Saturday, October 18, 2008

Kehilangan

"Kalau sudah tiada baru terasa, bahwa kehadirannya sungguh berharga..."
"sungguh berat aku rasa, kehilangan dia... sungguh berat aku rasa..hidup tanpa dia.."


Irama dangdut mengalun merdu di radio tetangga, gubug-gubug di kampungku berdindingkan anyaman bambu yang bisa untuk menyaring pasir alias berlobang membuat suara dengan mudah menerobos masuk tanpa permisi.
Alunan itu semakin menusuk perasaan semakin membuat nyeri hingga aku tertatih dalam kelukaan. Angin pesisir menyibak nyiur diantara gubug-gubug dan rekahan lumpur mengering. aku saksikan bangau mengais ikan-ikan kering diantara bangkai-bangkai pohon yang telah lama terpendam. Kepiting tua tertatih merayap diantara batu berlumut dalam siraman debur yang berbusa. Daun, plastik botol-botol berserak di hamparan pasir, mataku semakin keruh kerontang.
Satu bulan merayap dalam tanggal yang tak pernah bicara. Bulan hanpa sejak angin gunung tiada berhembus hingga biduk-biduk mendengkur terlelap dalam buaian jaring-jaring membisu. Aku tak tahu apa sebab angin gunung tak pernah menyapa pesisir lagi. satu dua kali kutitip pesan lewat bangau yang sering berkunjung, lewat bulan dan bintang yang tiap malam menemani pesisir dalam buaian lelap. Kemanakah kau wahai angin gunung.

"Kutahu rumus dunia semua harus berpisah tetapi kumohon tangguhkan-tangguhkanlah..."
"Bukan Aku mengikari apa yang harus terjadi tetapi kumohon kuatkan-kuatkanlah.."

Kembali menyeruak seiring rinai yang melintas menyapa sudut bibirku.

No comments: