Semayup azan perlahan menyusup telingaku
bergegas ku ke kamar
ku lihat emak tengah asyik dengan bedak dan gincu di depan cermin
ku tertegun, kupandangi emak yang tidak tahu kedatanganku
kusambar sarung di tepi dipan
tak kusangka mukena emak pun melayang
menyentuh lantai tanpa tertahan
berdesir hatiku melihat mukena emak
emak menoleh dan memandangiku
"mengapa engkau jatuhkan mukena emak, Nang?"
aku tiada menjawab hanya linangan air kehidupan
tiada bisa kutahan di mataku
"Besok aku harus bayar buku, Mak! kalau tidak aku tidak
boleh ikut pelajaran"
emak terdiam, senyum mengembang diantara
bau parfum menyeruak menggelitik bulu hidungku
Emak melangkah menyentuh mukena
dan meletakkannya kembali di sisi dipan
sementara iqamah berkumandang
kembali hati ini berdesir
"Besok aku harus bayar buku Mak! kalau tidak aku tidak
boleh ikut pelajaran, Mak!"
Emak tersenyum perlahan dibelainya rambutku
"Iya Nang, minta pada Tuhan saat sujudmu nanti ya Nang,
doakan Emakmu, agar malam ini, Emakmu banyak Tamu,
jangan lupa ya Nang"
langkah emak kian cepat tinggalkan pintu
ku berlari tatap emak yang menghilang di telan
pekat kabut di ujung gang
sementara para jamaah berlari takut ketinggalan fathekah pertama
aku hanya terdiam
tatap bayang emak
tatap mukena emak
yang terlena tanpa kehidupan
No comments:
Post a Comment