Friday, June 13, 2008

Sehari bersama penulis "Menyusuri Lorong Dunia" Scanne 2


Setelah puas di Pelataran Parkir Kopeng dengan wedang ronde dan sate kelinci kami pun melanjutkan perjalanan ke arah selatan menuju Keteb Pass. Keteb Pass adalah menara pandang yang diresmikan presiden Megawati kala itu sebagai tempat untuk melihat dari dekat puncak merapi dengan segala kelak kelok lembah di punggungnya. Bus pun meliuk-liuk menapak demi setapak jalanan yang menanjak. kiri kanan terlihat petani dengan sabar mencabuti rumput diantara tanaman "kool". Sementara mendung terus memayungi kami. Terpikir dalam benakku "ahh bakal mengecewakan cuaca kali ini". Benar juga ketika Bus menyapa tempat parkir mendung masih bergelayut manja di langit.
Kami pun menuju taman khusus pengunjung yang disediakan pengelola. Mas Sigit pun terus berdialog denganku mengenai Danarto, Joko Pinurbo, Bli Wayan, Taufiq Ismail. bahkan kami pun tak lepas dari pembahasan "Ayat-ayat Cinta" yang tiba-tiba menyeruak dalam kancah novel religius Indonesia. Sementara Claudia Beck masih asyik melayani anak-anak berbincang-bincang. Hanya sayang, kami tidak bisa melihat puncak merapi yang baru saja memuntahkan laharnya beberapa bulan yang lalu. setelah beberapa menit rombongan kami dipanggil untuk menuju sinema park tepatnya pemutaran film dokumenter tentang "Merapi". sekitar 25 menit kami menyaksikan peristiwa alam yang maha dashyat itu di depan mata.Fenomena awan panas atau "wedhus gembel" semakin membuat kecil nyali, bahwa kita sangat tidak ada apa-apanya hidup di alam ini.

Mas sigit kembali menegaskan bahwa dalam penulisan sebuah karya jangan berfikir fee ato royalti. Sebab sebuah pilihan untuk menjadi penulis kita harus siap menerima apa yang dinamakan hukum dagang. Memang penulis punya hak mematok harga tapi kalau itu justru menghambat buku beredar, maka jangan dulu berpikir fee.
menulis bisa menjadi mata pencaharian juga bisa menjadi bagian dari kehidupan yang mengasyikan. dan aku belajar banyak dari mas sigit. Kedermawanan penulis ini mengagetkan aku sebagai teman barunya. kerendahan hati dalam menegakkan benang basah dalam kancah sastra patut diacungi jempol. "Donat untuk Kusno" salah satu embrio yang bakal membesarkan tempat kelahirannya yaitu "Boja" merupakan usaha kami bersama dalam menggiatkan sastra remaja. Ya yang paling berperan tetap mas Sigit.

No comments: