Dedaun runtuh diterjang puing-puing gerimis menghantam,
satu hilang ditelan lubang luka menganga
membiru lalu membatu dan
lengking burung hantu kembali masuk tiap liang
usik senyap usik gelap dalam lelap menginggau,
suara parau secuil kata tak terabjad terucap tertekan dalam otakku
berpilin bagai labirin lalu membentuk relief relief ilusi,
rembulan membiru merindu
kau menyeringai dalam sisa waktu terasing dalam imajiku
tersulut aku tersudut pada retak malam yang berkabut kelam,
terdiam aku saksikan serpih peluh terserak angin
mendesah bersenggama dengan resah
kaku berderak terhenti pada alur yang tak lagi berlayar.
No comments:
Post a Comment