Saturday, June 14, 2008

Sehari Bersama Penulis"Menyusuri Lorong Dunia"Scanne3


Setelah puas berdingin ria di Keteb Pass kami pun bergulat dengan AC dalam pelukan perbukitan yang berkelak-kelok. Kembali aku berada di Negeri Asing, Mas Sigit memimpin rombongan dengan gaya Guide (masa lalu) Mas Sigit. Dalam perjalanan Ni Made Okky Saraswati salah satu peserta dari Bali bercerita tentang Pemujaan Saraswati. Kebetulan hari itu di Bali tempat kelahiran OKKY sedang mengadakan pemujaan Saraswati (Dewa Pengetahuan). Dia bercerita bahwa hari itu tidak diperbolehkan membaca, belajar atau pun aktivitas pembelajaran. Walaupun OKKY menggunakan bahasa Inggris, demikian juga Mas Sigit, aku masih bisa memahami maknanya, tapi kembali aku tidak terlibat karena jujur saja aku sangat kesulitan mencari kosa kata apa yang harus aku ucapkan.
Tidak terasa perut pun berontak menyodok dinding lambung, dan kami semua merasakan hal yang sama. Mas Sigit pun meminta Sopir menuju rumah makan untuk Lunch , dan alhamdulillah kami pun berhenti di rumah makan yang lumayan luas untuk makan ber dua puluh tujuh penumpang. Seperti semut mendapatkan madu, kami pun memesan makanan dan lagi-lagi harus menunggu beberapa menit. Masing-masing melakukan aktivitas ngobrol, sholat dan beristirahat sejenak.
Hening mengiringi kami makan saat itu. Kulihat berbagai macam menu terhidang di meja, ada udang goreng, ayam goreng, pecel, dan lele goreng.Ternyata mas Sigit, Claudia tidak canggung menyantap makanan khas Jawa ini. Sesaat kemudian kami usai dan kembali dihempaskan dalam dingin AC bus, perlahan bus membawa kami menuju Candi Borobudur. Setelah 15 menit kami pun tiba di pelataran Parkir Candi Borobudur.
Segera kami melangkang menuju pintu masuk Candi. Ku bawa bungkusan Hitam yang menarik perhatian Mas Sigit.
"Apa itu Pak?"
"Ah bukan apa-apa kok mas, ni anak-anak mau ada acara" sahutku
"Miss Claudia gak Ikut Mas, kucoba alihkan perhatian Mas Sigit"
"Ah Caludi dah sering ke sini, dan lagi tiket Claudi lebih mahal daripada kita, yang utama Claudi ingin Istirahat karena Capek"

Setelah beberapa menit pesan Tiket kami pun masuk dan mencari lokasi di bawah pohon beringin tua depan Kantor Pelayanan. Kami melingkar dengan suasana ceria. Yani pun membuka acara dilanjutkan sambutan "Mbah Nur", Mas Sigit kaget dan tidak menyangka kalau acara itu sebenarnya adalah surprise untuk ultahnya yang ke-45.
Mas Sigit agak gugup ketika di minta meniup Lilin dan memotong Roti.
"Aku tidak menyangka kalau acara ini untuk Aku, sebab setelah sekian lama tinggal di Swiss tidak pernah ada acara seperti itu" dalam untaian kata sambutannya.
Selamat Ulang tahun mas Sigit, semoga semakin sehat dan lebih berkarya. Jujur saja kami banyak mendapat perhatian dari mas sigit, komunitas Sastra Tetas, anak-anak SMA Boja jurusan Bahasa, sangat terbantu dengan kepedulian Mas Sigit selama ini.


Di sela-sela melihat-lihat candi Mas Sigit menyampaikan bahwa hari itu Kedaulatan rakyat, Republika sedang memuat Resensi Bukunya. Sebutan Columbus Modern pun melekat dalam dirinya. Tanpa sadar kami telah mencapai tingkat 2 sebelum puncak candi.
"Sastra tidak akan berkembang kalau kita tidak pernah peduli akan bentuk dan mengisinya dalam bentuk apa pun, baik itu puisi, prosa maupun Novel" jelasnya
"Kesempatan untuk menjadi terkenal sangat sulit. Maka ketika karyamu mencuat dan best seller itulah awal tapak-tapak ke depan tlah terlihat untuk menjadi seorang penulis. Untuk menjadikan karya terkenal tidak ada patokan waktu, mental dan kesabaran yang akan menentukan masa depan penulis". Kembali perkuliahan singkat menyeruak di telingaku dari seorang Columbus Modern

No comments: