bulan tiba-tiba bertandang dalam gigil kemarau
gelisah berenang di linang kaca korneamu
sepi pun merasuk dalam diam sepi pandangmu
kembali kelu kaku tiada kata membuka memori lalu
Tak pernah bisa kuhitung gelombang dahsyat matamu
luluh lantak tulang tiap maknai sorotan puitismu
hingga rebah damai di bahumu
rontok satu satu daun meranggas di awal kemarau
teriakkan reranting merentak dan detak itu berpacu
aku masih saja temukan jejak berserak
kuingin rangkai kembali daun-daun itu
seperti berkaca pada korneamu
aku masih utuh dan bersemayam di sana
bulan bertandang dalam gigil kemarau
gelisah berenang di linang kaca korneamu
aku rebah dalam imajiku merangkai bayang
pada resah, pada sunyi hingga tersketsa
senyum itu tetap ada dalam sajakku
No comments:
Post a Comment