Langit tak pernah berubah, masih saja bersemayam awan dan rintik satu-satu
mendung menggelayut tak kuasa bertahan
gerimis makin tak sabar buai pendar-pendar rasa yang tak terungkapkan
Entah gerimis keberapa aku kembali lihat wajahmu membayang
aku masih memaksakan diri menunggumu, hanya untuk sepotong senyum
Aku sudah menyiapkan sajak, sajak yang akan mengenang senyummu
sajak-sajakku tlah juga ada kau dalam jiwaku.
Sajak yang kutulis dalam selembar kisah , ketika angin membimbing jariku,
sajak kutulis dalam malam hujan berkabut, yang melukiskan betapa
aku tak mampu tuk kuasai rasa yang terus membara
dalam gerimis aku tersungkur merindumu
mendung menggelayut tak kuasa bertahan
gerimis makin tak sabar buai pendar-pendar rasa yang tak terungkapkan
Entah gerimis keberapa aku kembali lihat wajahmu membayang
aku masih memaksakan diri menunggumu, hanya untuk sepotong senyum
Aku sudah menyiapkan sajak, sajak yang akan mengenang senyummu
sajak-sajakku tlah juga ada kau dalam jiwaku.
Sajak yang kutulis dalam selembar kisah , ketika angin membimbing jariku,
sajak kutulis dalam malam hujan berkabut, yang melukiskan betapa
aku tak mampu tuk kuasai rasa yang terus membara
dalam gerimis aku tersungkur merindumu
No comments:
Post a Comment