Kepada mendung yang bergelayut di atas preanger
biarlah menggantung di sana
tebal menggumpal berarak iringi sajakku
tlah terjalin sajak baru dalam rotasi perjalanan suci
apakah tentang kisah kita
atau pada kerinduan semu yang menebal
aku tetap terpaku di sisi jendela
tatap kunang-kunang jalanan beriring sibak dingin kota
dua malam kulalui tanpa hangat senyum dan kerling matamu
aku tetaplah setia pada kesepian
setia pada kesendirian
dalam dingin malam preanger
di lantai tujuh aku mematung
menatap sajak-sajak yang tertoreh
bagai buku sejarah yang kan tetap terbaca
detak menit ke jam berkejaran selimuti malam
dalam dingin preanger aku belajar padamu
wahai sajak-sajakku
No comments:
Post a Comment