Fajar tersingkap seiring takbir
ujung malam berselimut kabut
samar bayang melangkah pekat
Kupandangi Mukena Emak menggantung di tepi dipan
membisu dan dingin
"Mak, mengapa Emak harus selalu tinggalkan malam-malamku?"
"Aku butuh emak, aku harus tanya siapa kalau bukan emak"
Langkah kaki makin sering menuju rumah Tuhan
aku melangkah menuju padasan basuh mukaku
Dingin merasuk kulit ariku menusuk
hingga menggigil
samar emak berkelebat menghindari tatapan
detik menuju menit emak tlah di depan cermin
persis ketika bedug maghrib bergema sore kemarin
menggigil aku tantang kekalutan
kusambar sarung di sisi mukena emak
"Mak, besok aku bisa masuk sekolah kan?"
Tanpa jawab Emak kibaskan rambut
Selembar Kapas menyapu wajah emak buang bedak dan gincu
"Mak, besok aku bisa masuk sekolah kan?"
Kembali Emak membisu
Berkelebat emak menuju Dipan
sebentar tatap aku
membisu seperti mukena disampingku
"Dah sana menghadap Tuhan, jangan lupa
doakan emakmu, agar emak tetap sehat,
dan juga besok, Emak tidak lupa kasih uang bukumu"
jawab emak sambil menelungkup membelakangiku
"Emak, betapa aku ingin seperti bantal itu
seperti selimut itu?"
Dengkur Emak terdengar seiring iqamah berkumandang
"Kapan Emak bantu pecahkan kesulitan pelajaranku,
Kapan emak mengajari aku tentang matematika, bahasa.....
Kapan mak?????
No comments:
Post a Comment