Terbumbung hati saat kau hadir
walau tanpa secangkir teh yang biasa kau nikmati
dengan gayamu dalam satu meja
yang kusiapkan di atas awan
bertatap mata tanpa kata
awan putih mengarak menjelajah angkasa
Betapa gambaran itu membuahi jiwa gundah merana
bagaikan slide-slide berputar di depan mata
walau hanya hitam dan putih warnanya
tak berharap untuk menjadi pelangi
tak berharap tuk menjadi nyata
mungkin cukup dalam angan saja
karena ada panah menancap di pusara hatimu
bukan dari busur yang bersemayam di hatiku
Ijinkan kutetap bisa eja dan rangkai kata di petak hatimu
berikan kursi agar aku bisa duduk
dan menuliskan bait-bait rasa
walau tak menyebarkan wangi
tapi kuharap bisa menghias sudut hatimu
Aku tahu angin pesisir tak mungkin
menjalankan biduk
karena angin gununglah
biduk kan tetap berlayar
biarlah bait-bait ini kan terangkai bisu
melilit asa bersama angin pesisir
sedang angin gunung mendekap hati
tertancap panah busur gandewa sang dewa
No comments:
Post a Comment