Relung hati tertoreh sayatan rasa
dalam menempati dasar purba
itu sebab bulan merindukan bumi
seperti matahari merindukan awan
langkah tlah tertatih, kata demi kata
rasa demi asa
wahai kau permataku
Baluran rasa terboreh
terpatri melekat disisi jiwa
andaikan takdir pertemukan lebih awal
tiada mungkin matahari kan terbit dahului bulan
tiada mungkin kereta api meniggalkan rel dalam kedinginan
air tlah menetes di tengah gersang savana
diantara tatapan kaktus menantang
angin pun tiada berhembus ramah
memang rasa itu suci
Kau dan aku tidak salah bila rasakan ini
bahkan tidak ada yang salah dalam rasa kita
hanya tugas dan tanggung jawab kita yang tidak sempurna
biarlah rembulan tetap malam
dan biarkan pula matahari rajai siang
sementara biduk tlah lepaskan diri dari pelabuhan
biar ombak yang membawa kemana arah dan persinggahan
aku hanya ingin tetap berpeluk
aku hanya ingin tetap hangat
peluk hangatmu wahai
penghuni dasar hati
yang selalu menggapai dalam tidurku
yang selalu berteriak dalam imajinasiku
dan yang selalu bergejolak dalam tiap detak nadiku
No comments:
Post a Comment