Mendung sore itu
Bergelayut manja di selas-sela langit temaram
Senja tersipu menjemput malam
Ini adalah 14 hari sejak aku terpuruk dalam luka
Tulang terasa ngilu bergetar menopang tubuh yang kurasa renta
Angin senja menusuk tiap sendi
Aku tertatih mengembara di alam ketidakberdayaan
Kunang-kunang menyemut diantara mata dan bermahkota dikepalaku
Aku bersandar diantara kursi kumal yang begitu setia kusenggama
Entah berapa kali punggungku bersandar rebah dalam buaian kursi kumal itu
Aku tatap rinai yang mulai menitik menodai tanah
alunan kitab suci mengalun begitu anggun
mahraj tajuid terucap khusyuk
aku serasa di sebuah masjid yang begitu megah
jalinan kaligrafi emas berjajar pada dinding kokoh
Sore itu aku mengembara bersama alunan kitab suci
Serasa terbang dengan sorban sang kyai
dan beralaskan sajadah panjang sang Nabi
bergelayut diantara luka yang entah sampai kapan kering
aku serasa kecil kala luka mengujiku
aku tersudut dalam kesadaran semu, samar terdengar
hembusan-hembusan mesra sang penggoda
aku lihat sinar terang memancar menyusup ke mata hati
hati yang membisu dalam kelu
aku semakin terbelenggu
dalam penyesalan yang entah sampai kapan
aku takkan bisa melupakan
mendung sore itu
kembali menyapaku dalam
senyum kegetiran
No comments:
Post a Comment