Entah ini ke berapa kembali kutulis kagumku
langit begitu biru hingga bisa kurangkai bintang
bagai puzzle bentuk sketsa senyummu
berharap tak luruh dan jatuh memudar dalam rintik
jika mendung tiba-tiba rengkuh sketsamu
simphoni begitu manja
daun-daun luruh pada embun,
daun-daun sendu pada senja memerah
daun-daun tertidur pada pekat yang dingin
tapi tak satupun daun teduhkan hati yang merenda waktu
kembali kutitipkan pada keajaiban semesta,
akankah embun yang tlah menetes dari pucuk daun
kan kembali bergelantung dan bersandar manja pada daun
begitu juga dengan sajakku, kan tetap kagum
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Wednesday, January 30, 2013
Tuesday, January 29, 2013
Berharap pada Entah
Monday, January 28, 2013
Purnama pada langit merintik
Mengembara tiba-tiba aku pada gerimis
ada yang membuatku terlantar
bersama rintik susuri tiap relung, bermuara pada entah
tertatih mencari, tanpa keindahan kulalui perjalanan ini
menyergap tiba-tiba kunang-kunang
melayang kerlip kerlip redup tiada sinari rindu
yang sekian waktu terlantar, semakin terlantar
tertunduk pada malam,
kata lukai hati, sajak maknai jiwa, lelah
pencarian purnama pada langit merintik
ada yang membuatku terlantar
bersama rintik susuri tiap relung, bermuara pada entah
tertatih mencari, tanpa keindahan kulalui perjalanan ini
menyergap tiba-tiba kunang-kunang
melayang kerlip kerlip redup tiada sinari rindu
yang sekian waktu terlantar, semakin terlantar
tertunduk pada malam,
kata lukai hati, sajak maknai jiwa, lelah
pencarian purnama pada langit merintik
Thursday, January 24, 2013
Mengendap Rasa Tanpa Kerlip
Mimpikah aku di senja yang redup dan pucat ini
suara itu tiba-tiba mengalun menyusup menyulam kata
aku bahkan tak sanggup untuk terus mendengar
kiranya suara itu tlah penjarakan aku dalam duka yang dalam
kususuri setapak dalam angan, kulalui dalam sekejap
semua cerita serpihkan bening-bening itu tanpa sketsa baru
mengendap asa tanpa kerlip bahkan pelangi enggan menyapa,
suara itu melangkah tanpa kerling sekedar menatapku
gemuruh bergejolak mati rasa, desir hati tak mampu maknai sapamu,
hanya desah semakin muram sandarkan mimpi jatuh satu satu
suara itu tiba-tiba mengalun menyusup menyulam kata
aku bahkan tak sanggup untuk terus mendengar
kiranya suara itu tlah penjarakan aku dalam duka yang dalam
kususuri setapak dalam angan, kulalui dalam sekejap
semua cerita serpihkan bening-bening itu tanpa sketsa baru
mengendap asa tanpa kerlip bahkan pelangi enggan menyapa,
suara itu melangkah tanpa kerling sekedar menatapku
gemuruh bergejolak mati rasa, desir hati tak mampu maknai sapamu,
hanya desah semakin muram sandarkan mimpi jatuh satu satu
Monday, January 21, 2013
Susuri Setapak tiap Lorong di Hati
Diam tlah penjarakan gelisahku,
gelisah liar mengembara di bawah bulan separoh
mengambang di sela awan berarak
mengapa tiada bisa kudengar cericit ngengat,
gelisah pun mekar di mataku
gerimis merintik di bawah bulan separoh
pucat temaram sudahi senja tingkahi malam
gelisah masih saja gerayangi kenangan lalu
belum lunas rasanya, belum juga temukan dirimu kembali
kembali kususuri setapak tiap lorong di hati, di sudut korneaku
tlah menyusup seluruh kerinduan,
perlahan mengalir reguk seluruh rasa
gagu kelu dan bisu kembali bersarang menutup sajakku
gelisah liar mengembara di bawah bulan separoh
mengambang di sela awan berarak
mengapa tiada bisa kudengar cericit ngengat,
gelisah pun mekar di mataku
gerimis merintik di bawah bulan separoh
pucat temaram sudahi senja tingkahi malam
gelisah masih saja gerayangi kenangan lalu
belum lunas rasanya, belum juga temukan dirimu kembali
kembali kususuri setapak tiap lorong di hati, di sudut korneaku
tlah menyusup seluruh kerinduan,
perlahan mengalir reguk seluruh rasa
gagu kelu dan bisu kembali bersarang menutup sajakku
Sunday, January 20, 2013
Suatu Senja di Pesisir
Debur pesisir iringi perenunganku senja ini
tiada camar satu pun sapa diamku
hanya semburat memerah di ufuk barat
menyelempang diantara riuh ombak
tertatih sosok tua memungut kayu kering
