Panggung
Gelap perlahan lampu meremang sesosok laki-laki menunduk membelakangi penonton
mengangkat kedua tangan berteriak panjang menggumamkan luka yang tertahan
“aaaaaaarrrgghhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!”
Perlahan
bangkit terseok dan begitu tampak derita bathin dari pakaiannya, memegang
kertas kumal catatan lalu yang pernah ditulisnya.
setidaknya,
kau mencintaiku bukan lantaran tidak ada yang mau mencintaiku, Eflina. Setidaknya.”
Suara
Ghaib tiba-tiba menyapa pemuda tersebut saling bersahutan dalam dialog duka
“Sebegitunya
derita yg kau mesti gendong, hingga butuh berapa nama lagi kah Agar sembuhkan
lukamu?. Mengapa tak kau panggil maria magdalena pariyem, dewi sukesi, sri
sumarah, atau lasi dihadapanmu”
“aku tak ingin
kesakitan ini berkesudah mas. Sungguh”
“Ah,bagaimana
kau bisa menerima cinta dalam kepura-puraan?meskipun nanti dia lupa bahwa
sedang berpura-pura, wahai perempuan yg tlah buatmu luka, betapa cinta tlah
sebegitu hebat utkmu, sepertinya kau lebih mencintai luka-luka itu”
“Setidaknya
masih ada cinta untukku”
“aku mencintai
luka itu sendiri. Sungguh”
“Itu bukan
cinta hai pemuda gagah, Kau cintai luka dengan menghadirkn luka baru dari
perempuan-perempuan barumu yang. Entah siapa itu”
“cinta itu apa?”
“bisa jadi.., bisakah
itu kusebut pelarian?”
“aku tlah lihat
kedahsyatan luka itu dari bicaramu”
“Sangat luka,
yangg pasti,yang aku tahu tak ada kepura-puraan dalam cinta”
“ada”
“Ah,berarti aku
yang tak mengerti cinta seperti itu”
“cobalah
melihat cinta dari angle yang berbeda”
“Tlah aku
lakoni kepura-puraan itu selama hampir seribu hari, tapi tak jua kulupa ini tak
seharusnya terjadi.Aku lebih memilih terluka yang benar2 luka daripada luka karena
pura-pura cinta “
“bukankah lebih
indah jika mencintai dalam diam meski itu menimbulkan luka daripada mencintai
dalam kepura-puraan disertai luka?”
“,,luka
tetaplah luka, darimana pun muasalnya. ah!”
Pemuda itu
menatap tajam penonton dan menyobek-nyobek kertas kumal itu
Music menanjak
dan lampu perlahan redup
Penulis antologi "Tifa Nusantara"
(Dimaz,
Anna Mariyana, Nurhadi)
No comments:
Post a Comment