Friday, June 12, 2009

Saat Bulan Beringsut


Bulan beringsut
sabit pun tersenyum di layar malam
membuatku rindu purnama

ketika kau datang menyapa lamunanku
aku tak lagi merasa kesepian
Tak seperti purnama-purnama yang lalu
saat cahayanya mengecup jemariku dengan bayangmu
dan dengan tiba-tiba beranjak selepas dini hari
menampar sadarku untuk beranjak instropeksi
mungkin tiba saatku tuk bercermin

Muara embun membeku di kuncup ilalang
tersenyum menyambut kesunyian purba
beserta sajak-sajak sendu terukir di deret angka asmara
terlukis di lembar langit tersabit bulan
mengerikan memang, senyumnya, senyumku dan tawaku
seakan menjadi naif dan hampa
selepas amarah dan ketidakrelaan untuk menghadapi puisi dan prosa kehidupan.

Bulan beringsut
sabit pun tersenyum di layar malam
membuatku tak bisa lagi tertawa
bukan sendu tapi aku menunggu
datanglah kapan-kapan
dan sapalah aku dengan bahasa yang bisa aku mengerti
biar kita bisa bercakap dengan kesepian

1 comment:

Anonymous said...

mantafff sob