"terima kasih, kembali kau beri aku, tanpa ini
tiada mungkin tungku kan menyala"
ombak bergelayut tanpa debur tiba-tiba hening
angin lembut hembuskan suasana purba
"kiranya kau kembali kabulkan doaku, hening ini
walau sesaat tlah buka pintu untuk anakku"
bibir perempuan tua itu bergetar memandang tajam
"kapan aku kan bertemu anakku, bawalah aku ke dasar lautmu"
kaku terasa, beku, dan aku membisu
"aku merasa sudah lama bersama anakku, tiap hari kuhidangkan,
dan aku memeluknya tiap malam tiba, tapi kenapa Kau belum menerima ragaku"
menelusup perlahan menyisip pada awan di ujung pandangan,
sayup sayup mengisak suara lirih menghiba tanpa bisa kueja
sosok tua itu bangkit dan menjauh bersama ranting kering di pinggangnya
tiada camar satu pun sapa diamku
hanya semburat memerah di ufuk barat
menyelempang diantara riuh ombak
tertatih sosok tua memungut kayu kering
"terima kasih, kembali kau beri aku, tanpa ini
tiada mungkin tungku kan menyala"
ombak bergelayut tanpa debur tiba-tiba hening
angin lembut hembuskan suasana purba
"kiranya kau kembali kabulkan doaku, hening ini
walau sesaat tlah buka pintu untuk anakku"
bibir perempuan tua itu bergetar memandang tajam
"kapan aku kan bertemu anakku, bawalah aku ke dasar lautmu"
kaku terasa, beku, dan aku membisu
"aku merasa sudah lama bersama anakku, tiap hari kuhidangkan,
dan aku memeluknya tiap malam tiba, tapi kenapa Kau belum menerima ragaku"
menelusup perlahan menyisip pada awan di ujung pandangan,
sayup sayup mengisak suara lirih menghiba tanpa bisa kueja
sosok tua itu bangkit dan menjauh bersama ranting kering di pinggangnya
Pesisir pantai Jawa
@Januari 2013
Majas (Gaya Bahasa)
A. Majas Perbandingan
1. Personifikasi adalah
majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada
benda-benda mati sehingga seolah-olah memiliki sifat seperti manusia atau benda
hidup lainnya. Singkatnya, majas ini dapat dikatakan "menggambarkan benda
mati seolah hidup".
Contoh: Ombak
berlari-larian di pantai
2. Metafora adalah majas
perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat
atas dasar sifat yang sama atau
hampir sama.
hampir sama.
Contoh: Raja
siang = matahari
Raja
hutan = singa
Putri
malam = bulan
3. Eufimisme atau disebut
juga ungkapan pelembut adalah majas yang melukiskan suatu
benda dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain yang
berkesan kurang sopan atau tabu.
Contoh: Para tunakarya perlu
perhatian yang serius dari pemerintah. (Tunakarya = Pengangguran)
Pramuwisma bukan
pekerjaan yang hina. (Pramuwisma = Pembantu rumah tangga)
4. Sinekdoke terdiri
dari:
a. Pars pro toto, yaitu
majas yang melukiskan sebagian tapi yang dimaksud adalah seluruhnya. (sebagian
untuk seluruh). Contoh: Ibu membeli enam ekor ikan.
b. Totem pro parte, yaitu
majas yang melukiskan keseluruhan tapi yang dimaksud adalah sebagian. (seluruh
untuk sebagian) Contoh: Indonesia memenangkan Thomas Cup.
5. Alegori adalah majas
yang memerhatikan suatu perbandingan untuh, perbandingan itu membentuk kesatuan
menyeluruh.
Contoh: Hidup ini
diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan.
suami = nahkoda
istri = juru mudi
topan, gelombang = cobaan atau halangan
tanah seberang = cita-cita hidup atau tujuan yang ingin dicapai
6. Hiperbola adalah majas
yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya
dengan kata-kata yang berkesan lebih hebat untuk menguatkan arti
(melebih-lebihkan).
Contoh: Air
matanya menganak sungai ketika tahu bahwa kekasihnya berselingkuh.
7. Simbolik adalah majas
yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagai simbol
guna merendahkan diri.
Contoh: Kenapa harus dia
yang menjadi kambing hitam? (kambing hitam = orang yang dipersalahkan)
8. Litotes adalah majas
yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan
kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Contoh: Pemberian ini
hanyalah sebagian kecil dari apa yang sudah kamu terima selama ini dari orang
lain.
9. Alusio adalah majas
dengan mempergunakan ungkapan peribahasa atau kata-kata yang artinya diketahui
secara umum.
