Monday, February 16, 2009

Bulan Kan tetap Purnama

Saat jiwa berduka hari ini,
senandung hati melantun dari bayang bibirmu.
Kau nyanyikan lagu memori kita yang tak kau suguhkan kala hari itu.
Sajak indah yang terurai dari huruf yang terangkai dalam ingatan.
Kau isyaratkan saat pertama kali perjumpaan kita
di tempat kunang-kunang kota berkumpul di taman raden saleh.
Kau bawa aku memutari kembali ingatan itu.

Dalam sebuah sudut tempat, kau ceritakan padaku kembali kala purnama hampir bulat.
Dan sebuah isyarat kau desirkan padaku.
Di antara setiap detik waktu yang mengembara,
tlah kau suguhkan padaku setangkup sayang yang kau bungkus dengan kain putih
yang kau letakkan dalam hatiku.

Kini Kain putih itu akan pergi sesuai fitrahnya
Kuharap keikhlasanmu untuk melepasnya
biarlah smua kembali seperti sedia kala
biarlah biduk itu berlayar sendiri tanpa harus aku nahkodai dan
kau jadi penumpangnya

purnama kan tetap purnama
walau kain putih tlah pergi


1 comment:

Tnt said...

wah aku pasti kan sering mengunjungi puisi anda