mereka yang dibelakangku.

Pukul 04.15 kami mencapai batu ketiga di mana ini merupakan bagian akhir dari batas antara lereng dan bukit terakhir yang merupakan puncak gunung ungaran. kami pun semaki bersemangat dan mereka tampak antusias seakan tidak pernah lelah. sementara sayup-sayup terdengar suara azan dari radio HP yang aku bawa.

Akhirnya tepat pukul 04.30 kami tiba di puncak setelah menaklukkan batu besar yang sangat vertikal untuk dilalui. Sebuah bangunan benteng dengan hiasan baret hijau terpampang di depan kami, sementara tiang bendera membisu dengan tali yang setia melilit sampai kapanpun juga menyaa kami. Kami hirup udara dingin bersih di puncak ungaran dengan sepuasnya. perlahan pemandangan hijau pun terhampar. Di sebelah utara kota semarang dan laut pun kami sapa, sebelah timur terlihat rawa pening, timur daya kulihat merbabu, merapi masih saja menyembulkan asap, sebelah selatan serong ke barat daya terlihat gunung kembar sindoro sumbing pun begitu ramah kami tatap. Sungguh keagungan Tuhan pagi itu kami masih diberi kesempatan melihat semuanya.

Setelah menanti selama 30 menit akhirnya kami pun melihat sesuatu yang kami tunggu-tungu, ya mata dunia mulai menyembul perlahan dengan aura merahnya, kami semua memandang ke arah timur laut di sela-sela awan sun rise begitu indah menyapa pagi itu. Kami pun berebut posisi untuk mengabadikan sebagai sebuah kenangan sekaligus perenungan. Bahwa semua adalah kuasaMu "Allahhu Akbar".

Semakin jelas dan semakin menghampar hijau dedeaunan teh, hijau dedaunan pohon-pohon, dan birunya pegunungan serta air seolah seperti kaca dari pancaran air rawa pening. Kami sangat menikmati. mereka pun sangat bahagia, lelah perjalanan seakan hilang saat itu. Hampir semuanya mengabadikan diri mereka dengan beground yang tinggal pilih. Tak ketinggalan aku pun juga jeprat-jepret untuk kenang-kenangan.

Setelah satu jam menikmati, tepat pukul 06.00 aku paksa mereka untuk turun gunung karena padatnya jadwal dan untuk menghindari jilatan matahari. Mereka pun begitu kaget ketika melihat jalan yang behitu mengerikan. Mereka tidak mengira kalau semalam jalan itulah yang mereka lalui untuk mencapai puncak ini.

Selang 1 jam 45 menit akhirnya kami sampai kembali di bascampe. Mereka pun menumpahkan kelelhan dengan merebahkan diri di balai-balai yang semalam mereka tiduri. Sangat cepat untuk menuruni gunung ini. Kami mendaki selama 2 jam 30 menit, tapi untuk menuruni kami hanya butuh waktu 1 jam 45 menit.

Alhamdulillah kami semua selamat dan masih utuh hingga kembali ke tempat pertama kami dilepas oleh Ibu kepala sekolah hari sabtu kemarin.

No comments: