Sunday, May 17, 2009

Maafkan Nang, Mak!


Terlihat dengan jelas raut muka Emak yang mulai tergurat usia, kerudung putih dan kacamata semakin membuat aku kagum, kerentaan tidak mengurangi kesigapannya.
Akupun perlahan melangkah kupijit pundak Mak yang agak kaget tidak mengetahui kedatanganku.

"Mak, maafkan aku Mak...."

"Ada apalagi to Nang?"

"Bulan tidak bisa Nang bawa ke Emak, Nang sadar Mak, bulan sudah jadi milik orang lain Mak"

"Ya sudah, syukur kalau kamu dah menyadari..., bagaimana dengan Bulan nang?"

"Bulan sedang berusaha menyadari Mak, walau bulan masih sering protes akan perasaan kami Mak"

"Mbok wis to Nang, kasihan Bulan, biar bulan tenang dengan kehidupannya..., biarlah bulan tentukan apapun sikap bulan kamu harus terima sebab bulan yang akan menjalani Nang"

"Iya Mak, bulan memilih jalan hidupnya sendiri, sementara aku sama emak di sini"

"syukur-syukur, Mak nggak marah dan nggak papa Nang"

Emak pun memelukku, kurasakan air menembus baju di punggungku.Kehangatan kasih terasa seperti kala aku masih dalam gendongannya.

"Mak, menangis? maafkan aku Mak"

Tanpa kata Emak menuju kamar menyibak sekat yang menghempaskan angin.

"Kalau Mau makan, semua sudah ada di meja"

1 comment:

Linda said...

sabar yo Nang dan mak...
ikut sedih hiks...^^