Sepanjang musim, seiring detak pada detik
Kita tak mampu hitung rinai hujan yang selalu resap
di kepala kita
entah tetes keberapa antarkan catatan pada almanak bisu
angin tiupkan desah puitis iringi nafasmu yang menggelora
di titik nol kembali Kau menyapa
seuatu terindah di pipimu
selalu saja tersketsa
di ujung padang tandus
kau menjelma bulan, walau tak purnama diujung senja
No comments:
Post a Comment