Contoh: Orang itu bisanya
cuma lempar batu sembunyi tangan.
Omongannya itu lebih baik
jangan diambil hati.
10. Asosiasi adalah majas
yang memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan
sifat.
Contoh: Untuk memenangkan
pertandingan itu ia berlaku curang dengan memberikan amplop pada
juri.
11. Perifrasis adalah
perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi
serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan
itu.
Contoh: Para petani turun
ke ladang ketika fajar. (fajar = matahari terbit atau pagi hari)
12. Metonimia adalah
majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan nama merk atau ciri-ciri
benda tersebut.
Contoh: Sejak dulu hingga
sekarang ayah pergi bekerja selalu menaiki Honda.
13. Antonomasia adalah
majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan
ciri atau sifat menonjol yang dimilikinya.
Contoh: si kurus, si
gendut, si tukang tidur, si cerewet, dan lain sebagainya.
14. Tropen adalah majas
yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan dengan kata-kata
lain yang mengandung pengertian yang sejalan atau sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual
suara di cafe-cafe.
15. Parabel adalah majas
yang menggunakan perumpamaan dalam hidup. Majas ini terkandung dalam seluruh
isi karangan.
Contoh: Bhagawat Gita,
Mahabrata, Bayan Budiman.
B. Majas Sindiran
1. Ironi adalah majas
yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya
dengan maksud untuk menyindir orang lain.
Contoh: Wangi
sekali parfummu, seperti orang yang tidak mandi 3 hari.
2. Sinisme adalah gaya
sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi berkesan
kasar.
Contoh: Inikah
hasil pekerjaan seorang karyawan yang katanya anak kesayangan bos
kita?
3. Sarkasme adalah majas
yang terkasar serta langsung menyakiti perasaan orang yang menjadi sasaran
sindiran tersebut.
Contoh: Memang dasar kamu
itu otak udang!
C. Majas Penegasan
1. Pleonasme adalah majas
yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena
arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh: Merah
darahnya keluar begitu banyak ketika peluru menghujam
jantungnya.
Anak-anak dipersilakan masuk ke dalam kelas.
2. Repetisi adalah majas
yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali,
yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Kita
junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung, kita
junjung dia sebagaipembebas kita.
3. Pararelisme adalah
majas seperti repetisi tetapi digunakan dalam puisi. Majas ini terdiri dari:
a. Anafora: jika kata
atau frase yang diulang terletak di awal kalimat atau larik.
Contoh: Kalaulah diam
malam yang kelam
Kalaulah tenang sawang yang lapang
Kalaulah lelap orang di lawang
b. Epifora: jika kata
atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat atau larik.
Contoh: Kalau kau mau, aku
akan datang
Jika kau kehendaki, aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
Selain itu, ada pula yang
memperlihatkan penggunaan anafora dan epifora sekaligus, seperti:
Kami jemu
pada lagu
Kami benci
pada lagu
Kami runtuh
karena lagu
4. Tautologi adalah majas
yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata-kata yang sam artinya
(bersinonim) untuk mempertegas arti.
Contoh: Sudah lama ia tidak
pulang dan tak kembali ke kampung halamannya.
5. Simetri adalah majas
yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan satu kata, kelompok kata atau
kalimat yang diikuti oleh kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang
artinya dengan yang pertama.
Contoh: Anak itu tidak
bisa diam, seperti cacing kepanasan.
6. Enumerasio adalah
majas yang melukiskan beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan yang
dituliskan satu per satu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak
jelas.
Contoh: Angin berhembus
pelan, tak terdengar suara-suara, hanya jangkrik yang sedari tadi menghiasi
kesunyian ini.
7. Klimaks adalah majas
yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata
yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: Jangankan rumah,
atau tanah, seisi dunia ini pun akan ku berikan
kepadamu!
8. Antiklimaks adalah majas
dengan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang
makin lama makin melemah pengertiannya.
Contoh: Jangan seribu, seratus rupiah
pun aku tak punya.
9. Retorik adalah majas
dengan mempergunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban
karena sudah diketahui apa jawabannya.
Contoh: Mana mungkin ada
orang yang tidak mau hidupnya senang?
10. Koreksio adalah majas
berupa memperbaiki (koreksi) kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik
disengaja maupun tidak sengaja.
Contoh: Hari ini sakit
ingatan, eh.. maaf, sakit kepala maksudku.
11. Asidenton adalah
majas yang menyebutkan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara
berturut-turut tanpa menggunakan kata penguhubung.
Contoh: kemeja, sepatu,
kaos kaki, tas, topi, dibelinya di toko itu.
12. Polisidenton adalah
majas yang menyebutkan beberapa benda, orang, hal, atau keadaan secara
berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh: Dia tidak tahu, tetapi tetap
saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.
