Tertikam aku di altar sajak-sajak
berlembar-lembar isyarat melayang di gelagat mimpi
pucat mengabadi di ujung semangat
mencuat getir
kudengar, seorang berbisik nyinyir
aksara dilihatnya serupa permadani
tertawalah dirinya di kembara jagat
wajahnya menegang lalu mengerang
badai menjalar di jejaring keterasingan
tubuhku menciut
meretak sajak-sajak di denyut darah
kertas jadi zarah di nganga tong sampah
di matamu
murung hati serupa satir
empas tubuh di lembah gelisah
tak ubah bagai tragedi
matiku di lebar garis rasa yang
goreskan luka
lalu aku menjelma api
No comments:
Post a Comment