Aku tulis sajak ini
kala bangau tak lagi terseok dilumpur kering
mengais kayu purba yang terpendam
dan tak lagi mengorek ikan kering
diantara rumah-rumah kepiting
Aku tulis sajak ini
kala angin gunung tiba-tiba berhembus pelan
menyapa ramah angin pesisir yang tlah lama menanti
aku kabarkan padamu wahai yang di atas sana
bahwa pesisir tak lagi sepi
biduk tlah kembali bergeliat dari tidur
tiang tak lagi membisu bersama jerat laba-laba
aku tulis sajak ini
kala para buruh berteriak lantang
menentang skb 4 menteri
aku kabarkan padamu wahai yang di atas sana
bahwa cerobong tak lagi segarang dulu
muntahkan asap hitam tebal
sebab phk tlah membuat produksi tertunda
aku tulis sajak ini
kala krisis global melahirkan dampak yang mengerikan
aku kabarkan padamu wahai yang di atas sana
karibku terluka, istri mereka menangis, anak mereka berteriak
"Kenapa Bapak tidak bekerja?"
aku tulis sajak ini
kala hatiku trenyuh akan semua ini
hujan pun semakin mengiriskan luka di jalanan
hingga lumpur merah selalu menjelma
menjadi pemandangan yang memilukan
aku tulis sajak ini
hanya untukmu wahai angin gunung
dengarlah bahwa nurani bergejolak
menggubah lara jadi cinta
menggubah cinta jadi peduli
aku tulis sajak
ini semoga kau tahu
bahwa hati, cinta, dan semua yang ada
bermuara pada nurani
aku tulis sajak ini
aku ingin kabarkan
saat ini aku ......
aku tak bisa berkata lagi
No comments:
Post a Comment