13. Ekslamasio adalah
majas yang menggunakan kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: Waah,
indah sekali pemandangannya!
14. Praeterio
adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan
sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh: Tidak
usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa yang menjadi dalang dalam
masalah kali ini.
15. Interupsi adalah
majas yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di
antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian-bagian
kalimat sebelumnya.
Contoh: Aku, orang
yang sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan pangkatku.
D. Majas Pertentangan
1. Antitesis adalah majas
yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan
arti.
Contoh: Tua muda iut
berpartisipasi dalam kegiatan tanam seribu pohon yang diselerenggarakan pada
pekan lalu.
2. Paradoks adalah majas
yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentang, padahal maksud sesungguhnya
tidak, hal ini dikarenakan adanya objek yang berlainan.
Contoh: Ia seperti orang
yang kesepian di tengah keramaian.
3. Okupasi adalah majas
yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan atau
diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh: Merokok itu
merusak kesehatan, tapi banyak orang yang tidak dapat menghentikan kebiasaan
itu. Maka banyak pabrik yang tetap memproduksi rokok, karena menghasilkan
untung yang banyak.
4. Kontradiksio
intermimis adalah majas yang memperlihatkan pertentangan dengan penjelasan
semua.
Contoh: Semua anak hadir pada hari ini, kecuali Andi yang sedang sakit.
Wednesday, January 16, 2013
Pada Sisa Hujan di Suatu Senja
Masih basah tanah sisa hujan senja tadi
masih segar kecipak terdengar
tatkala tersibak langkah merekah, membasah
alunan menyayat mengingatkan waktu kan segera pekat
seiring cericit kelelawar, ngengat, nyamuk.
meramu senja dalam semangkuk harapan
tabuh bertalu pada persimpangan waktu
sebaris kalimat mematriku dalam kebisuan
mutiara itu teruntai indah dalam diam
hening mesra terbalut pekat
bungkus kalbu hempaskan berhelai-helai catatan
tentang senja gerimis dan kamu
bagai alunan merdu ninabobokan hampa dalam lara
menyusur tiba-tiba resah cumbui tawa
aku hanyalah karya tanpa makna
hanya sebujur kalimat membaris, membait
bersama sajak luruh singkap pekat
menuju malam tanpa sandaran mesramu
di pundakku
masih segar kecipak terdengar
tatkala tersibak langkah merekah, membasah
alunan menyayat mengingatkan waktu kan segera pekat
seiring cericit kelelawar, ngengat, nyamuk.
meramu senja dalam semangkuk harapan
tabuh bertalu pada persimpangan waktu
sebaris kalimat mematriku dalam kebisuan
mutiara itu teruntai indah dalam diam
hening mesra terbalut pekat
bungkus kalbu hempaskan berhelai-helai catatan
tentang senja gerimis dan kamu
bagai alunan merdu ninabobokan hampa dalam lara
menyusur tiba-tiba resah cumbui tawa
aku hanyalah karya tanpa makna
hanya sebujur kalimat membaris, membait
bersama sajak luruh singkap pekat
menuju malam tanpa sandaran mesramu
di pundakku
Tuesday, January 15, 2013
Terhidang Rindu
Tersungging senyum gelap mengembang pada langit,
termanis tapi miris, mengiris senja.
Aku tak (pernah) tahan
walau mata ini tetap kering,
hati membuncah rasa dalam gerimis senja,
merintik semakin menderas pada sudut gelap hati
pusaran menyudut ke dalam rasa, masih saja selalu terhidang rindu,
walau senyum itu mengiris hati pada senja menderas
termanis tapi miris, mengiris senja.
Aku tak (pernah) tahan
walau mata ini tetap kering,
hati membuncah rasa dalam gerimis senja,
merintik semakin menderas pada sudut gelap hati
pusaran menyudut ke dalam rasa, masih saja selalu terhidang rindu,
walau senyum itu mengiris hati pada senja menderas
Tuesday, January 1, 2013
Aku Masih
Aku masih dapat mendengar desah nafasmu
memburu seiring waktu
aku masih dapat mencium bau khas tubuhmu
menggelora membias terbawa angin
Aku masih dapat melihat indah sudut
pada ranum pipimu
Aku masih dapat bahagia melihat rahasia di indah korneamu
aku masih dapat tulis semua tentangmu, tapi
masihkah kau maknai sajak-sajakku lagi.
memburu seiring waktu
aku masih dapat mencium bau khas tubuhmu
menggelora membias terbawa angin
Aku masih dapat melihat indah sudut
pada ranum pipimu
Aku masih dapat bahagia melihat rahasia di indah korneamu
aku masih dapat tulis semua tentangmu, tapi
masihkah kau maknai sajak-sajakku lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)